“Shisan selalu ingat nasihat Raja Yama, tapi ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan pada Yang Mulia.” Kataku pada Raja Yama.
“Apa itu?” tanya Raja Yama.
“Aku ingin bertanya, apakah Yang Mulia tahu letak pasti Wilayah Liar Nanman itu? Atau arah tepatnya di Dunia Manusia ini, timur, selatan, barat, atau utara?”
Raja Yama menghela napas setelah mendengar pertanyaanku, “Andai aku tahu, sudah kubilang sejak lama. Wilayah Dunia Manusia harus kau cari sendiri. Asal tekun, pasti akan ketemu.”
Meski sedikit kecewa, aku tahu perkataannya benar. Asal tekun mencari, pasti akan ditemukan.
Setelah memutus kontak dengan Raja Yama, aku turun dari kasur dan keluar rumah. Kebetulan pria gemuk itu baru kembali dengan membeli pizza ukuran besar untuk empat orang.
Pria gemuk itu meletakkan pizza di meja sambil berkata, “Shixiong, sudah larut. Tak ada yang buka kecuali KFC 24 jam. Aku tak tahu apakah kamu dan Nona Qiu suka pizza berisi keju di bagian pinggir ini.”
Kukomentari dengan santai, “Pizza 'Hati yang Tulus'? Kenapa tak beli 'Pizza Kekasih' sekalian? Biar jadi pasangan Hati dan Kekasih.”
“Apa yang kalian bicarakan? Kekasih apa lagi?” Tiba-tiba Qiu Shasha sudah selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan rapi.
“Ah, cuma bercanda. Ngomong-ngomong Shasha, kamu suka pizza?” Tanyaku sambil menatapnya.
“Pizza? Aku sepertinya pernah mendengar, tapi... tapi belum pernah mencoba sama sekali.” Qiu Shasha memandangku dengan canggung.
“Kebetulan belum pernah, mari cicipi pizza ini, masih hangat loh, lihat masih mengepul asap panas.” Pria gemuk itu membuka kemasan pizza, aroma khas pizza segera memenuhi hidungku.
Qiu Shasha mengangguk, tanpa sungkan duduk di sofa lalu menerima sepotong pizza dari tangan pria gemuk itu, menggigitnya perlahan.
“Hmm~ memang enak.” Qiu Shasha tersenyum pada pria gemuk itu.
“Kalau suka makanlah lebih banyak, lagian si Gemuk juga doyan pizza.” Aku ikut duduk di sofa.
“Shisan, jangan bohongi aku. Aku belum pernah lihat ada makanan yang tidak disukai pria gemuk ini. Semua yang bisa dimakan, dia lahap.” Qiu Shasha menggigit lagi pizzanya.
“Betul, makanya di rumahnya tidak boleh pelihara anjing.” Aku menerima pizza dari pria gemuk itu dan menyantapnya dengan lahap, rasanya memang enak. Soal urusan makanan, si Gemuk jauh lebih ahli dariku.
“Tidak boleh pelihara anjing? Kenapa tidak boleh?” Qiu Shasha mengernyitkan alis penuh tanya.
“Makanan anjing yang dibeli tidak cukup untuk dia sendiri makan. Jangankan anjing besar, Chihuahua pun akan mati kelaparan kalau dipelihara.” Aku meledek pria gemuk itu.
Pria gemuk mendengar ucapanku, menatapku sambil memaki: "Shisan, dasar nenekmu! Dasar kau yang makan makanan anjing! Meski mulutku agak rakus, mana mungkin aku makan makanan anjing? Aku ini mungkin makan makanan anjing?! Makanan anjing itu baunya anyir minyak ayam... Sial, bocorin mulut!"
Qiu Shasha tak tahan tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan pria gemuk. Akhirnya, kami bertiga duduk melingkari pizza besar ini, sambil makan dan mengobrol santai.
Setelah kenyang, kami merapikan meja bersama. Qiu Shasha duduk di sofa sambil menatapku dan pria gemuk dengan ekspresi serius: "Shisan, Pangye, terima kasih!"
“Terima kasih untuk kami, terima kasih untuk apa? Cuma pizza biasa, bukan barang berharga.” Pria gemuk melihat Qiu Shasha dengan ekspresi bingung.
Qiu Shasha tersenyum sambil menggelengkan kepala;
"Aku berterima kasih bukan karena pizza ini, tapi karena kalian membuatku merasakan kehangatan keluarga. Saat makan bersama kalian, rasanya seperti makan bersama keluarga..." Ucap Qiu Shasha sambil lingkaran matanya kembali memerah. Setelah berkata "Dia ingin menyendiri sejenak" padaku dan si gemuk, dia masuk ke kamar yang sebelumnya ditempati Zhao Man.
Setelah melihat Qiu Shasha masuk ke dalam kamar, aku berdiri dan berkata pada pria gemuk: "Pria gemuk, kamu nonton TV sebentar di ruang utama, aku akan berlatih di kamarmu." Setelah mengatakan itu, aku masuk ke kamar pria gemuk dan menutup pintu dari dalam.
Masuk kamar, melepas sepatu, naik ke kasur, aku segera duduk bersila dan menutup kedua mata, perlahan-lahan mengingat kembali memori yang dibawa oleh Po kedelapan.
Memori ini tidak banyak, namun sangat kacau. Aku melihat bagaimana diriku pertama kali mengenal Rushuang, tapi tidak menemukan cara kematianku. Aku melihat kami duduk di hamparan rumput mengobrol dan memandang bintang, tapi tak bisa melihat proses perpisahan kami. Pecahan ingatan ini seolah dirobek-robek oleh kekuatan tak kasat mata, menjadi terpecah belah.
Perlahan, aku keluar dari kenangan tentang diriku dan Rushuang. Tak lagi memikirkan hal-hal ini. Karena sudah memahami awal pertemuan kami, sekarang waktunya fokus mengingat Mudra gaya keenam dan ketujuh dari Lóng Hŭ Qī Shè Yìn beserta mantranya, serta sapu bulu misterius di tas yang tak pernah kugunakan.
Dalam situasi genting saat ini, inilah prioritas utama.
Tapi entah mengapa, samar-samar kurasakan sapu bulu ini pasti memiliki hubungan tertentu denganku.
Mengumpulkan kembali kewarasan, kukonsentrasikan seluruh tenaga dan perhatian, mulai berusaha mengingat dengan sungguh-sungguh...
Ingatan meski sangat kabur, namun selalu ada. Ia bagai balon yang melayang di udara bergerak naik turun, terkadang hampir saja kuraih, tiba-tiba melesat menjauh. Bagi sifat temperamentalku, ini hampir seperti siksaan.
Tiba-tiba kilasan ingatan melintas di pikiranku. Seketika kuingat! Mudra dan mantra metode keenam ini:
"Diam memandang lama konsentrasi spiritual tak bergerak, Terang sunyi terus-menerus dalam tak meredup." Inilah mantra Lóng Hŭ Qī Shè Yìn metode keenam. Setelah memahami metode keenam, hatiku dipenuhi sukacita. Kulanjutkan dengan memaksa diri mengingat mantra dan mudra metode terakhir Lóng Hŭ Qī Shè Yìn.
Namun yang membuatku kecewa dan terkejut, bagaimanapun kucoba mengingat, tak satu pun mantra metode terakhir Lóng Hŭ Qī Shè Yìn ini kuingat, bahkan satu karakter pun.
Perasaan ini seolah dalam ingatanku, Lóng Hŭ Qī Shè Yìn hanya memiliki enam metode, sama sekali tidak ada yang ketujuh.
Selain itu, tentang kitab misterius Fu Chen itu, dalam ingatan-ingatan ini juga tak tersisa sedikit pun.
Mungkinkah dalam reinkarnasi sebelumnya, aku juga tak memahami metode terakhir Lóng Hŭ Qī Shè Yìn ini? Atau mungkin ingatan yang terkoyak itu kebetulan menyobek-nyobek memori tentang metode ketujuh ini. Dalam kondisi saat ini, hanya dua alasan ini yang bisa menjelaskan.
Aku menghela napas panjang, perlahan membuka kedua mata, mengulurkan tangan dan menepuk-nepuk kepala yang masih berdenyut-denyut. Setelah turun dari kasur lagi, aku berjalan keluar kamar. Ingin turun sendiri untuk jalan-jalan, mungkin bisa membantuku mengingat sesuatu.
Di ruang tamu, pria gemuk sedang duduk sendirian di sofa menonton kartun《Xi Yangyang yu Hui Tailang》(Kambing Ceria dan Serigala Abadi)...
"Hei gemuk, umur berapa masih nonton kartun anak-anak?" tanyaku sambil menuang air minum, menatap pria itu.
Pria gemuk di sofa melirik, berkata dengan nada merendahkan: "Shixiong, pernyataanmu salah! Seni tak kenal batas negara maupun usia. Yang penting, ini bisa menjagaku tetap punya jiwa anak-anak!"
"Baiklah, teruslah jaga 'jiwa anak-anak'-mu di sini. Aku mau turun jalan-jalan sendirian." Setelah menghabiskan air, aku berjalan menuju pintu.
Pria gemuk bangkit dari sofa, memandangiku penuh tanya.
"Shixiong, mau ke mana larut malam begini? Jam berapa pulang?"
"Kira-kira saat Serigala Hui bisa menangkap kambing, saat itulah aku kembali." Aku menutup pintu tanpa menggunakan lift, menuruni tangga langkah demi langkah.
Sesampainya di bawah, aku berjalan menuju gerbang perumahan. Ingin menyusuri tepi jalan sendirian, mungkin bisa membantu memulihkan ingatan. Tekanan batin ini harus kulepaskan dengan berjalan-jalan.
Setelah keluar dari perumahan, aku berjalan ke arah selatan kompleks. Sambil melihat lampu jalan di Jalan Xinsha, aku berjalan-jalan tanpa tujuan.
Tiba-tiba, di tepi jalan yang sepi itu kulihat sebuah lapak - satu-satunya yang ada di jalanan kosong ini.
Begitu melihat lapak tersebut, kewaspadaanku langsung muncul. Hatiku bertanya-tanya: Ini kan sudah tengah malam, bukan area pasar malam, kenapa ada orang berjualan di sini? Mau jual ke hantu apa?!
