Seiring kemunculan delapan karakter darah di lantai, angin menusuk tulang tiba-tiba mulai bertiup di sekitar kami, seolah ada sosok misterius yang sangat mengerikan di balik layar yang terus-menerus mengawasi setiap gerak-gerik kami.
Aku tetap berdiri di tempat, pertama-tama menengok ke sekeliling, setelah tidak menemukan keanehan apapun, kembali menunduk memandangi delapan karakter darah itu sambil menyeringai dingin: "Siapapun kamu, jika berbicara sopan padaku, segalanya bisa kita rundingkan. Tapi kata 'pergi' ini tidak ada dalam kamusku."
Setelah aku mengucapkan kalimat ini dari mulutku, angin dingin di sekitar perlahan berhenti. Delapan karakter darah di tanah pun perlahan meresap ke dalam lumpur, menghilang tanpa jejak...
“Shixiong, kamu, kamu sudah beresin mereka belum?! Aku dasar diikat sampai paha kram, otak kekurangan oksigen, para keparat itu mengikatku terlalu kencang, nggak bisa napas!!” Suara pria gemuk itu datang dari belakangku.
Setelah mendengar ucapan pria gemuk, aku tidak langsung buru-buru membebaskannya. Aku terlebih dulu mengumpulkan qi dan mengamati sekeliling dengan cermat sekali lagi. Setelah memastikan tidak ada keanehan selain keberadaan aku, pria gemuk, Qiu Shasha, Feng'er, Cui Chun dan lainnya, barulah kekuatan di tubuhku kusurutkan.
Kitab 《Xuan Huang Di Jing》 yang terus melayang di atas kepalaku sambil memancarkan cahaya, perlahan mulai meredup sinarnya dan turun ke bawah.
Aku mengulurkan tangan menangkapnya, lalu dengan hati-hati memasukkannya kembali ke tas ransel. Baru kusadari tas di punggungku sudah robek besar di bagian atas, untungnya lubangnya di posisi atas sehingga tidak ada barang yang jatuh.
Setelah menyimpan kitab 《Xuan Huang Di Jing》 yang sekali lagi menyelamatkan nyawaku ini, aku segera berlari ke arah posisi Qiu Shasha dan pria gemuk.
Saat sampai di dekat Qiu Shasha, kudapati dia sudah memakai bajunya sendiri, berjongkok di tanah dengan kedua lengan erat memeluk kaki, kepala tertanam di antara paha sambil menangis tersedu-sedu.
Melihat keadaan Qiu Shasha yang hancur seperti ini, hatiku juga terasa perih. Seandainya aku bisa memikirkan kitab 《Xuan Huang Di Jing》 itu sedikit lebih cepat, semua ini tidak akan terjadi.
"Qiu Shasha, kamu... kalau ingin menangis, menangislah sepuasnya. Jangan dipendam di hati." Saat itu, kulihat Qiu Shasha dan berkata pelan.
Qiu Shasha mendengar ucapanku, perlahan mengangkat kepala. Sepasang mata merah berlinang menatapku tajam: "Shisan, apa kau sudah membunuh tiga keparat itu?!"
Aku mengangguk:
"Tak tersisa, sudah kubantai habis."
Mendengar jawabanku, bibir pucat Qiu Shasha bergetar halus. Dia bangkit dari tanah, "Huaaa~!" teriaknya sambil berlari menerjang ke arahku.
Begitu sampai, kedua lengannya merengkuhku erat. "Shisan... Aku tak pernah dipermalukan sekeji ini! Mereka memperlakukanku begitu... Hampir saja aku bunuh diri tadi. Untung ada kamu! Terima kasih, sungguh! Kalau bukan karena kamu malam ini, keperawananku... pasti sudah dirampas tiga keparat sialan itu! Kalau sampai terjadi, lebih baik aku mati!"
Aku membeku di tempat mendengar pengakuannya. Menunduk melihatnya yang masih dalam pelukanku, lama baru bisa merespon:
"Qiu Shasha, jadi... mereka tadi tidak berhasil??"
Qiu Shasha mendongak, mendorongku keras. "Shisan, maksudmu apa?! Apa kau justru berharap mereka berhasil?!"
Aku segera menggelengkan kepala seraya berkata: "Tidak, bukan, Qiu Shasha. Aku tidak bermaksud begitu. Aku tadi melihat ada darah mengalir di pahamu. Kukira... Sudahlah, yang penting mereka tidak berhasil, mereka tidak berhasil."
Qiu Shasha malah terdiam membeku oleh ucapanku. Dengan wajah merah padam penuh kebingungan dia bertanya: "Shisan, apa kamu tidak salah lihat? Aku masih... celana dalamku masih terpasang. Bagaimana mungkin ada darah keluar?"
"Tidak salah, aku benar-benar melihat noda darah di pahamu," kataku.
Wajah Qiu Shasha semakin merah mendengar perkataanku. Dia menunduk dan berkata: "Shisan, tolong balikkan badan dulu."
Aku menurut dan berbalik.
Tampaknya Qiu Shasha mulai melepas celananya untuk memeriksa pahanya saat aku membelakangi.
"Benar ada darah, tapi tidak apa-apa. Ada luka kecil di paha, mungkin akibat pergumulan dengan tiga keparat tadi," suara Qiu Shasha terdengar dari belakangku.
Aku menghela napas lega. Ini yang terbaik. Tadi aku benar-benar kaget. Andaikan Qiu Shasha kehilangan keperawanannya di sini malam ini, aku tidak tahu harus menghadapinya bagaimana.
"Aku bilang, kalian berdua bisa nggak ngobrol dikit aja? Apa kalian lupa di sini masih ada orang lain? Apa nggak bisa bantu Pangye lepas tali yang ngebebani tubuhku dulu sebelum ngobrol? Sekarang aku benar-benar ngerti sifat kalian berdua. Persahabatan revolusi kita kok rapuh banget sih?!" Suara pria gemuk itu terdengar dari samping.
Mendengar keluhannya, aku menggelengkan kepala dan membalasnya, lalu segera berlari ke arahnya. Kalau terlambat lagi, mulut pria gemuk itu bisa ngomong apa saja.
Setelah melepas tali pendakian yang mengikat tubuhnya, pria gemuk itu langsung bangkit dari tanah sambil menggerak-gerakkan lengannya. "Shixiong, kamu kok tega banget sih? Seharusnya kamu sisain satu dari tiga keparat itu buatku. Sekarang kamu habisin semua sendiri, sampe Pangye nggak punya kesempatan buat balas dendam..."
Pria gemuk itu masih menggerutu padaku ketika tiba-tiba dari belakang kami terdengar suara batuk seorang pria.
Aku segera menoleh dan melihat Kapten Guo yang sebelumnya kutendang terbang itu sudah sadar. Dia sedang berusaha bangun sambil memegangi dadanya dengan satu tangan, terus-menerus batuk.
Karena terlalu terburu-buru tadi, setelah menendangnya terbang aku sama sekali tidak memeriksa apakah energi Yang di tubuhnya sudah menyebar. Makanya dia bisa selamat sampai sekarang. Nyawa orang ini memang bukan main kuatnya, belum mati meski sudah kuterjang tendangan sekuat itu.
“Setelah melihat Kapten Guo yang sudah bangun, aku segera berkata pada pria gemuk di depanku: "Pria Gemuk, bukannya kamu selalu ingin balas dendam? Ini kesempatannya, serahkan dia padamu."”
“Mendengar kata-kataku, pria gemuk itu langsung mengambil sekop tentara lipat miliknya dari tanah dan berjalan menuju Kapten Guo...”
“Tepat saat itu, Cui Chun dan Feng'er yang selama ini berdiri jauh-jauh tiba-tiba kembali mendekat.”
“Ketika mereka melihat pria gemuk membawa sekop tentara mendekati Kapten Guo yang setengah mati duduk di tanah, mereka langsung paham situasinya dan bergegas lari ke arah Kapten Guo.”
“Feng'er membantu Kapten Guo berdiri, sementara Cui Chun menghadang jalan pria gemuk.”
“"Kamu... Kamu mau apa?!"”
“Pria gemuk memandang dingin ke Cui Chun: "Apa? Pangye mau habisi dia! Minggir, aku dasar nggak mau mukul wanita!"”
“"Tidak perlu ekstrem seperti ini, membunuh harus bayar nyawa." Tubuh Cui Chun gemetar ketakutan, tapi tetap bertahan di depan pria gemuk.”
“"Tadi waktu mereka berbuat jahat kamu dasar kemana? Kenapa nggak menghalang?! Cepat minggir! Bikin aku emosi nanti kamu ikut kena juga!" Pria gemuk mendorong kasar Cui Chun dan melanjutkan langkahnya ke arah Kapten Guo.”
“Aku dan Qiu Shasha khawatir terjadi kecelakaan, ikut mengikuti dari belakang pria gemuk.”
Saat pria gemuk itu berjalan mendekati Kapten Guo, sang kapten tiba-tiba mengangkat kepala dan menatapnya: "Jika kalian tidak ingin mati semua di sini, lebih baik biarkan aku hidup."
"Aku dasar nenekmu!!" Pria gemuk itu mengayunkan sekop tentaranya ke arah kepala Kapten Guo dengan sekuat tenaga.
"Jangan~!!" Di momen genting ini, Feng'er berteriak sambil menghalangi tubuh Kapten Guo.
Sekop yang sedang diayunkan pria gemuk itu langsung berhenti di udara.
"Sialan, kamu mau nyawa habis?!" Pria gemuk itu membentak Feng'er.
"Dia mengatakan yang sebenarnya. Jika kalian membunuhnya, kita semua akan mati di sini tanpa kesempatan bertahan." Suara Cuichun terdengar dari belakang kami.
