Rushuang menggelengkan kepala pelan:
"Tenang saja, Shisan. Aku pasti aman." Tubuh anggun Rushuang terangkat ke udara. Setelah berputar sekali, ia melayang di udara. Dengan gerakan lembut kedua tangannya, gumpalan energi Yin menyebar dari tubuhnya.
Energi Yin yang menyebar dari tubuh Rushuang perlahan-lahan menyatu dengan energi Yin di sekitarnya. Namun seiring makin pekat dan banyaknya energi Yin di sekitar, angin dingin mistis pun mulai berhembus kencang...
Saat ini, gambaran yang kurasakan seperti balon yang sudah terisi penuh, dipaksa terus diisi udara oleh Rushuang. Begitu mencapai batas daya tampungnya, formasi bayangan kulit manusia yang susah payah dipersiapkan Lingxi akan langsung hancur!
Seiring berjalannya waktu, aku terus menatap Rushuang yang melayang di udara, waspada kalau-kalau Lingxi menyergapnya.
Energi Yin di sekitar semakin pekat, angin dingin berdesir seolah ribuan hantu yin mengaum, suara angin yang terus-menerus memberi kesan sangat menekan.
Tiba-tiba, suara aneh terdengar dari satu arah. Kulihat sosok bayangan melesat menerjang ke arah Qiu Shasha dan pria gemuk itu.
Aku segera melompat menghalangi, tangan kiri mengumpulkan energi Yang menghantam keras sosok itu. Dengan gesit, sosok itu menghindar dan malah menendang perutku sekuat tenaga.
Aku merasakan dengan jelas bahwa tendangan dari sosok bayangan itu membawa energi Yin yang sangat pekat. Segera aku mundur dua langkah untuk menghindar, sambil mengontrol Pedang Pemotong Kegelapan yang selalu mengikutiku dengan kesadaran, lalu menghunjamkannya sekuat tenaga ke arah sosok yang hendak mengejarku lagi.
Melihat Pedang Pemotong Kegelapan, sosok itu menunjukkan ketakutan yang jelas. Ia segera mundur cepat-cepat ke belakang, lalu dengan gerakan gesit menghilang ke dalam gumpalan energi Yin di samping.
Persis saat sosok itu bersembunyi dalam energi Yin, tiba-tiba kurasakan aliran udara kuat bermunculan di sekelilingku. Terpaan angin kencang ini membuatku sama sekali tidak bisa menjaga keseimbangan. Seluruh tubuhku terangkat dari tanah oleh kekuatan angin itu dan terlempar jauh ke belakang.
Saat mendarat, suara gesekan udara yang tajam menggema. Energi Yin di sekitar langsung menghilang seiring dengan hembusan angin tadi. Dalam sekejap, kabut Yin yang semula pekat di segala penjuru mulai menipis, lalu perlahan-lahan menyebar...
Setelah memastikan energi Yin di sekitar telah lenyap, aku segera bangkit dari tanah. Kepalaku menoleh cepat ke arah tempat Rushuang tadi berada. Ketika kulihat sosoknya perlahan melayang turun ke tanah, hati yang menggantung ini pun akhirnya lega.
Pada saat ini, Qiu Shasha dan pria gemuk juga bangkit dari tanah satu per satu. Setelah Rushuang mendarat, kami bertiga berkumpul, dan di saat yang sama aku melihat Lingxi, hantu laki-laki berusia seribu tahun yang berdiri tidak jauh dari kami.
Dia juga sedang menatapku tajam. Di kedua matanya terpancar kebencian, kecemburuan, ketidakrelaan, bahkan niat membunuh yang sangat kuat...
"Lingxi, kalau kau ingin mengganggu aku dan Shisan, atau ingin membunuh kami, datanglah langsung! Mengapa kau harus membantai begitu banyak orang tak bersalah? Tidakkah kau merasa bersalah sama sekali?!" Rushuang di sampingku menatap Lingxi sambil bertanya.
Mendengar pertanyaan Rushuang, Lingxi mendengus angkuh lalu tertawa terbahak: "Hahaha... Bersalah? Untuk apa aku harus merasa bersalah?! Dunia ini sejak dulu memang hukum rimba, yang kuat bertahan. Kematian mereka bukan karena kekejamanku, tapi membuktikan mereka tak layak hidup di dunia ini. Orang lemah memang pantas mati!"
"Dasar orang gila! Shixiong, ngapain banyak bicara? Langsung kita basmi saja!" kata pria gemuk sambil gemetar marah mendengar ucapan Lingxi.
"Hm, tanggung jawab kematian orang-orang itu bukan terletak padaku, tapi pada dirimu!" Saat itu ekspresi wajah dan nada bicara Lingxi berubah serentak, ia menunjuk Rushuang dengan jari lalu melanjutkan, "Rushuang, kalau bukan karena kau terus menolak menikahiku, mana mungkin aku menjadi seperti ini?! Kalau bukan karena kau menikahi sampah tak berguna itu, mana mungkin aku tega membunuh orang tak bersalah?! Semua ini salahmu, kau buta mata sampai jatuh cinta pada sampah yang sama sekali tak berguna!!" Suara Lingxi semakin meninggi seiring emosinya yang memuncak.
"Lingxi, kalau di matamu aku ini sampah tak berguna, mari kita bertarung di sini malam ini. Yang kalah, rohnya tercerai-berai." Kataku sambil perlahan melangkah mendekati Lingxi dengan Pedang Pemotong Kegelapan di tangan.
Kali ini bukan hanya untuk diriku sendiri, tapi juga untuk membalaskan dendam tiga belas buruh migran yang tewas. Hantu berlevel seribu tahun seperti Lingxi yang berhati jahat ini harus segera dimusnahkan. Jika dibiarkan hidup atau kabur lagi, pasti akan menjadi ancaman besar di kemudian hari.
Melihatku mendekat dengan Pedang Pemotong Kegelapan, sorot mata Lingxi tiba-tiba dipenuhi kepanikan. Refleks ia mundur selangkah, lalu berkata, "Zuo Shisan, kalau kau benar-benar bukan sampah, coba simpan saja pedang itu. Mari kita bertarung jujur berdasarkan level kultivasi dan kemampuan spiritual masing-masing!"
"Provokasi? Baik, aku akan memenuhi keinginanmu." Sambil berkata demikian, aku menarik kembali energi Yang yang kusuntikkan ke dalam Pedang Pemotong Kegelapan. Bilah pedang itu segera meredup dan menyusut cepat hingga sepanjang pisau belati biasa, lalu perlahan jatuh dari udara ke arahku. Setelah menangkapnya, kumasukkan ke dalam tas ransel.
Sebenarnya alasan ku menyimpan Pedang Pemotong Kegelapan, pertama karena kesal mendengar Lingxi terus memanggilku "sampah". Kedua, sejak mencapai tahap kedua "Energi Zhen Wuji", aku belum sempat mencoba kekuatan sebenarnya dengan lawan yang tepat. Kini Lingxi yang kuhadapi adalah target latihan terbaik.
Melihat aku benar-benar menyimpan pedangnya, Lingxi sedikit melengkungkan sudut bibirnya:
"Jika aku menang, Rushuang akan menjadi milikku."
Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum:
"Jika Rushuang memilihmu sendiri, aku takkan berkata sepatah kata pun atau mengganggu kalian. Aku menghargai semua pilihannya. Tapi karena dia memilihku, aku takkan pernah membuatnya menyesal. Aku punya tanggung jawab dan kewajiban untuk menemani serta melindunginya. Lebih baik kau hapuskan niatmu itu sekarang juga."
Mendengar perkataanku, Lingxi sama sekali tidak menyembunyikan senyuman dinginnya:
"Setelah kau mati, Rushuang secara alami akan menjadi milikku."
Aku menghela napas panjang. "Bahkan jika aku benar-benar mati, dia tetap bukan milikmu. Rushuang bukan barang dagangan. Tak seorang pun bisa menguasainya seperti memiliki benda. Aku pun begitu." Setelah berkata demikian, aku malas melanjutkan debat. Tangan kiri dengan cepat membentuk mudra keempat Lóng Hŭ Qī Shè Yìn. Kuketikkan mantra keras-keras: "Qīnglóng yóu yún yùn guī kūn, dòng yào fáng wēi yòng wǔ wén. Lóng Hŭ Qī Shè Yìn! Shè!!" Saat mantra terucap, cahaya merah menyala di tangan kiriku. Dengan mengumpulkan tenaga di telapak kaki, aku melesat cepat ke arah Lingxi. Alih-alih langsung menggunakan jurus pamungkas, kukumpulkan energi Yang di paha kanan dan menyapu tubuhnya dengan tendangan keras.
Tujuanku adalah menguji kemampuannya terlebih dahulu.
Melihat serangan ini, tubuh Lingxi cepat-cepat mundur. Sambil menghindar, jari kirinya menunjuk ke udara. Seberkas energi Yin hitam melesat seperti anak panah ke arahku.
Aku menggerakkan kaki, tubuhku sedikit miring untuk menghindar. Terus maju mendekat.
Namun tepat saat kuayunkan serangan terakhir, bayangannya tiba-tiba menghilang dari pandangan. Kumedok dingin, segera kukumpulkan energi Yang di kedua mata. Pandanganku menyapu sekeliling, dan seketika kutemukan persembunyiannya. Dengan gerakan memutar, aku segera mengejar ke arah itu.
Entah mengapa, Lingxi hanya terus menghindar. Setelah melihat jurus ini tidak efektif, ia menampakkan wujud aslinya lalu melompat dengan gesit ke udara.
Melihat ini, tangan kananku seketika mengayun ke arah Lingxi yang terbang di udara. Seberkas energi ungu menyembur deras dengan gesekan udara yang nyaring.
Lingxi yang sudah terbang tinggi tiba-tiba berubah ekspresi melihat energi ungu yang mendekat. Kedua tangannya menekan titik di udara kosong, memunculkan penghalang merah darah yang langsung melindungi punggungnya.
Energi ungu itu melesat menerjang penghalang merah. Penghalang itu hancur berkeping seperti kaca pecah disertai bunyi 'kreek!', sementara energi dari tanganku terus melaju tanpa henti ke arah Lingxi.
Menyaksikan ini, wajah Lingxi pucat membatu. Terkejut luar biasa, ia sampai berteriak ketakutan...
