Tubuh lembut Rushuang bergetar halus saat kupeluk dari belakang. Dia mencoba melangkah maju satu langkah, lalu berhenti. Tak ada perlawanan, membiarkanku terus memeluknya.
“Shisan, aku tidak ingin kau terluka sedikit pun karena aku, juga tidak ingin konsentrasimu terganggu sehingga kultivasi ilmu Taomu terhenti. Tahukah kau, energi jahat yang menggelora dalam tubuhmu sangat terkait dengan hasratmu. Hanya dengan belajar mengendalikan emosi dan keinginan, kau bisa menghilangkan energi jahat itu sepenuhnya. Hanya dengan begitu, kau bisa menjadi kuat seperti dahulu.” Rushuang berkata pelan sambil menatap bunga liar di kejauhan.
Setelah bicara, ia perlahan melepaskan pelukanku di pinggangnya yang ramping. Badannya berbalik, matanya menatapku tajam. Perlahan ia meletakkan kedua tangannya di bahuku, memandangku dalam-dalam seolah sedang berpamitan.
“Rushuang, semua manusia pasti akan mengalami sakit, tua, dan mati. Bagaimana pun kita hidup, akhirnya tetap sama. Karena itu, aku lebih memilih bersamamu meski sebentar daripada hidup sendirian seumur hidup. Sungguh, sebelumnya aku selalu gagal meraihmu. Tapi di kehidupan ini, aku tak ingin kehilanganmu lagi. Beri aku kesempatan untuk mencintaimu dengan baik. Dan... lihat ini...” Sambil berkata, kukumpulkan energi Zhen di tangan kiri dan menghantamkan telapak ke belakang. Energi ungu melesat dengan gesekan udara, menghantam tanah alam baka yang rapuh seperti kertas.
“Boom！”Suara ledakan keras menggema, energi Zhen ungu meledak seketika, diikuti aliran udara dahsyat yang menyapu kabut abu-abu di sekitar area tersebut.
Tanah yang rapuh seperti kertas langsung menganga membentuk lubang dalam. Rushuang menatapku dengan terkejut sambil bertanya: "Shisan, bagaimana bisa kau tiba-tiba..."
"Justru karena hatiku selalu gelisah ingin menyelamatkanmu di alam baka, ingin melindungimu, aku terus memaksa diriku berlatih sampai titik darah penghabisan. Tanpa dirimu, mungkin seumur hidup aku takkan pernah memahami metode kedua 'Energi Zhen Wuji', dan takkan pernah sekeras sebelumnya. Jadi Rushuang, kehadiranmu takkan pernah mengganggu konsentrasiku, malah membuatku ingin semakin kuat untuk melindungimu. Aku janji akan tetap hidup demi dirimu. Bisakah kau juga berjanji untuk ikut kembali? Aku ingin kau terlahir kembali sebagai manusia, ingin menikahimu, ingin benar-benar memilikimu." Tanpa kusadari, semua perasaan yang kusimpan dalam hati terlontar keluar.
Kalimat terakhirku yang terlalu vulgar itu bahkan membuatku sendiri - seorang pria bertebal muka - merasa pipi memanas karena malu.
“Rushuang mendengar ucapanku, tubuhnya perlahan mundur. Ia menundukkan kepala, wajah berseri yang awalnya tersenyum tiba-tiba berubah kaku, menunjukkan rasa canggung dan malu yang tak jelas asalnya. Pipinya seketika memerah. Meski telah seribu tahun berada di dunia manusia, ia sama sekali tak berpengalaman dengan perasaan asmara antara pria dan wanita. Apalagi statusnya masih perawan. Mendengar kata-kataku barusan, bagaimana mungkin ia tidak merasa malu sampai menunduk?”
“Shisan, kau... jangan terlalu brengsek.” Nada suaranya terdengar seperti mencela, namun terselip kelembutan di dalamnya.
Karena sudah tak punya muka, aku malah semakin menjadi-jadi. Memandang Rushuang, kulanjutkan, “Rushuang, kau memang istriku sejak awal. Aku memilikimu adalah sesuatu yang sewajarnya di bawah langit.”
“Dari mana kau belajar omong kosong itu!……”
Rushuang kini semakin tak berani menatapku. Kemerahan di wajahnya merambat turun ke leher putih bak ulat sutera. Bulu mata panjangnya terjuntai, seolah sedang melawan kantuk. Penampilannya yang lemah gemulai dan penuh rasa malu ini membuat hatiku berdesir, keinginan untuk melindunginya semakin menggebu.
“Rushuang, ikutlah denganku, aku...” Tiba-tiba, aku teringat pada wanita bernama Hongyan. Terakhir kali ia membiarkanku lolos dari tangannya, pasti tak akan membiarkanku begitu saja. Jika kali ini kubawa Rushuang kembali ke dunia manusia dan kebetulan ketemu dengannya, bukankah ini akan membebaninya juga?
Pada saat ini, tiba-tiba aku tidak tahu bagaimana melanjutkan pembicaraan, karena aku tidak yakin apakah seharusnya membawanya pergi.
"Shisan, ada apa denganmu?" Rushuang hampir menyadari perubahan ekspresi wajahku, buru-buru bertanya.
"Ti-Tidak apa-apa. Aku hanya ingin membawamu pulang." Aku menatap Rushuang dengan tekad baja. Apapun yang terjadi, aku harus membawanya pulang dan menjaganya tetap di sampingku. Aku tidak ingin berpisah lagi, selamanya...
Bahkan Hongyan berani langsung ke alam baka untuk membunuh Yin Shuai. Menjaga Rushuang di sini pun belum tentu aman.
"Ya, aku akan ikut denganmu..." Setelah berpikir sejenak, Rushuang mengangguk lembut menyetujui.
Mendengar jawabannya, dorongan untuk memeluk dan menciumnya nyaris tak terbendung. Tapi mengingat insiden ciuman terakhir yang hampir merenggut nyawa, aku mengalah. Nanti saat Rushuang terlahir kembali sebagai manusia, pasti akan kucium sampai puas.
Saat memikirkan rencana reinkarnasi Rushuang, teringat janji Raja Yama. Dia berjanji jika berhasil menemukan "Rumput Yin-Yang" di "Pulau Yin-Yang" Sungai Kuning, bukan hanya mengizinkan kami kembali ke dunia manusia, tapi juga memberitahu lokasi Air Suci Sungai Luo yang dibutuhkan untuk reinkarnasi terakhir.
Di Aula Raja Yama dulu, fokusku hanya pada kepulangan Rushuang sampai lupa hal sepenting ini!
“Rushuang, aku lupa menanyakan satu hal penting pada Raja Yama!” Saat ini aku merasa panik, karena Raja Yama baru saja memisahkan rohnya dari tubuh. Tidak tahu kapan dia akan kembali.
“Hal penting apa?” Rushuang mengangkat kepala, merapikan rambut yang terjuntai di dahinya ke belakang telinga, lalu menatapku dengan tatapan bertanya.
“Raja Yama pernah berjanji padaku, jika aku membantunya mencari 'Rumput Yin-Yang', dia tidak hanya akan mengizinkan kita kembali ke dunia manusia bersama, tapi juga memberitahu lokasi Air Suci Sungai Luo.” Aku menjelaskan pada Rushuang. Dari tiga bahan langka untuk reinkarnasinya, Fenghuang Dan (Empedu Phoenix) dan buah Qiqiaolinglong sudah kudapatkan. Hanya Air Suci Sungai Luo yang belum ditemukan. Jika berhasil mendapatkannya, Rushuang bisa terlahir kembali sebagai manusia.
Setelah mendengar penjelasanku, Rushuang tersenyum tipis: “Shisan, sebenarnya Raja Yama sudah memberitahu lokasi Air Suci Sungai Luo padaku saat kau terakhir kali kembali ke dunia manusia.”
Perkataan Rushuang membuatku bersukacita. Menahan gejolak di hati, aku segera bertanya: “Di mana tepatnya letak Air Suci Sungai Luo??”
Rushuang terdiam sejenak sebelum menjawab: “Wilayah Liar Man Nan.”
“Tempat apa itu?” Aku bertanya. Ini pertama kalinya aku mendengar nama itu.
“Tempat kuno dan misterius. Sangat sedikit yang tahu lokasinya. Raja Yama hanya memberi petunjuk itu. Mungkin itu saja yang dia ketahui.” Jawab Rushuang.
“Tidak apa, selama kita tahu di mana Air Suci Sungai Luo itu berada, pasti bisa menemukan tempat itu.” Aku menatap Rushuang dengan suara penuh keyakinan. Baik nenek tua yang mengasah jarum di batu maupun Taotie yang berbicara padaku sebelumnya, semua memberi pencerahan besar.
Beberapa hal terlihat sulit, tapi sebenarnya kesulitan itu ada karena kita tidak berani melakukannya.
Jadi aku percaya, apapun itu, seberapa sulitpun kelihatannya, asal berani memikirkan dan bertindak, hasilnya pasti akan melampaui dugaan. Setiap orang menyimpan potensi tak terduga dalam dirinya, dan seringkali yang meremehkan diri kita sendiri justru kita sendiri...
Hanya saja, yang selalu membuatku bingung adalah: Siapakah sebenarnya nenek yang memberi petunjuk itu? Mengapa dia tiba-tiba muncul di hadapanku saat ini, membantu menembus dinding kaca yang selama ini menghalangi latihanku?
“Ya, aku juga yakin kita pasti bisa menemukan...” Rushuang mengangguk padaku, menyetujui perkataanku tadi.
“Kita kembali sekarang?” tanyaku pada Rushuang.
“Baik.”
……
Kami berdua kembali ke Aula Raja Yama, menemui Hakim Lu untuk mengantar kami kembali ke Dunia Manusia.
Saat tiba di Dunia Manusia, langit masih gelap. Sebelum pergi, Hakim Lu berpesan: “Hongyan, wanita itu tingkat kultivasinya tak terukur, lagi pula picik dan pendendam. Kalian harus sangat berhati-hati.”
