“Shisan, energi Yin di sini sangat pekat. Jadi tampaknya yang menyusun Situasi Mati ini bukanlah anggota aliran Tao.” Qiu Shasha berkata padaku.
“Setan tua berumur seribu tahun lagi?” Aku mengumpulkan energi Yang sambil menyisir sekeliling dengan cermat.
“Aku juga tidak yakin. Tapi jika yang menyusun Situasi Mati ini benar-benar hantu yin, maka Level-nya pasti melebihi seribu tahun!” Qiu Shasha menambahkan.
Di saat yang sama, suara Xia Linxuan yang tiba-tiba menghilang sebelumnya terdengar:
“Zuo Shisan, kalian terlalu munafik! Mengapa setelah mati aku harus ke alam baka? Sedangkan istri hantumu bisa tetap eksis ribuan tahun tanpa binasa, menikmati kehidupan abadi? Ini tidak adil!!”
“Goblog nenekmu! Xia Linxuan, lonte! Beraninya keluar! Kalau Pangye tidak menghancurkan rohmu sampai tercerai-berai, aku jadi cucumu!!” Pria gemuk itu langsung meledak marah mendengar ucapan Xia Linxuan.
“Hehehehehe... Aku sarankan kalian urusi diri sendiri dulu. Dengarkan Zuo Shisan, malam ini pasti akan kuambil Konfigurasi Takdir Wu Ruo Rushuang. Dengan takdirnya, aku bisa seperti dia - abadi dan tak termusnahkan!” Suara Xia Linxuan terdengar seram.
“Seandainya Konfigurasi Takdirku tidak terkait erat denganku, akan dengan senang hati kuberikan padamu.” An Rushuang muncul dari dalam liontin giok, berbicara ke arah sumber suara Xia Linxuan.
“Hmph, kepalsuan. An Rushuang, tenang saja, malam ini aku pasti akan membuat kalian semua tetap di sini.” Qiu Shasha berkata dingin.
“Omong kosong besar!” Qiu Shasha mendengus dingin.
“Hehe... Apakah kalian tahu siapa hantu yin yang akan kalian hadapi ini ketika masih hidup?” Begitu Xia Linxuan selesai bicara, aku melihat bayangan hitam kabur mendekat ke arah kami dari kegelapan langkah demi langkah.
Bayangan itu diselimuti energi Yin hitam pekat yang sangat kuat. Seiring langkahnya mendekat, perlahan kulihat wajahnya - seorang pria biasa dengan garis wajah tegas dan aura heroik di alisnya.
Ia mengenakan jubah Tao kuno yang tampak seperti pakaian daoshi zaman kuno, namun potongan rambut pendeknya kontras dengan busananya.
Aneh, saat melihatnya aku merasa sangat familiar seolah pernah bertemu, tapi tak bisa mengingat di mana. Siapakah dia ketika masih hidup?
Rushuang di sampingku tiba-tiba menyebut namanya saat melihat pria itu:
“Tang Yanlan?!!”
Saat Rushuang menyebut nama itu, hatiku seperti dicakar sesuatu. Apakah pria ini adalah reinkarnasiku sebelumnya? Tang Yanlan, ahli ilmu Tao terhebat Sekte Longhu seribu tahun silam??
Aku bingung. Apakah dia benar-benar diriku? Mengapa arwahnya masih ada di dunia manusia? Bukankah seharusnya dia sudah bereinkarnasi menjadi aku?
“Rushuang, kamu masih ingat aku?” Pria bernama Tang Yanlan itu menghentikan langkahnya, menatap An Rushuang di sampingku dan berkata pelan.
Aku menoleh melihat Rushuang, dan menemukan kedua matanya menatap tajam ke arah Tang Yanlan di seberang tanpa berkedip, namun tak sepatah kata pun terucap.
Tiba-tiba Tang Yanlan mengalihkan pandangannya dari Rushuang ke arahku. Setelah mengamatiku sejenak, dia bertanya: “Kau adalah Zuo Shisan?”
“Kau ini siapa sebenarnya?” Aku bertanya sambil menatap pria yang berdiri tak jauh di hadapanku.
Meski tadi Rushuang menyebut namanya, aku sama sekali tidak percaya dia adalah Tang Yanlan, karena Tang Yanlan adalah diriku sendiri...
“Namaku Tang—Yan—Lan!” Pria itu menatapku sambil mengeja setiap suku katanya dengan tegas.
“Jika kau Tang Yanlan, lalu siapakah aku?” tanyaku.
“Kau adalah Zuo Shisan.” Jawab pria itu sambil tetap menatapku.
Mendengar ucapannya, kepalaku langsung blank. Kata-kata yang sudah di ujung lidah terasa tersekat, sama sekali tak tahu harus berkata apa.
“Hantu liar macam apa ini berani menyamar sebagai anggota Aliran Longhu kami!” Qiu Shasha tiba-tiba muncul di sampingku dan berteriak ke arah pria itu.
“Rushuang, ini... ini sebenarnya bagaimana?” Aku menoleh bertanya pada Rushuang.
Rushuang baru hendak bicara, namun pria itu mendahului: “Rushuang, masih ingat saat pertama kita bertemu? Akulah yang menyelamatkanmu dari petugas neraka. Masih ingat saat pertama kita melihat lentera naga-phoenix dan bintang-bintang? Masih ingat...”
“Cukup! Kamu pasti bukan Tang Yanlan! Siapa sebenarnya kamu?!” An Rushuang menatap pria itu berteriak, aku bisa merasakan emosinya yang sedang sangat bergejolak saat ini.
Sebenarnya tentang reinkarnasi diriku sebelumnya, hal ini selalu tersimpan rapi di hatiku. Apakah Rushuang menyukaiku karena aku ini reinkarnasi sebelumnya, atau karena aku yang sekarang?
Aku tak mau memikirkannya, juga tak berani memikirkannya.
“Sudah kukatakan, aku adalah Tang Yanlan. Rushuang, apakah kau jatuh cinta pada Zuo Shisan ini? Aku telah menunggumu sangat lama, selalu menantimu. Aku yakin kau pun selalu menungguku...” Pria itu memandang Rushuang dengan penuh perasaan.
Saat ini, jantungku perlahan terasa sesak. Tak tahu harus kemana, sebuah kesedihan dan kepasrahan yang merasuk hingga sumsum tulang muncul. Aku bagai anjing terlantar yang hanya bisa berdiri kaku menyaksikan percakapan mereka berdua.
Aku tidak tahu, sungguh tidak tahu. Apakah Rushuang mencintaiku atau Tang Yanlan? Mungkin karena aku reinkarnasinya, maka dia juga ikut menyukaiku.
Tapi... jika aku reinkarnasi Tang Yanlan, lalu siapa pria di depan mata yang bisa menceritakan masa lalu Rushuang ini?
Otakku mulai tak mampu mencerna. Sebuah penderitaan misterius mengoyak-oyakku, sama sekali tak bisa kulanjutkan pemikiranku...
“Kau bukan Tang Yanlan. Tang Yanlan adalah Zuo Shisan. Selama ini aku selalu menemani dia.” An Rushuang menatap pria itu tegas.
“Tang Yanlan adalah Tang Yanlan, Zuo Shisan adalah Zuo Shisan, tak mungkin menjadi orang yang sama.” Pria itu menatap Rushuang sambil berkata.
“Kamu ini siapa sebenarnya?!” Rushuang menatap pria itu dan bertanya sekali lagi.
“Rushuang, bagaimana air bisa mendidih tanpa api? Kalimat ini kau yang ajarkan padaku seribu tahun lalu, selalu kuingat dalam hati. Sekarang, apa kau percaya aku adalah Tang Yanlan? Orang bernama Zuo Shisan itu bukan reinkarnasiku. Rushuang, kau salah mencari orang. Aku ada di sini.” Pria itu menjelaskan.
Saat itu, perkataan pria itu bagai pisau berduri yang menghunjam keras ke jantungku, membuat nafasku gemetar.
“Apa...apa kamu benar-benar Tang Yanlan??” Kini Rushuang memandang pria itu dengan sorot mata aneh, suaranya bergetar saat bertanya.
“Ya.” Pria itu mengangguk.
“Tidak mungkin, mustahil... Tang Yanlan adalah Zuo Shisan. Dia tak mungkin jadi kamu, aku juga tak mungkin salah orang. Aku bisa merasakannya, aku mengenal Tang Yanlan maupun Zuo Shisan. Mereka adalah orang yang sama. Ini pasti benar...” Rushuang bersikeras.
“Rushuang, andai aku Zuo Shisan bukan reinkarnasi Tang Yanlan, apa kau masih akan menyukaiku?” Aku bertanya padanya.
Rushuang terkejut oleh pertanyaanku yang tiba-tiba. Ia memandangku dengan ragu di matanya, tak bisa menjawab.
Andai saja dia langsung menjawab tanpa ragu: yang disukainya adalah aku, meski bukan reinkarnasi Tang Yanlan, tetap aku yang dipilihnya.
"Tapi semua ini hanyalah khayalan keinginan sepihakku sendiri."
Yang harus datang pasti akan datang, yang harus dihadapi juga harus dihadapi. Bahkan jika aku benar-benar reinkarnasi Tang Yanlan, benar-benar orang yang sama dengannya, bahkan jika hun dan po kita sama, tapi sebenarnya kita bukanlah orang yang persis sama. Aku punya orangtuaku sendiri, sifat karaketerku sendiri, darah orangtuaku mengalir di tubuhku. Dari segi ini, Tang Yanlan tetaplah Tang Yanlan, Zuo Shisan tetaplah Zuo Shisan.
Bahkan nama kedua orang ini pun berbeda.
Sebenarnya semua ini selalu kusadari di hati. Rushuang mencintai Tang Yanlan. Jika bukan karena Tang Yanlan, dia tidak akan jatuh cinta padaku. Hanya ketika sekarang aku benar-benar menghadapinya, barulah aku tahu penderitaan ini sama sekali tak bisa kutanggung...
"Rushuang, aku tahu yang kau sukai selalu Tang Yanlan. Bukan aku, Zuo Shisan." Aku menatap Rushuang sambil berkata.
Mendengar ucapanku, Rushuang segera menarik tanganku:
"Shisan, jangan berpikir macam-macam! Tang Yanlan dan Zuo Shisan adalah dirimu sendiri."
Aku menatap Rushuang, tak kuasa menahan air mata yang jatuh. Rasa kram tajam yang membuat sesak muncul di hati:
"Rushuang, jika aku bukan Tang Yanlan, mungkin kau takkan pernah muncul di hadapanku. Aku juga takkan tahu apa itu cinta... Kau tumpahkan begitu saja cinta abadimu pada Tang Yanlan ke tubuhku, membuatku mengira kau selalu mencintaiku, membuatku berpikir dengan memelukmu berarti memeluk cinta..."
