“Shasha, kamu jujur saja padaku, di saat seperti ini jangan sembunyikan apapun...” Zhao Man yang memang cerdas, kini hampir menebak semuanya. Suaranya terdengar lemah sampai-sampai sulit kudengar.
Qiu Shasha menatap Zhao Man dengan kedua matanya, menarik napas dalam lalu berkata: "Kak Zhao, di pipi kirimu muncul bercak hitam kecil. Tapi tenang, aku kenal seseorang yang pasti bisa menyembuhkannya." Shasha tidak sepenuhnya jujur, dia menyembunyikan fakta bahwa bercak hitam di wajah Zhao Man sebesar kepalan tangan.
“Seberapa besar bercak hitam di wajahku? Apakah jelek?” Zhao Man terus bertanya pada Qiu Shasha.
“Tidak jelek, sama sekali tidak...” Qiu Shasha cepat-cepat mengibaskan tangannya.
“Apa kamu bawa cermin?” tanya Zhao Man. Meski sangat memperhatikan penampilan, dia jarang bercermin atau berdandan. Terkadang, perhatian wanita pada kecantikan tidak selalu berarti harus berdandan.
Qiu Shasha menggelengkan kepala.
“Shisan, berikan sentermu padaku dulu,” Zhao Man menoleh padaku.
Aku segera menyerahkannya. Setelah menerima senter dariku, dia mengeluarkan senter kuat dari tasnya. Kedua senter itu dihadapkan – satu menyala dan satu mati. Dengan kaca senter yang mati, dia memantulkan cahaya ke pipi kirinya.
Saat Zhao Man melihat penampilannya saat ini dan bekas luka hitam sebesar kepalan tangan di pipi kiri melalui kaca senter, tubuhnya gemetar. Senter di tangannya terjatuh ke tanah.
Saat ini, kedua mata Zhao Man kosong. Ia menatap lurus ke depan tanpa bicara, dua garis air mata jernih mengalir dari sudut matanya.
Aku memahami perasaan Zhao Man saat ini. Penderitaan seorang wanita yang kehilangan kecantikannya tak kalah menyakitkan dibanding pria yang kehilangan "adik kecil"-nya.
"Kak Zhao, jangan... jangan terlalu sedih. Aku serius, aku kenal seseorang yang kemungkinan besar bisa menyembuhkan wajahmu," ucap Qiu Shasha. Tidak jelas apakah perkataannya tulus atau hanya hiburan semata.
Zhao Man hanya mengangguk lemah. Masih duduk di tanah dengan wajah kosong, tatapannya menerawang tak tentu arah.
"Oh iya, Kak Zhao. Aku punya salep penetral racun. Biar koleskan ke wajahmu." Qiu Shasha teringat sesuatu. Ia mengeluarkan kotak kayu merah dari saku, lalu berjongkok di depan Zhao Man. Dengan hati-hati ia mengoleskan salep ke pipi kiri Zhao Man.
"Kak Zhao, sakit?" tanya Qiu Shasha penuh kekhawatiran sambil memperhatikan reaksinya.
Zhao Man hanya menggelengkan kepala dengan lembut tanpa berkata. Sebenarnya, salep ini cukup efektif untuk racun biasa, namun kemungkinan keberhasilannya terhadap racun tak dikenal seperti ini sangat rendah. Zhao Man juga memahami hal ini.
Tapi di saat yang sama, aku teringat pada seseorang: Yang Zhentian sang Dokter Hantu. Jika dia bisa menyembuhkan kutukan hantu di tubuh Rushuang, delapan puluh persen kemungkinan cairan hitam beracun di wajah Zhao Man ini juga bukan masalah baginya.
Begitu teringat Yang Zhentian, aku hendak memberitahu Zhao Man. Namun Qiu Shasha tiba-tiba menarik lenganku sambil menggelengkan kepala, memberi isyarat agar jangan mengganggunya yang sedang menyendiri.
Setelah memusatkan energi Yang untuk memindai sekeliling dan memastikan tak ada manusia yin-yang yang bersembunyi, barulah aku dan Qiu Shasha berjalan menuju api unggun di belakang dengan tenang.
Melewati tenda, kudengar dengkuran keras pria gemuk yang masih terlelap. Tidurnya begitu nyenyak meski banyak kejadian, bahkan mungkin melebihi babi betina pasca melahirkan.
Duduk di dekat api unggun, kulihat Zhao Man masih duduk diam di tempat yang sama.
Menghela nafas, hatiku ikut merasa resah. Sejujurnya, lebih baik wajahku sendiri yang seperti itu daripada melihat sahabat dekatku menderita demikian.
"Shisan, bagaimana sebenarnya wajah Kak Zhao Man bisa seperti itu? Mengapa di pulau seram ini muncul monster bergigi taring yang terlihat identik dengan kalian dan membawa energi Yin?" Qiu Shasha juga duduk di sebelah api unggun itu, menatapku dan bertanya.
Meskipun dia telah membasmi manusia Yin-Yang terakhir, tapi kejadian sebelumnya tidak dia lihat.
"Cairan hitam yang dimuntahkan dari mulut salah satu manusia Yin-Yang itu menempel di wajahnya, sehingga jadilah seperti sekarang." Jawabku pada Qiu Shasha.
"Mungkin kau tidak mengerti, kehilangan kecantikan bagi kami wanita adalah penderitaan yang sangat dalam." Qiu Shasha menghela napas pelan tanpa sadar.
"Pasti ada cara. Begitu pulang, aku akan mengajaknya menemui Dokter Hantu Yang Zhentian. Dia pasti bisa menyembuhkan wajah Kak Zhao." Kataku.
"Yang Tianzhen? Shisan, kau juga mengenalnya?" Qiu Shasha memandangku dengan ekspresi terkejut.
Aku kemudian menceritakan bagaimana Yang Zhentian membantu melepas Kutukan Hantu pada Rushuang, lalu bertanya: "Qiu Shasha, orang yang kau sebutkan tadi tentang Kak Zhao, jangan-jangan juga Yang Zhentian?"
Qiu Shasha mengangguk:
"Untuk daerah lain aku tidak berani jamin, tapi setidaknya di seluruh Shandong, hanya kakek tua dengan sifat aneh itu yang mampu menyembuhkan wajah Kak Zhao."
"Setelah mendengar perkataan Qiu Shasha ini, tiba-tiba aku teringat saat Yang Zhentian menyuruhku membungkuk tiga puluh kali berturut-turut. Sifat dan karakter kakek tua ini bukan hanya aneh, tapi benar-benar menyimpang, seorang sadis."
"Ngomong-ngomong Shisan, lihat jam berapa sekarang. Jangan sampai terlambat untuk menggali 'Rumput Yin-Yang' itu," Qiu Shasha mengingatkanku.
Baru sekarang aku tersadar. Rangkaian kejadian tadi hampir membuatku melupakan hal ini. Segera kulihat jam tangan, tepat pukul 23.40. Tinggal dua puluh menit lagi menuju tengah malam.
Untungnya Qiu Shasha mengingatkanku, kalau tidak pasti aku lupa.
"Masih ada dua puluh menit. Aku akan periksa dulu 'Rumput Yin-Yang' itu." Kataku sambil bangkit dari api unggun, membawa senter kuat menuju lokasi penemuan "Rumput Yin-Yang".
Mengikuti tanda yang kubuat sebelumnya, dengan mudah kutemukan "Rumput Yin-Yang" yang kukaitkan dengan tali merah itu. Kudukuk di sampingnya, menanti datangnya pukul 12.
Dua puluh menit berlalu cepat. Begitu waktunya tiba, segera kugunakan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks untuk mengeluarkan "Rumput Yin-Yang" dari tanah dengan hati-hati. Kubungkus dengan kain terpisah dan simpan di lapisan tas ransel.
Dengan diperolehnya "Rumput Yin-Yang", akhirnya tujuan datang ke "Pulau Yin-Yang" ini tercapai. Rushuang pun bisa kembali dari alam baka. Tapi hatiku tetap berat.
Alasannya jelas: separuh wajah Zhao Man.
"Setiap wanita, salah, seharusnya setiap orang, tidak akan tahan jika tiba-tiba ada bekas luka hitam sebesar kepalan tangan di wajahnya. Bekas luka itu membuat separuh wajahnya terlihat mengerikan dan menyeramkan."
Kembali ke dekat api unggun, aku melirik ke arah Zhao Man lagi. Aku melihatnya masih duduk di tempat sambil kehilangan roh, hatiku ikut sedih. Tapi aku bingung harus menghiburnya dengan kata-kata apa, akhirnya membiarkannya menyendiri dulu di sana.
Tepat saat aku baru saja duduk, Zhao Man malah bangkit dan berjalan mendekati kami.
Meski jejak air mata masih terlihat di pipinya, ekspresinya sudah tidak lagi putus asa seperti sebelumnya. Jangan-jangan dia sudah menerima kenyataan? Memang, wanita santai seperti dia yang tidak cerewet pasti bisa move on. Lagipula ini bukan penyakit tak tersembuhkan, selama tidak menyerah pasti ada jalan.
Zhao Man menghampiri aku dan Qiu Shasha, lalu duduk di tepi api unggun. Dia menatapku bertanya, "Shisan, jangan sampai lupa ambil 'Rumput Yin-Yang' itu. Nanti kita harus menginap semalam lagi di pulau seram ini."
"Tenang Kak Zhao, 'Rumput Yin-Yang' itu sudah ada di tasku." Jawabku sambil menatapnya, lalu bertanya lagi, "Kak Zhao, kamu... kamu sudah tidak sedih lagi?"
Zhao Man sedikit mengangkat sudut bibirnya, menatapku sambil menghela napas panjang dan berkata, "Sesorang kehilangan kuda, siapa tahu itu bukan berkah?"
