Setelah mantra Metode Kelima Lóng Hŭ Qī Shè Yìn diucapkan, kurasakan energi Yang di dantian yang telah pulih setengah langsung mengalir ke tangan kananku yang membentuk mudra. Cahaya merah tua menyilaukan tiba-tiba memancar dari tangan kananku.
Pada detik itu, aku seperti kehilangan kendali atas energi Yang tubuhku, membiarkannya terus mengalir deras ke tangan kanan.
Bersamaan dengan itu, Qing You yang menghalangiku gemetar mengeluarkan selembar Kertas Jimat merah dan menempelkannya di titik vital dadanya.
Saat Kertas Jimat merah itu menempel di dadanya, kulihat tubuh Pria Bertopi yang berlumuran darah tiba-tiba memancarkan energi Yang murni. Tato ikan mas merah perlahan muncul di punggungnya, mirip Pola Taiji yang pernah ada di dadaku...
"Sanctuary Agung Tiga Kemurnian dari Kekosongan dan Alam Semesta, Tiga Kekacauan Melahirkan Enam Jalan Segala Makhluk, Ribuan Jalan Dharma, Tao Mengikuti Alam, Nasib Berasal dari Langit dan Berdiri olehKu, Merenungi Saat Ini Nasib Mulai Terang! She!!" Setelah Qing You mengucapkan mantra ini, pola ikan mas merah di tubuhnya memancarkan sinar tajam. Di saat yang sama, Pria Bertopi mengarahkan tinjunya ke arah Gui Dian di depannya.
Menyaksikan ini, Gui Dian melompat mundur menghindar. Dengan mendengus dingin ia menatap Pria Bertopi:
"Hmph! Meronta-ronta sebelum mati!!" Begitu ucapannya selesai, dengan kibasan tangan kiri, sebuah pion merah tiba-tiba melesat dari lengan bajunya. Membawa ekor merah panjang, ia menghunjam langsung ke dada Pria Bertopi.
Melihat adegan ini, hatiku berdebar kencang. Baru saja ingin bergerak membantu, pola ikan mas merah di punggung Pria Bertopi kembali memancarkan cahaya samar. Seketika tubuh Pria Bertopi menghindar ke kiri, lolos dari serangan maut Gui Dian.
Namun di saat yang sama, pola ikan mas merah di tubuh Pria Bertopi perlahan memudar. Energi Yang murni itu juga menghilang, membuatnya berdiri kaku di tempat seperti patung, nyawa menggantung di ujung tanduk.
Persis di momen ini, kurasakan energi Yang di tangan kananku telah terkumpul seluruhnya.
"Gui Dian! Akan kuambil nyawamu!!" Kumaungkan amarah sambil melesat ke depan dengan dorongan kaki. Sambil berlari kencang, kukibaskan tangan kanan di depan dada, mengerahkan seluruh tenaga untuk memastikan telapak tangan ini menghantam tubuhnya.
Setelah melihatku menggunakan gerakan kelima Lóng Hŭ Qī Shè Yìn, Gui Dian tidak mencoba menyambut serangan telapak tanganku. Dia segera melepaskan Pria Bertopi yang nyaris sekarat, lalu mundur cepat sambil menghindari jangkauan serangan jurus tersebut.
Melihat Gui Dian mundur, aku segera menyangga tubuh Pria Bertopi yang berdiri di depanku. Seluruh tubuhnya basah oleh darah kental merah segar. Begitu kusangga, tubuhnya langsung lunglai dan terjatuh ke tanah.
Dengan sigap kuraih tubuh Pria Bertopi yang sudah menjadi manusia berdarah-darah itu. Kupeluk erat lalu kubaringkan perlahan di tanah.
Memandangi Pria Bertopi yang terbaring tak sadar di tanah, hatiku ikut bergetar. Tubuhnya dipenuhi luka besar kecil tak terhitung jumlahnya. Hampir tidak ada sejengkal kulit yang utuh di tubuhnya, bahkan beberapa bagian sudah hancur lebur...
Dia benar-benar telah mengerahkan segala upaya. Memakai sisa-sisa terakhir energi Yang dalam tubuhnya, menguras habis tenaga fisiknya, bahkan mengabaikan nyawanya sendiri demi mengulur waktu bagiku memulihkan energi Yang. Apa gerangan keyakinan yang membuatnya tetap bertahan sampai titik akhir?
"Zuo... Zuo Shisan, kamu... kamu sudah mendengarkan. Kita orang Aliran Longhu... adalah Jalan ini... Jadi kapan pun... jangan pernah menyerah... Selama kau tidak mengaku kalah... maka kau takkan pernah kalah..." Di atas tanah, Pria Bertopi membuka setengah matanya yang memerah, berbicara kepadaku dengan susah payah.
Perkataan yang keluar dari mulutnya ternyata sama persis dengan yang pernah diucapkan Master Lu kepadaku...
"Baik, aku tidak menyerah, mati pun tidak menyerah!" Mataku berkaca-kaca sambil melihat Pria Bertopi mengangguk setuju.
Setelah mendengar ucapanku, sudut bibir Pria Bertopi tiba-tiba melengkung ke atas, wajahnya dihiasi senyum seram. Ia terbaring di tanah, perlahan menutup kedua matanya...
"Qing You!!!" Master Lu yang berada di samping tiba-tiba melesat ke arah kami. Ia berlari mendekati Pria Bertopi, memandangi tubuh Qing You yang berlumuran darah dan tak bergerak. Air mata di matanya bagai mutiara yang putus talinya, berderai deras ke bawah.
Selama mengenal Shibo Lu Zhenren, belum pernah kulihat dia menangis. Bahkan saat menggunakan teknik terlarang untuk mengorbankan diri melawan hantu yin Xiangtian pun alisnya tak berkerut. Tapi kali ini... dia menangis, sangat pilu...
"Syu~~!!!" Suara gesekan udara tiba-tiba terdengar. Kupaling dan melihat Ji Honghua bersama tukang santet perempuan itu mengejar kami setelah bertarung dengan Master Lu.
"Mencari mati!!" Aku menggeram marah, bangkit cepat dari tanah lalu menyambut kedatangan Ji Honghua dan tukang santet itu dengan telapak tangan terkembang.
Ji Honghua mendahului tukang santet. Saat aku mengayunkan telapak tangan, dia juga melakukan hal serupa. Tamparannya dihujani kelopak merah berterbangan, bertubrukan dengan Lóng Hŭ Qī Shè Yìn gaya kelima di telapak kananku.
Di udara, dua telapak tangan bertemu!
“Braak~！Bzzz~！Dorr！！” Dengan suara ledakan yang menggema, Ji Honghua yang beradu telapak tangan denganku langsung terpental ke belakang. Aku tetap berdiri di tempat tanpa bergerak, menyaksikan tubuhnya terlempar dan terjatuh ke tanah. Di dalam hati, aku mulai paham. Pantas saja jurus kelima Lóng Hŭ Qī Shè Yìn membutuhkan waktu untuk mengumpulkan energi Yang. Ledakan dahsyat energi Yang yang dihasilkannya ini bahkan membuat sosok sekuat Ji Honghua tak berkutik di hadapan jurus kelima.
Sambil menahan decak kagum, tiba-tiba kulihat tukang santet wanita di belakang Ji Honghua mendekatiku. Di tangannya muncul cambuk berwarna-warni. Dengan sekali kibasan, cambuk itu diayunkan ke arah wajahku dengan amarah.
Melihat ini, bukannya mundur malah kumerang maju. Telapak tanganku menyambar ke arah perut si tukang santet wanita.
Tukang santet wanita itu mengabaikan serangan ke perutnya. Ia malah makin gesit mendekat. Cambuk di tangannya menghujam ke arah kepalaku dengan gerakan penuh kebencian.
Kepalaku menyamping saat cambuk kulitnya mendarat di bahu. Bersamaan, jurus kelima Lóng Hŭ Qī Shè Yìn di tangan kananku menghantam perutnya. Tapi yang terjadi di luar perkiraan: pukulanku itu menembus perutnya seperti menusuk udara.
Demikian pula cambuk yang mengenai bahuku – benda itu menembus tubuhku bagaikan asap…
"Kena tipuan!! Ini adalah teknik tipuan mata yang digunakan tukang santet perempuan!!" Saat aku terkejut dalam hati, tiba-tiba mendengar suara gemerisik halus dari belakang. Ketika menoleh, kulihat tubuh asli si tukang santet perempuan sedang menghunus pisau pendek ke arah punggungku.
Melihat ini, segera aku melesat ke depan menghindari tusukan pisau pendeknya. Setelah berbalik, tangan kananku merogoh tas ransel dan langsung mengeluarkan Pedang Pemotong Kegelapan.
Energi Yang mengalir ke dalam pedang itu. Dengan dentang metalik yang nyaring, cahaya terang berpendar. Bilah pedang memanjang dengan cepat lalu melayang dari tanganku ke udara...
Begitu pedang itu melayang, segera kukendalikan dengan kesadaran untuk menebas ke arah tukang santet perempuan di seberang.
Sinar dingin menyambar. Melihat seranganku, si tukang santet perempuan buru-buru mengangkat pisau pendeknya untuk menangkis serangan pedang.
"Braak~!!" Dentuman logam bergema. Pedang Pemotong Kegelapan menghantam pisau pendeknya bagai mengiris tahu, langsung memotong senjata itu menjadi dua bagian.
Meski pisaunya sudah patah, momentum tebasan pedang tak berkurang sedikitpun. Tubuh si tukang santet perempuan ikut terbelah menjadi dua. Sekejap, percikan darah beterbangan.
Tukang santet wanita yang terbelah dua oleh Pedang Pemotong Kegelapan dan tewas seketika itu, aku segera menggunakan kesadaran untuk mengontrol pedang tersebut agar terbang kembali. Aku memutar badan dan segera mengejar Bai Honghua yang berada di belakangku.
Melihat ini, Bai Honghua mengayunkan kedua tangannya ke arahku dengan cepat. Ratusan kelopak merah darah berterbangan bagai salju, membawa aura pembunuhan yang menusuk, menghampiriku.
