"Kabar buruk apa?" Aku mulai curiga dari raut wajah Zhao Man bahwa ini terkait Leizi dan yang lain.
"Tadi Kapten Yue meneleponku. Di sebuah proyek konstruksi dekat Dongdian, 13 nyawa melayang secara misterius dalam semalam di barak pekerja. Semua korban kehilangan kaki kiri dan tangan kiri yang dibawa kabur." Zhao Man menatapku lalu menambahkan:
"Sepertinya mereka yang bersembunyi di balik sahabatmu sudah tak sabar bertindak."
"Sial! Siapa yang berani melakukan ini? Tiga belas nyawa! Memotong tangan dan kaki kiri - jelas ini tantangan terbuka untukku!" Amarahku memuncak. Sungguh keji membunuh orang tak berdosa! "Hadapi saja aku langsung! Ngapain menyiksa rakyat kecil?!!"
“Mereka para buruh migran itu memang sudah hidup susah, dan yang terpenting, buruh migran seperti ini umumnya berasal dari desa, menjadi tulang punggung keluarga. Seluruh anggota keluarga mengandalkan mereka yang bekerja keras sendirian untuk mencari nafkah. Jika mereka mati, maka seluruh keluarga yang digantungkan di pundak mereka akan hancur lebur..."
Ini juga salah satu alasan utama kenapa aku marah.
Tiga belas nyawa manusia, itu juga tangan kiri dan kaki kiri yang dipotong semua. Bahkan orang bodoh pun bisa melihat ini jelas-jelas targetnya adalah aku.
Marga ku Zuo, nama panggilanku Shisan.
Mendengar percakapanku dengan Zhao Man, pria gemuk dan Qiu Shasha yang duduk di belakang langsung menyambar. Pria gemuk itu buru-buru maju dan bertanya: "Nona Zhao, apakah Kapten Yue dan tim sudah menemukan pelaku pembunuhan ini??"
Zhao Man terdiam sejenak sebelum menjawab: "Aku akan bicara terus terang. Kasus ini, mau diselidiki atau tidak, hasilnya sama saja."
"Ini... maksudnya apa?" Pria gemuk itu memandang Zhao Man dengan wajah penuh kebingungan.
"Sebenarnya tadi Kapten Yue bilang di telepon, kasus ini tidak perlu diselidiki. Pelakunya juga tidak berusaha menyembunyikan diri. Kemampuannya jauh di atas Tim Penyelidik Fenomena Gaib kami. Kita tidak punya kemampuan untuk membawanya ke pengadilan." Zhao Man menjawab dengan nada pasrah.
"Berarti Kapten Yue sudah tahu siapa pembunuh 13 buruh migran itu??" Aku segera menyela setelah mendengar perkataannya.
Zhao Man menggelengkan kepala:
“Kapten Yue tidak memberitahuku hal ini, hanya berpesan agar aku segera membawamu kembali. Itulah mengapa tadi aku bilang, orang yang bersembunyi di belakang sahabatmu sudah tidak bisa menahan diri lagi.”
Setelah mendengar perkataan Zhao Man, aku terdiam sejenak, lalu menatapnya dan berkata: "Kak Zhao, gaspol saja mobilnya, kita harus cepat kembali."
Zhao Man mengangguk, langsung memacu mobil di jalan raya tanpa kamera pengawas ini hingga kecepatannya hampir mencapai 200 km/jam.
Pada saat yang sama, Qiu Shasha yang duduk di belakang menyandar ke depan dan berkata padaku: "Shisan, pernahkah kau berpikir ini mungkin adalah perangkap yang sudah direncanakan sejak lama untuk mencabut nyawamu, yang sedang menantimu untuk terjebak sendiri?"
Sambil menatap pemandangan di luar jendela, aku menarik napas panjang lalu menoleh ke Shasha: "Aku tahu. Tapi sekalipun itu perangkap, aku harus kembali. Aku tidak tega melihat orang tak bersalah mati karena diriku. Lagipula tindakan mereka jelas-jelas ingin menakut-nakutiku dan memaksaku keluar. Tujuannya hanya satu: memancingku keluar. Jika tidak segera kembali, mungkin mereka akan terus membunuh orang tak bersalah."
"Sialan! Shixiong, nanti setelah kembali kita gantung dalang-dalang keparat itu, biar kusayat-nyayat hidup-hidup pakai pisau!" kata pria gemuk itu dengan amarah menyala-nyala.
"Kalau sudah kau putuskan sendiri, aku tidak akan banyak bicara lagi." Ucap Shasha sambil kembali ke tempat duduknya.
……
Mobil melaju kencang melalui jalan pintas, dan sebelum matahari terbenam kami sudah tiba di kota Dongdian.
"Setelah kembali ke Dongdian, Zhao Man pertama-tama mengarahkan mobil kami menuju kantor Kapten Yue alias Si Bekas Luka."
Saat bertemu Si Bekas Luka di kantor, wajahnya terlihat jauh lebih pucat. Melihat kami masuk, dia meletakkan dokumen di tangannya, bangkit dari meja kerjanya dan menyuruh kami duduk sambil menyeduhkan teh sendiri.
"Terima kasih, Kapten Yue." Aku menerima gelas teh yang disodorkan Si Bekas Luka.
Si Bekas Luka mengangguk, lalu melirik Zhao Man yang masih bermasker. Penasaran dia bertanya, "Zhao Man, kenapa masih pakai masker di dalam ruangan? Kabut asap akhir-akhir ini tidak separah itu kan?"
Zhao Man perlahan melepas maskernya. Di pipi kirinya terpampang bekas luka hitam sebesar kepalan tangan yang menyayat hati, menghancurkan wajah sempurnanya dengan kejam.
"Wajahmu... Apa yang terjadi??" Si Bekas Luka terbelalak menatap luka di pipi kiri Zhao Man.
Zhao Man menghela napas, lalu menjelaskan secara singkat peristiwa di "Pulau Yin-Yang" dan asal-usul lukanya pada Si Bekas Luka.
Si Bekas Luka menatap luka itu lama sekali sebelum akhirnya bertanya, "Apakah bekas lukamu ini mungkin untuk disembuhkan?"
Zhao Man terdiam, aku pun menyambung, "Kurasa mungkin bisa sembuh. Aku kenal seorang tua yang dulu pernah menyelamatkan nyawa Rushuang. Bahkan luka di tubuh hantu pun bisa dia obati, apalagi yang di tubuh manusia." Meski ucapan ini kusampaikan sambil menatap Si Bekas Luka, sebenarnya ditujukan untuk Zhao Man.
"Bagus, bagus..." Si Bekas Luka berjalan mendekati Zhao Man, menepuk bahunya pelan, "Tenang, kami selalu di sini untukmu." Setelah berkata demikian, ia berbalik dan berjalan menghampiriku.
Si Bekas Luka duduk di sofa seberangku, matanya menatapku tajam, "Shisan, apa Zhao Man sudah ceritakan tentang tiga belas buruh migran yang tewas mengenaskan itu?"
Aku mengangguk:
"Kak Zhao sudah menjelaskan semuanya. Aku tahu dalang di balik ini semua memang menargetkanku."
Si Bekas Luka mengangguk singkat, lalu mengeluarkan sebuah map dokumen dan meletakkannya di meja, "Shisan Lao Di, entah kekuatan apa yang kau picu, tapi ingatlah - tiga belas nyawa itu melayang karena kau. Meski bukan kau yang bertanggung jawab utama, kau tak boleh lari dari kewajiban ini."
Kulepaskan pandangan dari bola mata merahnya yang bengkak, mengangguk berat:
"Aku tahu. Semua ini salahku. Andai bukan karena aku, mereka sama sekali takkan mati."
"Di antara ketiga belas buruh migran yang mati ini, yang termuda baru 17 tahun, yang tertua 36 tahun. Ada yang belum menikah, bahkan ada yang punya tiga anak. Tapi tanpa terkecuali, mereka semua adalah tulang punggung keluarga. Apa arti kematian ketiga belas orang ini? Artinya tiga belas keluarga hancur!!" Si Bekas Luka bicara dengan emosi yang meluap-luap.
Zhao Man segera menghampiri. Qiu Shasha yang duduk di sebelah kiriku langsung melompat dari sofa, membentak Si Bekas Luka: "Apa maksudmu?! Jadi menurutmu Shisan yang membunuh ketiga belas orang itu?! Kenapa kesalahan orang lain harus ditanggung Shisan? Kalau kalian memang tidak bisa mengungkap kebenaran dan cari kambing hitam, ngomong saja langsung, ngapain berbelit..."
"Qiu Shasha!" Aku memotong ucapannya, menarik lengannya keras-keras hingga ia terjatuh kembali ke sofa. Cewek ini memang punya sifat aneh kecil, mudah meledak seperti petasan yang tersulut percikan api.
"Kapten Yue, Anda benar. Aku harus memikul tanggung jawab atas kematian ketiga belas orang itu." Perkataan Si Bekas Luka tadi memang benar. Andai bukan karena aku, para buruh migran tak bersalah itu takkan mati.
Si Bekas Luka tampaknya menyadari ucapannya tadi terlalu kasar. Setelah menyalakan rokok, ia berkata padaku dengan nada menyesal: "Shisan Lao Di, tekanan kerjaku akhir-akhir ini memang besar, ditambah kasus ini. Jadi tolong jangan ambil hati perkataanku tadi..."
"Tidak apa, tapi Kapten Yue, bisakah kamu memberitahuku siapa sebenarnya yang membunuh ketiga belas buruh migran itu dalam satu malam?" Aku menatap Si Bekas Luka bertanya.
"Yang membunuh mereka bukan manusia, melainkan hantu yin. Menurut investigasi awal Tim Penyelidik Fenomena Gaib kami, hantu pembunuh itu telah memiliki ribuan tahun latihan spiritual!!" Si Bekas Luka menatapku menjelaskan.
