"Me...meneteskan darah untuk pengikatan?!" tanyaku pada Rushuang dengan wajah penuh keraguan.
“Ya, Rushuang benar. Shisan, cepat tusuk jarimu agar Pedang Pemotong Kegelapan ini mengakui tuannya. Ingat, tetesan darah ini harus dari ujung jari. Seperti kata pepatah 'Sepuluh jari menyambung ke hati', darah ujung jari lebih murni dan mengandung energi spiritual serta Yang yang lebih kuat.” Saat itu, Taotie di dalam giok kuno menjelaskan padaku.
Mendengar penjelasan Taotie, aku segera memahami. Aku melangkah mendekati Pedang Pemotong Kegelapan yang melayang di depanku. Pedang itu seolah merasakan sesuatu, perlahan melayang turun ke arahku.
Aku mengulurkan tangan dan menangkapnya. Dalam situasi genting ini, tak ada waktu untuk ragu. Langsung kuhunuskan pedang itu ke arah jari tengah tangan kiriku.
Darah merah segar menetes ke bilah pedang. Tiba-tiba terdengar suara "Ceng~!" yang nyaring dari pedang, diikuti kilatan cahaya samar.
"Sreeeng~!!" Semburan cahaya putih meledak dari pedang. Pedang sepanjang belati itu mulai memanjang mengikuti cahaya, tumbuh bagai ditiup angin. Seketika telah mencapai tiga chi, persis seperti pedang panjang zaman kuno. Seluruh bilahnya memancarkan cahaya putih yang menusuk disertai hawa dingin yang menggigit tulang.
Pada saat yang sama, aku merasakan getaran misterius antara diriku dengan Pedang Pemotong Kegelapan yang memanjang ini, seolah kami telah menyatu menjadi satu entitas...
Sensasi ini persis seperti tiba-tiba memiliki lengan tambahan.
"Hahahaha... Aku tidak salah mengenali orang! Zuo Shisan, betapa besar nasibmu! Pedang Pemotong Kegelapan ini selama seribu tahun sejak aku mengenalnya tak pernah mengakui tuan. Hari ini dia memilihmu. Tahukah kau pepatah: Pemilik Pedang Pemotong Kegelapan ibarat bersayap. Shisan, sekarang kau hanya perlu menyuntikkan energi Yang dari tubuhmu ke dalam pedang ini, maka kau bisa mengendalikannya dengan kesadaran untuk melawan musuh." Taotie di dalam giok kuno mengingatkanku.
Memang semakin tua usia makhluk, semakin luas pengetahuannya.
Di saat yang sama, tawa menyeringai dingin yang mengiris terdengar dari belakangku. Dua hantu yin berwarna putih menerjang ke arah punggungku.
Melihat ini, aku cepat berbalik. An Rushuang di depanku hendak menyerang, tapi aku segera memanggilnya:
"Rushuang, biarkan aku yang mengatasi."
Mendengar perkataanku, dia mengangguk halus. Dengan kaki rampingnya menjejak tanah untuk mengambil ancang-ancang, bayangan putihnya melayang ke udara dan mendarat di belakangku bak dewi turun dari langit.
"She!!" Aku berseru kencang, mengalirkan energi Yang yang telah terkumpul di tangan kananku ke dalam Pedang Pemotong Kegelapan. Dentang logam nyaring menggema dari bilah pedang sebelum seluruh tubuh pedang itu melayang di udara.
Sesuai dengan kesadaran di hatiku, Pedang Pemotong Kegelapan ini bagaikan lengan kiriku sendiri. Di bawah kendaliku, ia melesat cepat menerjang dua hantu yin tersebut.
"Swis! Swis!" Dua sinar tajam putih menyembur dari bilah pedang. Seketika kedua hantu yin itu tumbang tersungkur, energi Yin dan energi dendam di tubuh mereka menyebar cepat. Dua bayangan transparan perlahan melayang ke atas langit malam...
Ini pertama kalinya aku mencoba menggunakan Pedang Pemotong Kegelapan yang baru saja melakukan ritual pengakuan darah denganku. Kesan pertamanya adalah: DAHSYAT!
Lalu ada perasaan bisa menggerakkannya sesuka hati, mengarahkan ke sasaran mana pun. Seolah pedang ini telah menjadi bagian dari tubuhku. Bahkan saat menyerang dua hantu yin tadi, setiap gerakan terkecilnya bisa kurasakan.
Apakah ini yang disebut legenda "pengakuan darah"? Pedang Pemotong Kegelapan ini ternyata menyatu denganku! Aku bahkan bisa merasakan apa yang dirasakan pedang ini... Ini... Ini benar-benar di luar nalar?!
Saat aku terdistraksi karena bisa mengendalikan pedang dengan pikiranku, tiba-tiba kudeteksi ada hantu yin menyergap dari belakang. Sebelum sempat berbalik, pedang yang melayang di udara itu sudah lebih dulu menerjang ke belakangku, mengakhiri nyawa hantu pengecut itu dengan satu tebasan.
"Jika sebelumnya aku terkejut dengan reaksi Pedang Pemotong Kegelapan, sekarang aku benar-benar tercengang. Pedang ini ternyata bisa secara otomatis mendeteksi hantu yin di sekitarnya dan menyerang secara mandiri. Masih pantaskah ini disebut pedang? Seolah-olah ia memiliki kehidupannya sendiri."
"Goblog, Shixiong, kamu... dari mana kamu mendapatkan harta karun teknologi tinggi semacam itu?!" Pria gemuk di sampingku yang menyaksikan Pedang Pemotong Kegelapan mengusir tiga hantu yin dari jarak jauh, juga memandanginya dengan takjub sambil bertanya padaku.
"Bung Gemuk, jangan urusi pedangku dulu. Jaga baik-baik dirimu sendiri." Aku berpesan padanya, kemudian mengontrol kembali Pedang Pemotong Kegelapan ke sampingku. Aku tetap berdiri waspada sambil mengamati sekeliling, memilih untuk bertahan daripada menyerang.
Bersamaan dengan itu, energi Yin yang telah mengurung kami mulai bergolak. Dentang jeritan pilu bergema, dan dengan jelas kulihat beberapa hantu yin menerjang ke arah kami dari berbagai arah dengan kecepatan tinggi.
Ternyata dugaan benar. Lingxi telah mengubah taktik. Menghadapi beberapa hantu yin yang menyerbu ini, aku segera menggunakan kesadaran untuk mengontrol Pedang Pemotong Kegelapan menyambut serangan mereka.
Tak lama kemudian, dengan bantuan Qiu Shasha dan Rushuang, semua hantu yin tersebut berhasil ditaklukkan oleh Pedang Pemotong Kegelapan dan diantar menuju akhirat.
Setelah ketiga belas hantu yin ini semuanya didoakan arwahnya oleh Pedang Pemotong Kegelapan, angin dingin di sekitar kami berhenti. Rangkaian tawa menyeramkan yang dingin menusuk itu juga menghilang, namun energi Yin yang mengelilingi kami tidak kunjung sirna.
Melihat energi Yin yang pekat dan terus bergerak ini, alisku berkerut. Jangan-jangan wayang kulit manusia ini belum berhasil kami hancurkan?
"Shisan, bisakah kau melihat ke arah mana hantu laki-laki Lingxi itu bersembunyi sekarang?" Qiu Shasha perlahan mendekatiku sambil memegang Kertas Jimat di tangannya, menatap sekeliling lalu bertanya padaku.
Kukumpulkan energi Yang di penglihatan, lalu kuperhatikan energi Yin di sekeliling dengan seksama. Ternyata energi Yin ini sama sekali tidak bisa kutembus, apalagi mencari tahu di mana Lingxi bersembunyi.
Kugelengkan kepala:
"Energi Yin ini tidak bisa kutembus saat ini."
"Hmph, malam ini benar-benar salah perhitungan. Tak kusangka Pedang Pemotong Kegelapan yang legendaris ternyata ada di tangan sampah sepertimu. Benar-benar mutiara terbuang ke babi hutan! Sayang... sayang sekali..." Suara Lingxi yang penuh ejekan bergema di sekitar kami.
Mendengar ucapan hantu laki-laki Lingxi, pria gemuk itu langsung memaki ke segala arah: "Dasar anak kura-kura! Jangan cuma ngomong dari balik tempurung kura-kura ke kakekmu ini! Kalau berani, keluarlah! Nanti Pangye tebas kepalamu buat main sepak bola!"
"Ha ha ha ha... Aku yang turun tangan melawan kalian? Kalian tidak pantas. Tak lama lagi tanpa perlu kusentuh langsung, kalian semua akan mati mengenaskan. Jika tak percaya, coba tengadah lihat!" Suara Lingxi penuh kesombongan terdengar dari dalam Energi Yin.
Mendengar ucapannya, refleks aku mengangkat kepala melihat ke atas. Awalnya biasa saja, tapi begitu kulihat, kulit kepalaku langsung merinding. Di atas kepala kami bertiga, berjejer ratusan bahkan ribuan kepala manusia yang bergantungan rapat!
Kepala-kepala berdarah itu melayang di udara - ada pria-wanita, tua-muda, bahkan bayi. Mereka telah menyelinap tanpa suara di atas kami, semua mata merah darah itu menatap tajam ke arah kami.
Dari sorot mata kepala-kepala itu, kulihat kebencian mendalam dan kemarahan yang siap bertarung mati-matian.
Memandangi lautan kepala ini, tubuhku gemetar. Sungguh di luar nalar! Untuk menghancurkanku, berapa banyak nyawa tak bersalah yang sudah dibantai sialan Lingxi ini?!
Wajah-wajah asing penuh permusuhan dan niat membunuh ini membuatku nyaris hilang kendali. Amarah membara seperti magma gunung berapi menyembur dari hati ke kepala. "LINGXI! KEPARAT TAK BERPERIKEMANUSIAAN! AKU AKAN MENYOBEK-MU HIDUP-HIDUP, MENGHANCURKAN ROH-MU SAMPAI TAK BISA REINKARNASI ABADI!!!" teriakku histeris.
"Aku kan hantu, mana ada sifat manusia?" Suara Lingxi tiba-tiba muncul dari belakangku.
Saat ini, yang ada di hati saya hanyalah keinginan untuk menghabisi Lingxi dengan tangan kosong. Otak sama sekali tidak memikirkan hal lain. Dengan cepat saya berbalik dan melompat, lalu melesat ke arah salah satu energi Yin di belakang.
Namun tepat saat saya mulai bergerak, tiba-tiba seluruh tubuh terasa di luar kendali. Saya terpaku diam di tempat. Perlahan saya merasakan kekuatan misterius yang merayap dari kedalaman tubuh, seolah menggerogoti roh saya sedikit demi sedikit, merebut hak kendali atas tubuh ini!
Perubahan mendadak ini membuat saya panik. Dalam hati berteriak "bahaya!", sekaligus teringat energi jahat yang selama ini bersembunyi di tubuh. Tampaknya karena kemarahan saya tadi, energi busuk yang sudah lama mengintai ini ingin memanfaatkan kesempatan untuk menguasai kesadaran dan mengambil alih tubuhku!!
