Setelah dua butir pil dari tangan Master Lu dimasukkan ke mulut Pria Bertopi, aku melihat jelas sebagian besar luka di tubuhnya berhenti mengeluarkan darah. Namun Qing You tetap tidak kunjung sadar, wajahnya semakin pucat.
Master Lu dan Master Qingfeng mendampingi Pria Bertopi. Keduanya diam seribu bahasa, memandanginya dengan khidmat. Suasana di ruangan itu mendadak menjadi sangat mencekam...
Aku yang berdiri di samping tak kuasa menahan napas. Di hati aku terus berdoa: Harapannnn... Bertahanlah!!!
Orang baik pasti akan mendapat karma baik, pasti!!!
……
Bau amis darah masih menyengat di udara, sesekali angin dingin berhembus. Tapi Pria Bertopi yang telah menelan dua pil itu tetap tak bergerak.
Detik demi detik berlalu. Tiba-tiba kulihat dua garis basah mengalir di pipi putih Master Lu - jejak air mata...
Firasat buruk menerpa. Kelopak mata kananku berkedut tak henti. Kutarik napas dalam-dalam, mengumpulkan energi Yang sebelum kembali menatap mayat Pria Bertopi yang terbaring.
Dadaku sesak. Energi Yang terakhir di tubuhnya telah sirna. Manusia tanpa energi Yang berarti telah mencapai ujung kehidupan.
Pria Bertopi... Dia... Dia akhirnya tak berhasil bertahan?
Mayatnya yang kaku itu membuat kulit kepalaku merinding. Rasa pedih memenuhi dada, tubuhku gemetar tak terkendali.
"Aku benar-benar tak percaya, pria yang selama ini kupandang serba tahu dan serba bisa ini, suatu hari nanti juga akan terbaring mati di tanah..."
Aku tidak percaya, sungguh tidak percaya.
"Shisan, a-aku takut melihat, tolong periksa... apakah masih ada energi Yang di tubuh Qing You?" Saat itu, Master Lu menoleh dan bertanya padaku. Dari nada bicaranya yang baru saja, kudengar jelas kepanikan dan penderitaan, bahkan... bahkan secercah keputusasaan!
Melihat jejak air mata yang belum kering di pipinya, aku ragu. Aku tak tahu harus jujur atau tidak pada Master Lu. Hatiku tak tega.
"Shisan, Qing You sebenarnya belum mati. Segera gunakan 'Teknik Kebangkitan Yang Mao Shan'! Transfer sisa energi Yang dari tubuhmu ke titik vital di punggungnya. Hanya ini cara menyelamatkan nyawanya dari gerbang kematian." Suara Taotie dari giok kuno tiba-tiba terdengar.
Tanpa pikir panjang, kusegerakan melangkah ke belakang Pria Bertopi.
"Shibo Lu, tolong pegangi Master Qing You. Aku ada cara menyelamatkannya." Sambil berkata demikian, kududuk bersila di belakangnya. Mataku setengah terpejam, fokus mengumpulkan energi. Telapak tangan menempel pada titik vital di punggungnya. Perlahan kurasakan sisa energi Yang dari Dantian mengalir masuk ke tubuh Pria Bertopi melalui 'Teknik Kebangkitan Yang Mao Shan'.
Waktu terus berlalu detik demi detik. Saat aku terus memasukkan energi Yang dari tubuhku ke dalam tubuh Pria Bertopi, kurasakan butiran keringat mulai bermunculan di dahiku... Aku juga menyadari dengan jelas bahwa energi Yang dalam diriku sudah tidak cukup untuk terus ditransfer ke tubuhnya. Tapi Pria Bertopi masih belum juga bangun. Jika aku berhenti sekarang, nyawanya pasti tidak akan terselamatkan.
Memikirkan hal itu, terpaksa kugigit gigi dan terus memompa sisa energi Yang terakhir dalam tubuhku ke tubuh Pria Bertopi.
Penglihatanku mulai kabur. Bahkan indra dan kesadaranku mulai menghilang. Energi Yang dalam tubuhku hampir habis total. Jika terus begini, jalan satu-satunya bagiku adalah Jalan Buntu. Sedikit energi terakhir ini seharusnya kusimpan untuk bertahan hidup. Jika sampai ditransfer semua ke Pria Bertopi, pasti aku akan mati.
Tapi jika tidak kulanjutkan, semua upaya sebelumnya akan sia-sia!
"Batuk~! Batuk~!..." Tiba-tiba Pria Bertopi mulai batuk-batuk tak henti. Jelas dia sudah sadar. Begitu mendengar suara batuknya, kelopak mata beratku terkulai. Tubuhku limbung dan terjatuh ke tanah...
……
Saat siuman kembali, kudapati diriku terbaring di kasur yang sangat empuk. Udara di sekitarku dipenuhi aroma harum seperti bunga teratai.
Kubangunkan diri dari kasur, menggelengkan kepala untuk menyadarkan diri, lalu mulai mengamati sekeliling dengan cermat.
Yang membuatku agak terkejut, ruangan ini bukan rumah sakit, bukan juga rumah pria gemuk itu, apalagi Kuil Qingzhu, melainkan tempat yang sama sekali asing bagiku.
Setelah mengamati seluruh ruangan ini sejenak, dari dekorasi dan cermin rias di pinggir dinding, aku menyimpulkan: ini adalah kamar seorang gadis, tapi siapa persisnya, aku tidak tahu.
Aku menarik napas dalam-dalam, perlahan memakai sepatu dari kasur, baru saja hendak turun untuk melihat keluar, tiba-tiba pintu kamar terbuka dari luar. Yang masuk tak lain adalah pria gemuk itu dan Qiu Shasha.
Melihatku yang sedang duduk di kasur memakai sepatu saat mereka berdua masuk, pria gemuk itu segera melesat mendekat, meraih sepatu yang baru setengah kukenakan dari tanganku.
"Shixiong, kamu baru saja bangun, harus istirahat. Jangan terburu-buru turun dari kasur," kata pria gemuk itu sambil meletakkan sepatu yang direbutnya di bawah kasur.
"Dia benar, Shisan. Kamu memang perlu istirahat yang cukup. Energi Yang di tubuhmu sebelumnya terkuras terlalu banyak. Kalau bukan karena tubuh Tao bawaanmu, orang biasa sudah menghadap Raja Yama." Qiu Shasha mendekat sambil bicara, sampai di sisi kasur dia menuangkan air panas ke gelas dan menyodorkannya padaku: "Shisan, minumlah dulu... Ngomong-ngomong, kamu baru bangun, apakah lapar?"
Kuinum seteguk air lalu meletakkan gelas di meja samping kasur. Kugelengkan kepala pada Qiu Shasha: "Aku tidak lapar. Hanya ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada kalian."
“Baiklah, kalau begitu kamu tanya dulu, aku dengarkan.” Qiu Shasha sambil berkata lalu duduk di tepi kasur.
“Sekarang aku berada di mana?” Aku menatap Qiu Shasha dan mengajukan pertanyaan pertama.
Qiu Shasha menjawab: “Kamu sekarang di rumah Kak Zhao Man, kasur yang kamu tiduri ini juga milik pribadi Kak Zhao.”
“Kalau... kalau Zhao Man sendiri di mana?” Aku bertanya.
“Di dapur sedang merebus sup ayam untukmu, tadi aku dan si pria gemuk membantu menyiapkan bahan.” Qiu Shasha menjelaskan.
“Lalu... bagaimana aku bisa sampai di sini? Kenapa kalian ada di sini? Bagaimana kabar Zhenren Qing You? Guru dan Master Lu mereka bagaimana?” Aku menatap Qiu Shasha sambil melontarkan serangkaian pertanyaan.
Qiu Shasha tersenyum padaku: “Semalam Master Lu dan gurumu menghubungi kami, menyuruh kami menjemputmu dengan mobil. Sedangkan gurumu, Master Lu, dan Qing You ketiganya sudah pulang, mungkin ke gunung belakang Aliran Longhu.” Qiu Shasha menatapku sambil berkata.
“Saat kamu melihat Zhenren Qing You, apakah dia sadar?” Aku bertanya.
“Se... sepertinya sadar, tapi sangat lemah, seluruh tubuh berlumuran darah, tidak bisa bicara. Ngomong-ngomong, semalam kalian sebenarnya mengalami apa?!” Setelah mengingat sejenak, Qiu Shasha menatapku dan bertanya.
Aku tidak buru-buru menjawab pertanyaannya. Mendengar kabar bahwa Qing You masih sadar, baru sekarang aku benar-benar lega. Asalkan Qing You selamat, semuanya baik-baik saja.
“Ngomong-ngomong Shisan, aku dengar dari Master Lu bahwa po ke-delapanmu sudah kembali. Apa kamu merasakan sesuatu yang khusus?” Qiu Shasha menatapku penuh rasa ingin tahu dan bertanya lebih lanjut.
Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum getir: “Perasaan khusus sih tidak ada, tapi ada beberapa ingatan aneh.”
Qiu Shasha malah semakin tertarik, mendekatkan duduknya ke arahku dan bertanya lagi: “Ingatan spesifik seperti apa itu? Ceritakan dong.”
Tiba-tiba pria gemuk itu menyela: “Kukira Nona Qiu, kenapa kamu juga jadi suka ngerumpi seperti ini? Ini kan privasi shixiong-ku sendiri, lebih baik kita jangan ikut campur.”
Belum lagi suara pria gemuk itu reda, pintu kamar kembali terdorong perlahan. Kulihat ke arah suara dan ternyata Zhao Man yang datang.
Melihatku sudah bangun dan duduk di kasur, Zhao Man tersenyum bertanya: “Shisan, sejak kapan kamu bangun?”
“Baru saja, Kak Zhao. Aku merepotkanmu ya.” Kataku sambil menatapnya.
“Jangan pernah bilang begitu lagi padaku. Kamu lapar kan? Aku baru saja memasak sup ayam, akan kuambilkan dari bawah.” Zhao Man langsung pergi setelah berkata begitu.
Qiu Shasha yang masih duduk di pinggir kasur tiba-tiba menyeringai nakal: “Shisan, gimana pendapatmu tentang Kak Zhao?”
