Memandangi dua orang yang semakin mendekat, hatiku dipenuhi kebingungan. Sementara itu, kupercepat langkah kaki dan melompat gesit mengejar lima orang di depanku.
Mengejar sampai di belakang lima orang di depan, saat ini aku mulai bisa melihat samar-samar cahaya yang dipancarkan dari dua orang yang mendekati kami. Ternyata itu adalah senter. Seiring jarak yang semakin dekat, perlahan-lahan aku bisa melihat postur kedua orang tersebut - satu sangat gemuk, satunya lagi ramping seperti seorang wanita.
Dari mana asal kedua orang itu? Apakah mereka juga seperti tim Kapten Guo yang datang ke wilayah liar ini untuk menambang batu giok?
Sementara dalam hatiku masih bertanya-tanya, Si Janggut yang berjalan di depanku tiba-tiba berteriak ke arah kedua orang itu: "Hei! Kalian yang di depan, dari mana datangnya? Ngapain ke wilayah kosong ini?!" Pertanyaannya seolah-olah tanah liar ini adalah milik pribadinya...
Karena angin yang berlawanan, kedua orang itu tampaknya tidak mendengar teriakan Si Janggut. Mereka terus bergegas mendekat tanpa sepatah kata pun.
Bersamaan dengan itu, Kapten Guo dengan suara "Swis!" menghunus pisau pendek dari sarungnya dan memegangnya erat, bersiap untuk bertarung. Melihat hal ini, Si Kuncir dan Si Janggut juga segera mengeluarkan pisau pendek mereka.
Tampaknya mereka masih trauma dengan pertemuan sebelumnya dengan biksu yang tubuhnya dipenuhi serangga merah darah. Karena itu begitu bertemu orang asing, mereka langsung menghunus senjata untuk berjaga-jaga.
“Goblog nenekmu semua! Kakek barusan ngomong sama kalian, tuli apa nggak ngerti bahasa manusia?! Sial!!” Kali ini si janggut terlihat sangat emosi, langsung memaki keras kedua orang di depannya.
“Nenekmu! Siapa yang kau sebut cucu?! Kalau masih berani menghina, dasar Pangye bakal hantam mulutmu pakai sekop sampai remuk!!!” Suara pria gemuk tiba-tiba terdengar dari seberang.
Aku yang mengikuti lima orang itu langsung blank mendengar suaranya. Di hati penuh keheranan dan kebingungan, sekaligus bertanya-tanya bagaimana mungkin pria gemuk dan Qiu Shasha bisa sampai di sini?!
“Dasar keparat!!” Si janggut langsung berjongkok mengambil sebongkah batu dari tanah setelah mendengar makian, bersiap melemparkannya ke arah pria gemuk dan Qiu Shasha.
Melihat si janggut hendak menyerang, segera kukumpulkan energi Yang di tangan kanan. Setelah berpikir, kuhilangkan energi itu lalu kutampar peluk punggungnya. Tubuhnya melayang ke depan beberapa langkah, akhirnya terjungkal wajahnya menghantam tanah seperti anjing menjilat lumpur!
“Hu Zi, kenapa ini?!” Kapten Guo bertanya sambil melihat si janggut yang tergeletak. Seranganku tadi sangat cepat dan langsung kutarik kembali, jadi tak ada yang menyadari akulah yang mengalahkannya dari belakang.
"Goblog!! Siapa dasar yang mengintai dari belakang!! Udah mau mati ya..." Pria berjanggut itu menggeram dengan mata terbelalak sambil berbalik menghadap ke arahku. Namun di tengah kalimatnya, tiba-tiba suaranya tercekat. Kedua matanya membelalak penuh ketakutan, mulutnya menganga terkunci saat menatap sesuatu di belakangku...
Aku berdiri kaku menyaksikan perubahan ekspresi dramatis di wajahnya. Hati ini sudah tahu pasti ada sesuatu yang mendekat dari belakang. Segera kuputar tubuhku untuk melihat.
Persis saat kepalaku menoleh, deretan suara familiar mulai menggema:
"Ssrrt...ssrrt..." Meski tak terlalu keras, suara itu berkerumun tak beraturan. Meski mataku sudah menatap ke belakang, sorot senter yang terbatas hanya memperlihatkan bayangan sesuatu yang bergerak-gerak di tanah seperti gelombang hitam mendekat.
"Ssrrt...ssrrt..." Suara itu kian membesar, kian kacau, kian dekat. Tiba-tiba aku teringat - ini persis suara serangga merah penghisap darah yang pernah kami temui di gua!
"Kapten Guo... sepertinya... serangga-serangga itu... mengejar kita!!!" Suara pria berjanggut itu gemetar ketakutan.
"Lama-lama ngapain?! Dasar bego, Cepat kabur~!" Teriak Kapten Guo sambil berlari kencang menuju pria gemuk dan Qiu Shasha.
Ketika kami berlari mendekati pria gemuk dan Qiu Shasha, pria gemuk belum melihatku. Dia menggulung lengan bajunya sambil terus meneriakkan ancaman untuk menghajar beberapa keparat ini.
Melihat pria gemuk dan Qiu Shasha, aku segera melesat ke arah mereka dengan gerakan gesit.
Qiu Shasha yang pertama melihatku. Dia segera memberiku salam, sementara pria gemuk juga menoleh ke arahku. Tanpa membuang waktu untuk basa-basi, setelah berhenti di samping mereka, aku berteriak keras: "Pria gemuk, Qiu Shasha! Ada gerombolan serangga penghisap darah mengejar kita! Jangan banyak bicara, lari cepat!!"
Setelah meninggalkan pesan itu, aku langsung berlari kencang ke depan.
Qiu Shasha dan pria gemuk yang sudah berpengalaman dalam situasi hidup-mati langsung mengikutiku tanpa ragu-ragu.
Setelah menyusul lima orang yang berlari di depan, aku memperlambat langkah dan menoleh ke belakang. Kulihat serangga merah darah di tanah tidak mengejar, dan suara "ciit-ciit" yang sebelumnya terdengar di telinga kami pun menghilang...
Melihat ini, aku menghela napas lega. Aku menoleh ke pria gemuk dan Qiu Shasha: "Kenapa kalian berdua ikut datang?!"
Pria gemuk memandangku dengan wajah tak bersalah, lalu menyembulkan bibirnya ke arah Qiu Shasha, mengisyaratkan ini bukan urusannya.
"Qiu Shasha, kenapa kalian ikut datang?" tanyaku pada gadis itu.
“Aku... Aku benar-benar tidak bisa tenang membiarkanmu masuk sendirian ke tempat berbahaya seperti ini. Lagipula... Lagipula selama kamu bisa keluar hidup-hidup, kami pasti juga bisa selamat walau ikut masuk. Tapi kalau kamu sendiri tidak bisa keluar, kami pasti akan menyesal dan merasa bersalah seumur hidup. Dan yang paling penting, Shisan, aku...” Suara Qiu Shasha tercekat di tengah kalimat, tidak melanjutkan perkataannya.
“Dan yang paling penting apa?!” tanyaku sambil terus berlari mengikuti lima orang di depan, menatap Qiu Shasha.
Qiu Shasha kini menundukkan kepala, tidak mau berbicara lagi... Melihat sikapnya seperti ini, aku hanya bisa pasrah. Sungguh tidak ada cara untuk menghadapi gadis bernama Qiu Shasha ini.
“Shixiong, serangga penghisap darah apa yang mengejar kita? Terus orang-orang di depan itu ngapain sih?! Kok bicaranya kasar sekali.” Si pria gemuk bertanya sambil menatap lima orang yang berlari di depan kami bertiga.
“Mereka sekelompok orang nekat yang datang ke wilayah liar ini untuk menggali giok, tipe orang-orang yang mengutamakan harta daripada nyawa,” jawabku pada si pria gemuk.
“Sial, aku bilang mereka itu kayak ngomong sampah. Shixiong, nanti kita hajar mereka yuk?!” Si pria gemuk menatapku sambil bertanya.
“Sudahlah, tidak perlu.” Kataku sambil menoleh ke belakang lagi. Masih belum terlihat bayangan serangga merah darah itu. Sepertinya kita aman untuk sementara, mungkin gerombolan serangga itu tidak mengejar atau sudah mundur.
Kuperkirakan serangga-serangga itu bisa memiliki disiplin dan organisasi yang begitu kuat kemungkinan besar adalah ulah biksu yang kabur sebelumnya. Rupanya dia tidak berani terang-terangan, tapi diam-diam sering menyusup. Ke depannya di Wilayah Liar ini, benar-benar harus lebih waspada agar tidak terjebak dalam tipu muslihat biksu licik dan curang itu.
Di hati berpikir, di antara lima orang yang berlari di depan, Chui Chun dan Feng'er – kedua gadis itu – yang pertama kali tidak kuat berlari lagi, berhenti. Tiga pria lainnya juga ikut berhenti.
Mereka awalnya membungkuk, terengah-engah menatap ke belakang cukup lama. Setelah memastikan serangga-serangga itu tidak mengejar, barulah satu per satu mereka berjongkok di tanah, mulai beristirahat.
Aku, pria gemuk, dan Qiu Shasha juga berhenti di sini. Untuk pengaman, aku ingin mengumpulkan energi Yang di kedua mata untuk melihat ke belakang lagi. Tapi di detik berikutnya, seluruh tubuhku menegang, hati ini tiba-tiba terjun bebas seperti ditimbuni timbal!
Karena... karena tiba-tiba kusadari energi Yang di Dantian-ku ternyata tidak bisa mengalir keluar.
Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri, lalu mencoba sekali lagi. Seperti sebelumnya, seluruh energi Yang kembali ke Dantian, seolah terkunci rapat, tidak bisa kukendalikan.
Saat itu, sesak ketakutan menyergap hatiku - Ini... ini sebenarnya bagaimana?!
