Tubuh ramping Qiu Shasha gemetar mendengar pertanyaanku. Matanya tiba-tiba redup. Ia menunduk beberapa saat sebelum akhirnya mengangkat kepala dan menggigit bibir, "Shisan, hari ini akan kuceritakan semuanya. Wanita berbaju merah itu bernama Hong Yan. Dia bukan orang lain... Dia adalah ibuku kandung, sekaligus pemimpin Aliran Longhu saat ini!!"
Perkataan Qiu Shasha bagai petir menyambar hatiku. Aku terdiam membeku di tempat.
Otakku blank. Aku pernah menduga berbagai identitas wanita itu, bahkan mengira dialah dalang yang mengendalikan Qiu Shasha. Tapi tak pernah terbayang dia adalah ibu kandungnya, sekaligus pemimpin Aliran Longhu.
"Bukannya... Bukannya cuma Master Lu satu-satunya wanita di Aliran Longhu?" tanyaku.
"Benar. Tapi pria pun bisa menikah," jawab Qiu Shasha.
"Maksudmu...?"
“Aku dipaksa oleh ibuku menggunakan nyawanya untuk memaksa ayahku menyerahkan posisi pemimpin sekte Aliran Longhu kepadanya. Banyak orang luar tidak tahu, sebenarnya pemimpin sekte Longhu sudah lama berganti.” Qiu Shasha menatapku sambil berkata, nada suaranya terasa pasrah dan kosong.
“Maksudmu, sebelumnya mendekatiku itu semua adalah perintah ibumu?” Aku melanjutkan pertanyaan.
Qiu Shasha tidak menjawab, hanya mengangguk perlahan.
Sekarang aku akhirnya mengerti semuanya. Rupanya wanita misterius berbaju merah yang kuat itu adalah ibu kandung Qiu Shasha sekaligus pemimpin sekte Longhu saat ini. Ternyata pemimpin sekte Longhu adalah wanita jahat tanpa hati nurani, pantas saja sering kudengar orang berkata dunia ini akan mengalami perubahan besar.
Mungkin benar-benar akan terjadi perubahan...
Tapi harimau takkan memakan anaknya sendiri. Wanita bernama Hongyan berbaju merah itu demi posisi pemimpin sekte, tegas menggunakan darah dagingnya sendiri sebagai ancaman. Tampaknya wanita ini sangat berbahaya, selama bisa mencapai tujuannya, dia akan melakukan apapun.
Dengan demikian, setelah aku melarikan diri darinya, pasti dia tidak akan tinggal diam dan akan datang lagi.
Mengingat sifat jahatnya, jika dia menemukan kami lagi, pasti akan membantai habis-habisan. Memikirkan ini, hatiku mulai diliputi kekhawatiran.
Di sampingku, Qiu Shasha sepertinya membaca pikiran yang tersimpan di hatiku dari ekspresi wajahku. Ia menatapku dan berkata: "Shisan, tenang saja. Aku sudah membuat Formasi di rumah Kakak Wang ini. Jika tidak ada halangan, sebelum Formasi ini menghilang, ibuku pasti tidak bisa menemukan kita."
"Berapa lama Formasi ini bisa bertahan?" Tanyaku pada Qiu Shasha.
"Aku juga tidak yakin. Paling lama sebulan, paling cepat sepuluh hari." Jawab Qiu Shasha.
Mendengar perkataannya, hatiku sedikit lebih tenang. Meski waktunya tidak panjang, aku harus memanfaatkan waktu terbatas ini untuk memahami "Fase Kedua Energi Zhen Wuji". Hanya dengan cara ini, saat bertemu kembali wanita berbaju merah itu, aku punya modal untuk melawannya.
Dengan tingkat kultivasiku sekarang, jika bertemu dengannya, mungkin aku bahkan tidak punya kesempatan untuk kabur.
Memikirkan ini, aku segera meminta Qiu Shasha dan pria gemuk menjaga Zhao Man. Aku sendiri mencari kamar yang relatif sepi untuk mulai berlatih metode "Energi Zhen Wuji".
Tepat saat aku hendak mulai bermeditasi, teringat sesuatu di tas ranselku - liontin giok merah yang dulu diberikan Raja Yama padaku.
Saat mengingat benda itu, muncul ide: Liontin giok ini adalah alat komunikasi dengan mereka yang diberikan Raja Yama. Jika aku meminta perlindungan dan bantuan mereka sekarang, pasti mereka tidak akan tinggal diam.
“Lagipula sekarang aku juga bekerja untuk alam baka, dan Rumput Yin-Yang yang dipercayakan Raja Yama untuk kucari di 'Pulau Yin-Yang' sudah kutemukan.”
Memikirkan ini, aku segera mengeluarkan Giok merah penghubung alam baka dari tas ransel yang selalu kubawa.
Menggenggamnya, aku menekan titik putih di tengah Giok tersebut sesuai metode yang diajarkan Raja Yama sebelumnya.
Seketika kabut kelabu mengepul dari Giok merah itu, menyelubungiku sepenuhnya dalam sekejap, menciptakan ilusi seolah aku kembali ke alam baka.
“Anak muda, kau mencari aku??” Tiba-tiba suara Raja Yama bergema, datang dari satu arah memasuki telingaku.
“Benar, Yang Mulia. Ada urusan penting.” Karena tak melihat wujud Raja Yama dalam kabut kelabu ini, aku terpaksa berbicara ke arah sumber suara.
“Urusan apa? Apakah kau sudah menemukan Rumput Yin-Yang yang kuminta kau cari di Pulau Yin-Yang?” Raja Yama bertanya.
“Sudah, Tapi Yang Mulia, sekarang ada seseorang yang memburuku. Dua hari lalu nyaris meregang nyawa.” Jawabku.
“Siapa orang itu? Namanya?” Raja Yama melanjutkan pertanyaannya.
“Pemimpin Aliran Longhu saat ini, Hong Yan.” Kuseebutkan nama wanita berbaju merah itu.
“Setelah mendengar nama 'Asap Merah', Raja Yama langsung terdiam. Beberapa saat kemudian, ia berbisik pada dirinya sendiri, 'Dia memilih menyerang sekarang, apakah itu pertanda hantu yin itu akan muncul kembali?'”
“Raja Yama, apa yang Baginda katakan tadi?” tanyaku.
“Ah... Ti-Tidak ada. Begini, malam ini Aku akan mengutus dua Hakim Cui ke dunia manusia untuk menguasai dia. Kamu harus membawa Rumput Yin-Yang ke alam baka sebelum Chou Shi. Ingat, tekan giok ini antara Tengah Malam hingga sebelum Chou Shi. Aku akan menyuruh petugas neraka menjemputmu. Jangan sampai salah waktu, ini harus sempurna!” kata Raja Yama dengan hati-hati.
“Baik, aku ingat. Omong-omong Raja Yama, apakah setelah kuberikan 'Rumput Yin-Yang' malam ini, aku boleh membawa Rushuang pulang?” Lebih baik kukonfirmasi lagi, semakin banyak pengaman semakin baik.
“Kamu tidak perlu khawatir. Janji kepadamu pasti Kutepati. Ingat antara Tengah Malam hingga sebelum Chou Shi.” Setelah berkata demikian, kabut keabu-abuan di sekitarku perlahan menghilang...
Kusimpan giok itu. Setelah melihat jam, baru pukul 3 sore lebih. Masih ada 8-9 jam hingga Tengah Malam pukul 12. Daripada bengong, lebih baik kugunakan waktu ini untuk melatih Energi Zhen Wuji.
Tepat ketika aku hendak mulai latihan, tiba-tiba teringat sesuatu - Pedang Pemotong Kegelapan yang diberikan Raja Yama sebelumnya. Pasti Raja Yama tidak akan memberikan pedang yang sama sekali tidak berguna. Pedang ini pasti memiliki kegunaan besar bagiku, kalau tidak, Hong Yan pasti tidak akan memperhatikannya.
Kuambil Pedang Pemotong Kegelapan dari tas ransel, menatapnya diam-diam di telapak tangan. Ukiran ular emas di bilah pedang memancarkan sinar dingin, sementara talisman aneh di gagang pedang terus mengalirkan cahaya redup yang menyambung ke bilahnya.
Pedang ini jelas bukan benda biasa, tapi sampai sekarang aku belum menemukan rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Mungkin seperti Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks, perlu darah yangg untuk membuka segelnya?
Dengan pikiran ini, segera kugoreskan pedang ini ke tangan kiriku. Darah yang mengalir kemudian kuteteskan ke bilah Pedang Pemotong Kegelapan.
Tapi yang mengecewakan, setelah ditetesi darah, pedang ini tetap tidak menunjukkan perubahan apa pun. Ternyata ia berbeda dengan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks, bukan menggunakan darah yangg untuk melepas segel.
Terpaksa kumasukkan kembali ke tas ransel, rencananya malam ini akan kutanyakan langsung cara penggunaannya pada Raja Yama.
Memikirkan bisa bertemu Rushuang malam ini dan membawanya kembali ke dunia manusia, hatiku langsung dipenuhi semangat. Tapi setelah semangat itu mereda, perasaan gelisah yang luar biasa mulai menggelembung di dalam hatiku.
Karena meskipun aku berhasil membawa Rushuang kembali ke dunia manusia, jika Hongyan datang mencari, dikhawatirkan akan membebani dia. Jika benar terjadi saat itu, aku bahkan tidak punya kemampuan untuk melarikan diri bersamanya. Dengan sifat Rushuang yang keras kepala, pasti dia tidak akan meninggalkanku sendirian. Jika demikian keadaannya, lebih baik aku biarkan Rushuang tetap di alam baka. Setidaknya di sana dia tidak akan terluka.
Perasaan ini membuat hatiku dipenuhi kesedihan dan kepasrahan. Padahal sudah kutemukan "Rumput Yin-Yang", tapi aku tidak bisa membawanya pulang. Kepahitan karena ketidakberdayaan ini menyiksaku luar biasa.
"Ah!... Aku benar-benar sampah, sampah yang bahkan tidak bisa melindungi wanita sendiri..." Gumamku tak tertahan.
"Kalau sudah tahu diri sampah, ngapain buang-buang waktu di sini?! Perbedaan terbesar antara yang kuat dan lemah adalah, apapun yang terjadi, mereka bisa mengesampingkannya dan fokus berlatih." Suara Taotie bergema dari giok kuno.
