Setelah mendengar cerita yang kusampaikan, wajah Xia Linxuan berangsur muram. Ia menatapku dengan suara dingin: "Zuo Shisan, apa maksudmu menceritakan ini padaku?"
Kuletakkan gelas air di meja:
"Tidak ada maksud khusus, hanya ingin membagikan cerita ini." Kataku sambil menatap Xia Linxuan.
"Kau pikir aku tidak tahu kau sedang menyindirku?!" Teriak Xia Linxuan padaku.
"Apa masalahnya? Xia Linxuan, kusampaikan padamu: Orang yang serakah dan sombong takkan pernah meraih kebahagiaan sejati. Apakah hasratmu yang terpenuhi membuatmu senang? Izinkan aku menjawab untukmu—kenyataannya tidak. Keserakahan dan kesombonganmu tak berujung. Hasrat lama terpuaskan, hasrat baru muncul. Keinginan kecil terpenuhi, keinginan besar segera bertunas. Kau pasti terjebak dalam siksaan kehilangan yang baru—siklus mengerikan yang takkan pernah berakhir.
Jiwa yang serakah dan sombong mustahil terbebas dari penderitaan. Sekalipun sekarang kau tinggal di villa dengan harta tak terbatas, bisakah kau tidur nyenyak? Saat bercermin, takkah kau merasa hampa?" Kataku pada Xia Linxuan.
Xia Linxuan justru tertawa saat itu:
"Hehehe... Zuo Shisan, apa kau tak sadar dirimu sangat konyol? Aku Xia Linxuan tidak mencuri, tidak merampok, tak melakukan pelanggaran hukum—mengapa harus gelisah? Mengapa tak bahagia? Bahkan andai aku bertahan hidup dengan paras ini, apa urusanmu?!"
"Benar, bagaimana kamu hidup memang urusanmu sendiri, pilihanmu sendiri, sama sekali tidak menggangguku. Tapi demi mencapai tujuan tertentu, kau menghasut Leizi untuk memberitahu alamat orangtuaku dan Lingxi, hampir membuat mereka kehilangan nyawa. Kau pikir aku benar-benar tidak tahu?!! Hal yang paling kubenci seumur hidup adalah ketika ada yang mengancam keluargaku. Untung mereka baik-baik saja sekarang, kalau tidak, kau pikir masih bisa duduk di sini berbicara denganku?!!" Aku nyaris mengaum saat menatap Xia Linxuan.
Seandainya orangtuaku benar-benar mengalami kecelakaan karena hal ini, aku takkan membiarkan Xia Linxuan lolos begitu saja.
Mendengar ucapanku, Xia Linxuan yang merasa bersalah langsung menundukkan kepala dan diam seribu bahasa. Meski kepalanya tertunduk, ekspresi di wajahnya sama sekali tidak menunjukkan penyesalan atau rasa bersalah.
Sekarang mengapa Xia Linxuan ada di villa ini, apa hubungannya dengan pemilik villa, bagaimana mereka bisa kenal - semua itu sudah tidak ingin kuketahui lagi. Semuanya bisa ditebak tanpa perlu ditanyakan.
Gadis ini sekarang sudah tidak pantas disebut gadis lagi. Moral dan etika kemanusiaannya telah sepenuhnya tenggelam dalam keserakahan dan keinginan untuk pamer.
Selamanya takkan bisa membebaskan diri... Apakah semua ini karena nafsu pamer dan keserakahannya sendiri, atau akibat masyarakat yang selalu berlomba pamer kekayaan?
Kurasa mungkin keduanya, tapi faktor pertama jelas yang paling dominan.
……
Karena kejadian tadi, suasana di ruang utama langsung menjadi canggung. Tak lama kemudian, seorang wanita yang mirip asisten rumah tangga perlahan turun dari lantai atas. Dia berjalan ke tengah ruangan, memandang Xia Linxuan yang duduk di sofa dan bertanya: "Nona Xia, mau makan apa malam ini? Aku akan menyiapkannya."
"Aku tidak mau makan apapun." Xia Linxuan menggelengkan kepala.
"Baik, kalau begitu aku akan membereskan dapur dulu." Wanita itu berbalik hendak menuju dapur.
Pria gemuk yang sejak tadi menonton TV tiba-tiba berdiri dari sofa dan memanggil wanita tersebut:
"Kak, jangan pergi dulu. Dia tidak makan, tapi kami berdua yang masih hidup perlu makan. Tubuh manusia seperti besi, nasi seperti baja - sekali tidak makan rasanya kelaparan."
Asisten rumah tangga itu melirik Xia Linxuan dulu sebelum bertanya pada pria gemuk: "Bapak mau makan apa? Segera akan kusiapkan."
"Baiklah, hari ini aku mau makan sedikit saja. Siapkan daging kecap, ikan asam pedas, kepiting kukus, udang goreng tepung, ayam kung pao, daging tumis pedas, salad daging sapi, dan beberapa sayuran tumis. Itu dulu, kalau kurang nanti pesan lagi." Pria gemuk itu tanpa sungkan langsung memesan berbagai macam masakan.
"Sang asisten rumah tangga memandangi pria gemuk itu seperti melihat orang gila. Melihat ini, aku segera berkata, 'Kak, dia baru saja bercanda. Tolong buatkan kami dua lauk sederhana saja.'"
Barulah asisten rumah tangga itu mengangguk padaku, lalu berbalik menuju dapur.
Setelah lebih dari setengah jam, makanan malam pun siap. Kami dipanggil ke meja makan. Saat duduk, kami tercengang melihat banyaknya hidangan.
Dua lauk hewani, dua sayuran, plus sup tomat telur. Cukup untuk mengenyangkan kami berdua.
Sejujurnya perut kami sudah keroncongan sejak tadi. Begitu makanan dihidangkan, langsung kami serbu.
Singkat cerita, setelah kenyang kami membantu membereskan peralatan makan. Aku mengeluarkan dua Yin Fu dari tas dan menyerahkannya pada si gemuk.
"Shixiong, untuk apa ini?" tanyanya sambil bingung memeriksa jimat yin itu.
"Tempelkan di titik vital dadamu. Malam sudah tiba. Arwah Leizi bisa muncul kapan saja. Jangan sampai dia mendeteksi kita lebih dulu," jelasku. Kukhawatirkan jika arwahnya kabur begitu melihat kami, semua persiapan ini jadi sia-sia.
Si gemuk mengangguk. Dengan cermat ia menempelkan Yin Fu di sternumnya, mengimbangi energi Yang tubuhnya agar tak terdeteksi oleh arwah tersebut.
"Dan dari mulut Xia Linxuan, aku mengetahui bahwa pemilik villa ini juga tidak akan pulang malam ini, jadi cukup menghemat banyak urusan."
Dengan demikian, aku dan si pria gemuk telah mempersiapkan semuanya lebih awal, hanya menunggu kedatangan Leizi kembali malam ini.
……
Waktu berlalu perlahan dalam penantian yang membosankan. Kami sudah berjongkok di belakang sofa hampir dua tiga jam. Jam dinding di ruang utama menunjukkan sudah lewat pukul setengah satu, Leizi tetap belum muncul.
Si pria gemuk di sampingku mulai tidak bisa tenang, berbisik padaku: "Shixiong, menurutmu apakah Leizi tidak akan datang malam ini? Jangan-jangan dia sudah menemukan kita lalu kabur?"
Aku menggelengkan kepala:
"Tunggu lagi. Jika sampai pukul dua dini hari dia belum datang juga, kita akan pergi kembali."
"Goblog, m-masih harus jongkok di sini nunggu dua jam? Kaki ku sudah kesemutan," protes si pria gemuk.
"Ssst, diam." Bersamaan dengan suaranya, aku merasakan hembusan energi Yin melayang cepat dari belakang villa.
"Dia datang?" Si pria gemuk berjongkok di lantai bertanya pelan.
Aku mengangguk, lalu menepuk perlahan bagian belakang sofa - isyarat untuk Xia Linxuan yang berpura-pura menonton TV bahwa Leizi telah tiba.
Meraba tepukan itu, tubuh Xia Linxuan bergetar. Dia segera menoleh dengan wajah panik: "Shisan, apa kau benar-benar yakin bisa membawa pergi Lezi? Aku... aku sudah tidak tahan lagi..."
“Jangan bicara dulu! Duduk di sana nonton TV, jangan lihat ke mana-mana.” Aku segera berteriak menghentikannya. Karena saat ini aku sudah merasakan energi Yin itu telah sampai di sisi jendela selatan ruang utama villa...
Xia Linxuan mendengar perkataanku, cepat-cepat mengangguk lalu memalingkan kepala.
Sementara aku menatap ke arah jendela selatan villa. Karena tirai tertutup, aku sama sekali tidak bisa melihat jelas apakah yang datang itu Leizi, hanya melihat energi Yin berkumpul di sana.
Tapi energi Yin ini tidak terlalu kuat, sehingga aku bisa menyimpulkan bahwa arwah yang datang ini kemungkinan besar adalah Leizi.
Hantu yin di luar jendela hanya bertahan sebentar sebelum langsung menembus dinding dan masuk ke dalam ruangan ini.
Bersamaan dengan itu, anak anjing yang sedang tidur dalam pelukan Xia Linxuan tiba-tiba terbangun seketika, melompat dari dekapan ke lantai lalu mulai menggonggong ke arah datangnya Leizi.
Tapi baru beberapa kali menggonggong, ia langsung ketakutan oleh Leizi hingga mengibaskan ekor dan kabur bersembunyi di bawah sofa, tetap mengeluarkan suara "wu wu wu..."
Sepertinya ia sedang memperingatkan penghuni rumah bahwa ada makhluk halus yang masuk...
