Melihat hantu perempuan itu kabur, aku segera mengumpulkan energi Yang di kaki dan berlari mengejarnya. Baru beberapa langkah aku melesat, tiba-tiba Qiu Shasha dari belakang memanggilku:
"Shisan, berhenti! Jangan kejar!!"
Aku pun menghentikan langkah dan menoleh ke arahnya. "Ada apa, Shasha?"
"Ini mungkin jebakan lagi," ujar Qiu Shasha yang sudah melompat mendekatiku, matanya masih menatap arah kaburnya hantu tadi. Sejak insiden jebakan Lingxi sebelumnya, dia jadi sangat hati-hati.
"Lalu kita biarkan dia kabur begitu saja??" tanyaku tak puas.
Qiu Shasha hanya terdiam...
"Jebakan atau bukan, aku harus mengejarnya. Tidak boleh ada hantu jahat seperti itu berkeliaran di Dunia Manusia." Tanpa menunggu jawaban, aku kembali menggerakkan kaki untuk mengejar kabut hitam itu.
Gagasan ini bukanlah impulsif sesaat dariku, juga bukan heroisme. Setelah po kedelapan kembali ke tubuh, tiba-tiba perasaan jijikku terhadap hantu yin jahat yang telah membunuh orang tak bersalah semakin bertambah. Karena itulah aku berniat mengejar hantu perempuan itu dan membasminya agar tidak terus merugikan orang di kemudian hari.
Selain itu, aku merasa kehadiran tiba-tiba hantu perempuan ini di sini seolah terkait erat dengan beberapa peristiwa tertentu.
Mengikuti jejak energi Yin yang ditinggalkan hantu itu, aku meluncur keluar dari perumahan pria gemuk, terus mengikuti hantu ini hingga ke sebuah taman di luar kompleks. Saat ini malam sedang gelap dengan bulan sabit, di taman sepi tanpa bayangan orang dan pencahayaan redup ini, selain jalan setapak, hampir tak ada yang terlihat.
Setelah mengikuti hantu itu masuk lebih dalam ke taman, kudapati dia melarikan diri ke dalam rumpun bambu di area ini.
Sampai di depan rumpun bambu, aku berhenti di tempat. Pertama-tama mengumpulkan energi Yang di mata untuk mengamati sekeliling dengan cermat. Ternyata di dalam rumpun bambu ini hanya ada energi Yin dari hantu perempuan itu sendiri, tanpa campuran energi Yin jahat lainnya.
Berdiri di tempat, kulemparkan pandangan ke bulan yang tertutup awan hitam, menarik napas dalam-dalam, lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumpun bambu rapat yang hanya memiliki satu jalan setapak...
Saat aku memasuki kawasan bambu ini, Energi Yin yang menusuk tulang langsung menyergap. Aku mengumpulkan energi Yang ke seluruh tubuh untuk memblokirnya, sambil mengambil Fu Yang dari tas ransel dan menempelkannya di dada, lalu terus mengejar sumber Energi Yin.
Setelah berjalan puluhan meter ke dalam hutan bambu, tiba-tiba aku merasa seperti masuk ke labirin. Aku benar-benar kehilangan arah, dikelilingi barisan bambu yang identik. Ditambah gangguan Energi Yin dan langit gelap tanpa bulan, aku pun bingung di tengah hutan bambu yang seharusnya tidak luas ini...
Aku berhenti, menengadah ke atas rumpun bambu. Bulan purnama masih tertutup awan kelam yang tebal.
Melihat ini, aku melompat tinggi dengan energi Yang. Dari udara, baru kusadari hutan bambu ini telah meluas berkali-kali lipat tanpa kusadari!
Dari kejauhan, hamparan bambu tak berujung bagai lautan. Setelah mendarat, aku segera paham - ini pasti ilusi Hantu Perempuan untuk menjebakku di sini.
Ternyata hantu ini memang punya kemampuan. Tapi formasi ilusi sederhana seperti ini takkan bisa mengurungku.
Dengan pikiran ini, aku berbalik arah menuju titik dengan konsentrasi Energi Yin terpadat di belakang hutan bambu - pusat formasi ilusi ini.
"Jaraknya tidak jauh, setelah berjalan puluhan langkah ke belakang, aku melihat sebatang bambu daun yang relatif besar berdiri di antara hamparan bambu yang luas.
Rupanya mata formasi itu adalah bambu tersebut. Setelah menemukan mata formasi, aku bergegas mendekat. Sampai di depan bambu itu, aku mengayunkan tinju dan memukulnya dengan keras.
"Krak~!!" Suara pecah terdengar. Bambu seukuran lengan orang dewasa itu patah di tengah oleh pukulanku, lalu perlahan roboh ke tanah. Begitu bambu ini jatuh, energi Yin di sekitarnya langsung menyebar tak beraturan. Di dalam rumpun bambu mulai terjadi perubahan halus, kembali menjadi hutan bambu kecil seperti semula.
Dengan mata formasi yang telah kuhancurkan, formasi ilusi pun runtuh dengan sendirinya. Aku mengumpulkan energi Yang dan mengamati sekeliling dengan cermat, kembali mengunci posisi persembunyian hantu perempuan itu. Lalu aku membalikkan badan dan berkata dingin ke arah itu: "Kamu yang keluar sendiri, atau aku yang datang menghancurkan persembunyianmu?!"
Begitu ucapanku habis, bambu di lokasi itu bergoyang. Sebuah bayangan hitam membawa energi Yin melayang keluar dari rumpun bambu. Saat bayangan itu semakin jelas, kulihat wajahnya - persis hantu perempuan berpakaian terbuka dengan sosok menggairahkan yang sebelumnya kulihat.
"Zhenren, kamu terus mengikutiku, apa kamu tertarik padaku??" Hantu perempuan itu tersenyum genit memandangku.
“Meskipun dia tersenyum padaku, tapi aku masih menangkap secerca panik di balik mata rubuhnya yang menggoda. Ini sangat jelas, saat ini dia sedang ketakutan!
Aku mendengus dingin dan berkata: "Mataku belum buta. Karena kau sudah membunuh orang, dan karena kau sudah kukejar sampai ketemu, jangan salahkan aku." Setelah berkata demikian, aku langsung mengumpulkan energi Yang di tangan kanan dan menerjang ke arah hantu perempuan itu, menyerang titik vital dadanya.
Melihat seranganku, hantu perempuan itu buru-buru menghindar ke dalam rumpun bambu di belakangnya. Sambil mundur cepat, dia menatapku dan berkata: "Zhenren, sebagai manusia kau harus menyisakan celah untuk diri sendiri. Tahukah kau siapa yang menyuruhku ke sana untuk menghisap energi Yang orang hidup? Orang itu benar-benar di luar jangkauanmu!"
Mendengar perkataan hantu perempuan itu, karena ingin tahu dalang di baliknya, aku menghentikan postur tubuhku dan menarik kembali tangan kanan sambil menatapnya bertanya: "Siapa yang menyuruhmu melakukan ini? Apa tujuan menghisap energi Yang orang hidup di pusat keramaian? Jika kau berbohong, malam ini juga rohmu akan kucerai-beraikan."
"Zhenren, jika aku mengaku semuanya, maukah kau memberiku kelonggaran?" Hantu perempuan itu seolah menggenggam jerami penyelamat, segera menatapku dan bertanya.
"Jika kau tidak mau bicara, sekarang juga aku akan membasmi dirimu!" Aku menatap hantu perempuan itu sambil berpura-pura hendak menyerang.
“Hantu Perempuan itu jelas ketakutan melihat penampilanku, langsung berkata: ‘Jangan, baiklah, aku bicara, aku akan bicara semua... Mungkin kau tidak akan percaya, orang yang menyuruhku menghisap energi Yang orang hidup dan merugikan orang di mana-mana justru adalah anggota Aliran Longhu kalian, tapi siapa tepatnya aku tidak tahu. Selain itu, energi Yang yang terpancar dari tubuhnya bahkan lebih kuat darimu.’”
“Orang itu laki-laki atau perempuan?” Aku waspada menatap hantu perempuan itu, berjaga-jaga kalau dia tiba-tiba main licik, lalu bertanya.
“Seorang wanita, bertubuh sangat indah, tapi aku tidak bisa melihat wajahnya. Dari suaranya, sepertinya masih muda,” jawab hantu itu.
“Hong Yan!!”
Begitu mendengar jawaban hantu itu, orang pertama yang terlintas di pikiranku adalah dia. Seorang daoshi Aliran Longhu sekaligus wanita, energi Yangnya lebih kuat dariku, dan suka melakukan hal merugikan untuk keuntungan diri sendiri—di seluruh Longhuzong hanya ada Hong Yan dan Ji Honghua yang tunduk padanya. Tapi kemungkinan Ji Honghua sangat kecil, karena belakangan ini dia terus dikirim Hong Yan untuk menghadapiku.
“Selain itu, orang itu menyuruhku menyimpan semua energi Yang yang kuhisap dalam guci ini, lalu menyerahkannya setiap tanggal 14 bulanan,” kata hantu itu sambil mengeluarkan guci hitam dari tubuhnya, lalu berkata padaku.
Aku menatapnya sambil mengangguk, tidak mengambil guci di tangannya. Alasan Hong Yan terus mengumpulkan energi Yang dari orang hidup hanya ada dua: Pertama, teknik kultivasi yang dipelajarinya mengharuskan terus menghisap energi Yang manusia hidup untuk meningkatkan tingkat kultivasinya. Kedua, hal ini berkaitan dengan kebangkitan arwah yin Kaisar tersebut.
Sambil berpikir, perlahan kuraih Pedang Pemotong Kegelapan dari tas ranselku. Kualirkan energi Yang, bilah pedang itu mengeluarkan gemerisik logam halus...
Hantu Perempuan itu seperti merasakan sesuatu, matanya dipenuhi ketakutan saat menatapku: "Zh... Zhenren, aku sudah mengatakan semua yang harus kukatakan. B-bisakah kau melepasku sekarang?"
Aku mengangguk:
"Boleh. Pergilah."
Mendengar jawabanku, hantu itu tampak terkejut. Ia berdiri di tempat sambil ragu-ragu, akhirnya meletakkan guci di tangannya ke tanah lalu berbalik pergi.
