"Apa yang tidak beres dengan peta ini?" Setelah mendengar perkataan pria gemuk itu, hatiku langsung berdebar kencang. Aku segera menatapnya dan bertanya.
Pria gemuk itu menunjuk salah satu area di peta dengan jari sebesar sosis dan berkata: "Shixiong, lihat di sini. Lokasi ini... mulai dari titik ini sampai titik akhir di ujung peta ini, seluruh area luas ini sama sekali tidak bisa ditemukan di peta elektronik manapun!"
Mendengar penjelasannya, aku merasa sangat bingung. Aku segera mengikuti arah telunjuknya dan membandingkan dengan peta di komputer. Benar apa yang dikatakannya - area yang ditunjuk jarinya memang tidak ada dalam peta digital manapun.
Ini... apa yang sebenarnya terjadi?
"Hei gemuk, dari situs web mana kamu dapat peta ini? Kalau perlu kita coba ganti ke peta dari situs web lain." Aku menatap layar komputer sambil berbicara padanya.
Pria gemuk itu mengangguk dan segera berganti ke peta situs web lain. Namun ketika kami mencoba melacak lokasi yang tertera di peta kertas itu, tetap saja tidak menemukan area tersebut.
Aku tidak menyerah dan mencoba peta elektronik dari situs web lain lagi. Hasilnya tetap sama seperti sebelumnya...
Memandangi peta di layar komputer itu, hatiku semakin sesak. Jangan-jangan peta yang diberikan nenek tua itu palsu? Kalau bukan palsu, mengapa area gurun dan titik akhir yang tertera sama sekali tidak bisa ditemukan di peta digital manapun?
"Shisan, jangan sia-siakan waktu di sini. Kau tidak akan menemukannya, karena tempat yang kau cari itu sama sekali tidak ada!" Saat itu, suara Taotie terdengar di telingaku.
Mendengar perkataannya, hatiku berdebar kencang. Dengan setengah percaya kusergah, "Taotie, apa maksudmu? Bagaimana bisa tempat itu tidak ada?!"
"Benar. Wilayah Liar itu tidak eksis. Dengan kata lain, ia tidak berada dalam dunia kalian," jelas Taotie padaku.
"Bicaralah perlahan, semakin lama aku semakin tak mengerti..." kataku.
"Secara sederhana, yang disebut Wilayah Liar itu adalah Dunia Ketiga dalam semesta ini," ujar Taotie.
"Dunia Ketiga? Apa itu Dunia Ketiga??" Aku pertama kali mendengar istilah ini, otakku sejenak blank.
“Di dunia ini terdapat Tiga Alam dan Enam Jalan Reinkarnasi. Tentang Enam Jalan kau sudah paham, jadi tak perlu ku jelaskan. Tiga Alam ini merujuk pada Dunia Manusia (Yang), Alam Baka (Yin), dan Alam Tanpa Warna tempat tinggal semua makhluk. Inilah tiga tingkat eksistensi tempat makhluk hidup yang terbelenggu ilusi berputar dalam siklus kelahiran dan kematian; disebut juga Tiga Alam Penderitaan.” Taotie berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Sedangkan Wilayah Liar yang selalu kalian cari itu berada di Alam Ketiga. Tempat itu penuh penderitaan seluas samudra, sehingga disebut juga Alam Sengsara atau Lautan Penderitaan. Jadi jika kalian benar-benar berniat mencari Air Suci Sungai Luo di Wilayah Liar Alam Ketiga, persiapkan diri kalian matang-matang. Karena sekali kalian pergi, mungkin takkan bisa kembali – bukan hanya jasad, bahkan Tiga Hun dan Tujuh Pori kalian akan terkunci selamanya di Alam Ketiga." Perkataan Taotie bagai ember air es yang mengguyurku dari kepala hingga ujung kaki, membuatku tertusuk hingga ke hati.
“Tapi... sebelumnya Raja Yama bilang padaku, Wilayah Liar itu ada di Dunia Manusia kita.” Kutantang Taotie.
“Maksudnya, pintu masuk Wilayah Liar berada di Dunia Manusia, sedangkan Wilayah Liar itu sendiri merupakan gerbang menuju Alam Ketiga. Jika ingin menemukan Air Suci Sungai Luo, kalian harus memasuki Alam Ketiga.” Taotie menjelaskan padaku.
Setelah mendengar penjelasannya, barulah aku benar-benar paham. Kukedipkan mata perlahan:
“Mengerti, mengerti. Sekarang aku sudah jelas...”
“Kau paham itu bagus. Kau masih memutuskan untuk pergi ke Dunia Ketiga mencari Air Suci Sungai Luo?？” Taotie bertanya padaku.
Aku mengangguk tegas, berkata dengan pasti: “Pergi, harus pergi.” Air Suci Sungai Luo ini adalah bahan terakhir yang dibutuhkan untuk membuat Rushuang terlahir kembali sebagai manusia. Aku sama sekali tidak boleh menyerah di tengah jalan. Selain itu, bekas luka di wajah Kak Zhao Man juga membutuhkan Air Suci Sungai Luo itu untuk menghilangkannya sepenuhnya. Jadi bagaimanapun, entah itu Dunia Ketiga, Keempat, atau Kelima, kali ini aku harus pergi.
“Baik! Aku akan mengorbankan nyawa menemani Junzi, ikut bersamamu.” Taotie berbicara dengan semangat heroik. Padahal sebenarnya dia berada di dalam giok kuno yang selalu kubawa. Kalau tidak ikut ke Dunia Ketiga, dengan kondisi Energi Yin-nya yang sudah habis, mau pergi ke mana lagi?
“Ngomong-ngomong Taotie, kalau kau tahu sedetail ini, pasti tahu rute ke Wilayah Liar itu kan?” Tiba-tiba aku teringat masalah ini dan bertanya pada Taotie.
“……Tidak tahu.” Jawaban Taotie membuatku agak malu.
Dia melanjutkan: “Shisan, peta yang kau pegang itu belum tentu palsu. Beberapa tempat mungkin tidak ada di peta elektronik, bahkan satelit di angkasa pun tidak bisa menangkapnya.”
“Maksudmu kita mencoba mengikuti rute yang ditandai di peta ini?” tanyaku.
“Ya. Bagaimanapun, mencoba selalu memberi kesempatan.” Kata Taotie.
Pada saat yang sama, pria gemuk di samping tiba-tiba menyela pembicaraanku:
“Shixiong, luka Saudari ipar Rushuang sudah sembuh?” Dia mengira tadi aku terus mengobrol dengan Rushuang.
Aku mengelak dan menyuruh si pria gemuk mulai bersiap, besok kami akan berangkat mencari Wilayah Liar itu.
"Si Gemuk, kali ini kau bantu siapkan perlengkapanku, aku pergi sendiri. Kau cari kerja di rumah, jangan cuma nganggur." Kataku sambil memeriksa tas ransel.
Si pria gemuk langsung menggelengkan kepala:
"Tidak boleh, bagaimanapun juga aku harus ikut."
"Tidak! Kali ini apapun yang kau katakan takkan kubolehkan. Kau tunggu di Dongdian kalau memang malas kerja." Kutegaskan untuk mencegahnya memaksa.
Taotie baru saja memperingatkanku: Dunia Ketiga ini bukan main-main. Masuk kesana berarti 80% takkan kembali, bahkan Tiga Hun dan Tujuh Pori pun takkan bisa bereinkarnasi. Jika si Gemuk ikut dan celaka, rasa bersalahku takkan terbendung.
Melihat ketegasanku, ia menatapku lama lalu bertanya: "Shixiong, aku... benar tak boleh ikut?"
"Tidak!" Jawabku dengan tegas.
"Kalau... si Kaki Jenjang Zhao, apa dia ikut?" Pertanyaannya berkaitan dengan pencarian Air Suci Sungai Luo yang juga melibatkan Zhao Man.
Kugelengkan kepala: "Dia juga tak ikut. Jika berhasil kutemukan Shen Shui, akan kubawakan untuk Kak Zhao."
Si Gemuk menghela napas:
“Sudahlah, kali ini kamu benar-benar niat bulat pergi sendirian... Baiklah, nanti aku akan mengantarmu sampai ke tujuan dengan mobil, lalu aku pulang sendiri, boleh kan?”
“Tidak masalah, bahkan kalau kamu tidak mengantar pun aku akan memaksamu.” Aku berkata sambil keluar dari rumah, berjalan menuju kamar tempat Qiu Shasha berada.
Sampai di depan pintu, pertama-tama aku mengetuk pelan beberapa kali, dari dalam langsung terdengar suara Qiu Shasha:
“Ada apa??”
“Qiu Shasha, buka pintu dulu, ada sesuatu yang ingin kubicarakan.”
“Aku sedang di kasur, malas turun. Pintu tidak dikunci, masuk saja sendiri.” Kata Qiu Shasha.
Mendengar ucapannya, terpaksa aku mendorong pintu dan masuk. Qiu Shasha sedang bersandar di tempat tidur sambil memegang buku latihan spiritual Tao.
“Ada apa, Shisan? Ada hal penting?” Qiu Shasha menutup bukunya, duduk tegak setengah badan sambil menatapku.
“Aku hanya ingin memberi kabar, besok aku akan berangkat ke Wilayah Liar itu.” Kataku.
Ekspresi Qiu Shasha sedikit berubah: “Kamu sudah menemukan lokasinya?”
“Ya, kurang lebih.” Aku mengangguk.
“Jam berapa besok pagi berangkat? Aku akan bersiap-siap ikut. Lagipula sekarang aku sedang tidak ada kerjaan.” Sambil berkata demikian, Qiu Shasha merapikan rambutnya yang berantakan di dada ke belakang punggung.
