Setelah seranganku tadi, "Kriiing~!!" Pedang Pemotong Kegelapan di tangan kiriku tiba-tiba mengeluarkan dentang logam. Sinar dingin berkilat di bilah pedang saat kuhayunkan ke kepala serigala merah yang menerjang mendekat. Pisau itu menusuk langsung ke dalam tengkoraknya, membelah kepalanya seketika.
Pancaran darah menyembur, serigala merah itu mati di tempat. Tubuhnya yang tersisa setengah kepala menggeliat-geliat beberapa kali di tanah sebelum akhirnya tak bergerak sama sekali...
Bau darah menyengat langsung memenuhi hidungku. Yang membuatku terkejut, kawanan serigala merah itu tidak melanjutkan serangan atau menjadi semakin ganas karena bau amis darah. Mereka justru berdiam diri mematung dari kejauhan, ekor terjepit rapat di perut sambil terus-menerus menggeram rendah.
Ini... apa yang terjadi?! Gerakan menjepit ekor ini menunjukkan mereka sedang ketakutan. Mengapa mereka takut padaku yang energi Yang-nya sudah habis, bahkan tenaganya tak lebih kuat dari orang biasa yang setengah cacat??
Pedang Pemotong Kegelapan!!
"Pasti karena ini!" Tiba-tiba aku teringat pada Pedang Pemotong Kegelapan yang selalu kugenggam di tangan kiri. Segera kuminum dan memandangnya, terlihat bilah pedang itu memancarkan cahaya putih samar, sesekali terdengar dentang "ceng~! ceng~!..." yang nyaring.
Setiap kali pedang itu berdentang, kawanan serigala merah yang mengelilingiku gemetar. Jadi jelas, ketakutan mereka untuk menyerang berasal dari Pedang Pemotong Kegelapan di tanganku.
Kutarik napas panjang dan mencoba menyabetkan pedang ke arah gerombolan serigala. Seketika seluruh kawanan itu melonjak sambil melolong, kabur pontang-panting ke seberang sambil menjepit ekor.
"Goblog! Ini...ini beneran?!" Aku terdiam seperti orang bodoh, menyaksikan pelarian mereka. Otakku belum bisa memproses kejadian ini.
Tadinya kukira malam ini akan jadi akhir hidupku di rahang serigala. Tak disangka pedang yang memilihku ini malah menyelamatkan nyawaku di saat kritis.
"Zuo Shisan! Dasar muka tebal! Kabur sendiri saja! Nenekmu!!" Teriakan parau Pria Gemuk menggema dari belakang.
Kutolehkan badan dan melihat dia bersama Qiu Shasha berlari mendekat ke arahku.
Keduanya tak lama kemudian berlari ke sampingku. Pria gemuk yang berlari di depan berhenti di hadapanku, pertama-tama mengamatiku dari atas ke bawah sejenak, lalu bertanya dengan tidak percaya, "Shixiong, kamu tidak apa-apa? Lalu... gerombolan serigala merah itu?!" Dia menoleh ke belakangku, matanya semakin penuh kebingungan.
Kuletakkan Pedang Pemotong Kegelapan di depan pria gemuk itu sambil berkata, "Gerombolan serigala merah itu kabur ketakutan oleh pedang ini. Hei gemuk, menurutmu ini..." Ucapanku terpotong ketika Qiu Shasha tiba-tiba menghampiri dan menghantam wajahku sekuat tenaga. Pukulannya membuat mataku berkunang-kunang, hidungku terasa panas lalu mimisan.
"Zuo Shisan, kamu... keterlaluan! Tidak tahukah kau tadi hampir membuatku mati ketakutan!! Jika kau mati, aku..." Qiu Shasha tiba-tiba tercekat. Setelah diam 1-2 detik, dia berteriak, "Jika kau mati, aku akan merasa bersalah dan sedih seumur hidup!!"
"Nona Qiu, bukankah aku masih hidup?" Kataku sambil mengusap darah di hidung dengan lengan baju, memandangnya. Dalam hati kupikir: Gadis ini pukulannya keras sekali, hampir mematahkan tulang hidungku.
"Kali ini selamat, bagaimana next time?! Kau tidak sadar tindakanmu ini sangat tidak bertanggung jawab!!" Qiu Shasha menatapku, suaranya seperti meletuskan mesiu.
“Benar, Nona Qiu benar sekali. Shixiong, kau ini meremehkan aku dan Nona Qiu. Kita sudah bersama melewati maut berkali-kali. Persahabatan revolusi sekuat ini mana bisa putus begitu saja?! Hidup bersama, mati pun bersama. Sekalipun mati kan ada teman?” Pria gemuk itu mendekat sambil menatapku.
Aku mengangguk-angguk setuju, lalu segera mengalihkan topik: "Ngomong-ngomong, Cui Chun, Feng'er, dan si keparat Guo itu kabur semua?"
"Jangan sebut nama binatang itu! Aku langsung naik darah dengar namanya. Kalau ketemu lagi, kubabat kepalanya pakai sekop sampai remuk!!" Pria gemuk itu menggeretakkan gigi.
"Iya, kabur semua. Larinya kencang sekali," kata Qiu Shasha sambil menggeleng pasrah.
"Menurutku meski kabur sekarang, kecil kemungkinan mereka bisa selamat keluar dari sini," sambung pria gemuk.
Kukatakan: "Sejak kita bertiga masuk ke wilayah liar ini, banyak perubahan yang kurasakan."
"Perubahan apa?" tanya Qiu Shasha padaku.
Kugeleng: "Tak bisa kujelaskan, tapi intuisi ini terus mengganggu."
"Bukan cuma kau, aku juga. Kawanan serigala ini berdatangan kayak gerombolan ikan," gerutu pria gemuk sambil merogoh saku bajunya. Dia mengeluarkan sebatang rokok, menyalakannya, lalu berjongkok sambil menghisap dalam-dalam.
“Cukup, tempat ini tidak baik untuk berlama-lama. Aku takut kawanan serigala itu akan kembali. Pria gemuk, cepatlah habiskan rokokmu. Setelah selesai kita segera pergi.” Aku berkata pada pria gemuk yang sedang berjongkok merokok di tanah.
Mendengar perkataanku, pria gemuk itu segera berdiri dari tanah:
“Ayo pergi! Bisa tetap berjalan sambil merokok.”
Kami bertiga segera berlari cepat ke depan. Setelah berlari sekitar lima atau enam menit, tiba-tiba kulihat jalan di depan muncul lubang besar yang dalam. Segera kuraih lengan pria gemuk dan Qiu Shasha di sampingku:
“Berhenti lari! Ada lubang dalam di depan. Hati-hati jangan sampai jatuh.”
Mendengar peringatanku, pria gemuk dan Qiu Shasha segera mengarahkan senter kuat di tanganku ke tanah. Benar saja, kurang dari lima langkah di depan kami, terdapat lubang raksasa berukuran lebih dari lima meter panjang dan lebarnya.
“Shixiong, jangan-jangan si keparat Guo itu juga jatuh ke lubang ini?” Pria gemuk mendekati tepi lubang sambil menatap ke bawah.
“Kenapa kamu tidak turun sendiri untuk memastikannya?” Qiu Shasha menyeringai melihat pria gemuk.
Saat pria gemuk hendak membalas, tiba-tiba terdengar teriakan minta tolong dari dalam lubang:
“Tolong! Tolooong!!...” Setelah menyimak, suara itu ternyata berasal dari Feng'er dan Cui Chun.
"Meski dua gadis ini bergaul dengan sekelompok penjahat, membuatku tidak punya kesan baik pada mereka, tapi mereka belum melakukan hal yang membahayakan kita. Saat si keparat Guo itu hendak membunuh kita sebelumnya, Cui Chun bahkan pernah meminta pengampunan. Jadi ketika mendengar teriakan minta tolong dari lubang dalam itu, aku tetap berniat menyelamatkan mereka."
"Soal apakah mereka bisa pulang hidup-hidup, itu tergantung nasib mereka sendiri."
"Shixiong, kita selamatkan tidak?" Pria gemuk itu mendekat dan bertanya padaku.
"Pria Gemuk, lemparkan tali pendakian yang sebelumnya, biar mereka memanjat sendiri." Perintahku padanya.
Pria gemuk mengibaskan tangan pasrah: "Sekarang mana ada tali pendakian? Yang tadi sudah kuikat ke tubuh si keparat itu, dibawanya kabur. Sekarang kita tidak punya tali sama sekali."
Mendengar ini, aku mendekati tepi lubang dan berteriak: "Jangan panik! Coba sinari sekeliling dengan senter, lihat apakah ada tempat berpijak untuk memanjat."
Beberapa saat kemudian, suara Cui Chun terdengar dari bawah:
"Dinding sekelilingnya tanah licin, sama sekali tidak ada pegangan..."
"Kak Chun, lihat ini apa?" Suara Feng'er tiba-tiba menyela.
"Kalian lihat apa di bawah?" Pria gemuk di sampingku penasaran meneriakkan pertanyaan.
"Sepertinya ada gerbang batu di sini, di atas gerbang batu itu terukir sosok manusia." Suara Cui Chun dari bawah terdengar pada kami.
"Ukiran manusia? Seperti apa bentuknya?" tanyaku.
"Agak menyeramkan, aku tidak bisa melihat jelas. Sepertinya kepala manusia dengan ekor kalajengking, semacam monster..."
Mendengar ucapan Cui Chun itu, tubuhku yang sedang berjongkok di tanah langsung gemetar!!
