Mendengar perkataanku, Qiu Shasha mengangguk lalu berkata pada pria gemuk di sampingnya: "Hei Gemuk, awasi baik-baik binatang itu. Jangan sampai kabur lagi."
Pria gemuk itu tampak bingung, "Nona Qiu, kau tidak mau membunuhnya? Kau terlalu berbaik hati! Bagaimana bisa melupakan perlakuan mereka sebelumnya padamu?!"
"Gemuk! Cara bicaramu bagaimana?! Siapa yang kau sebut berbaik hati?! Dasar serigala berbulu domba tak tahu malu!!" Qiu Shasha mengerutkan alisnya yang indah sambil memaki.
Wajah pria gemuk itu memerah. Ia segera menggelengkan kepala sambil mengibaskan tangan:
“Tidak……bukan, Nona Qiu, maksudku tadi bukan begitu. Mulutku keceplosan, maksudku bicara tentang dada, dada yang lapang……Kalau menurutku, mending kita habisi si keparat ini saja biar nggak bikin masalah lagi.”
Di saat yang sama, Kapten Guo yang selama ini duduk di samping tiba-tiba mulai membungkuk-bungkuk ke arah kami sambil terus memohon ampun.
Melihat ini, aku segera menarik pria gemuk itu mendekat dan membisikkan kata-kata Qiu Shasha tadi ke telinganya...
Usai mendengar penjelasanku, pria gemuk itu akhirnya paham. Dengan suara rendah dia berkata: "Shixiong, trik 'tikus percobaan' kalian benar-benar kejam ya. Memanfaatkan sampah sepenuhnya. Hebat, benar-benar hebat. Pangye ini tidak bisa menyaingi." Ucapnya sambil berjalan mendekati Kapten Guo di depan.
Sampai di depan Kapten Guo, dia menepuk-nepuk wajahnya dengan sekop tentara sambil bertanya: "Kamu mau hidup?"
Kapten Guo mengangguk seperti rebana, jawabnya berulang: "Mau, mau, aku mau..."
"Baik. Kalau mau hidup, dengarkan baik-baik. Kami bisa kasih kau nyawa anjing ini. Tapi apapun yang terjadi selanjutnya, kau harus patuh. Kalau berani melawan satu kata saja..." Hehe...lihat sekop Jerman mengilap di tangan Pangye ini?"
“Terlihat……” Kapten Guo menelan ludah melihat sekop tentara yang diletakkan pria gemuk di depan matanya.
“Jika kamu berani tidak patuh satu kata pun, Pangye akan membelah kepalamu dengan ini!!” Nada bicara pria gemuk penuh aura negatif, bahkan aku sekarang merasa dia cocok berkarier di dunia akting. Perannya sebagai antagonis pasti sangat meyakinkan.
“Aku patuh, aku akan patuh. Kalian suruh apa saja asalkan biarkan aku tetap hidup…” Saat ini Kapten Guo benar-benar ketakutan oleh sosok jahat pria gemuk. Butiran keringat memenuhi wajahnya sambil terus mengangguk gugup.
“Bagus! Minggir sendiri ke pojok.” Pria gemuk mengangkat sekop di bahunya, menunjuk batu bergambar kepala manusia berekor kalajengking di depannya. “Shixiong, kita lanjutkan investigasi sekarang?”
Mendengar itu, aku dan Qiu Shasha berjalan mendekat. Cui Chun dan Feng'er juga mengikuti dari belakang. Dengan sikap realistis, Cui Chun menyerahkan senternya pada Shasha.
Kami memeriksa batu patung itu. Aku membersihkan tanah kering di permukaannya dengan senter, lalu mulai memindai detail-detailnya...
"Setelah memeriksa, aku yakin patung berkepala manusia berekor kalajengking ini persis sama dengan dua yang pernah kulihat sebelumnya."
Semakin begitu, rasa penasaranku justru semakin membara. Patung-patung berkepala manusia berekor kalajengking ini seperti dicetak dari mesin produksi massal. Tapi di masa seribu tahun lalu, mustahil ada mesin yang bisa memproduksi ukiran batu secara massal. Jadi ketiga patung ini pasti hasil karya para pengukir. Pengukir macam apa yang memiliki keterampilan luar biasa seperti ini?
Dan siapakah yang bisa menyewa pengukir dengan keahlian sempurna nan tak tertandingi ini? Jangan-jangan sosok yang terukir di patung ini adalah arwah yin kaisar yang telah bersembunyi ribuan tahun dalam bayang-bayang?
Aura misterius patung ini benar-benar memicu rasa ingin tahuku. Aku ingin menyibak semua rahasia yang tersimpan dalam tubuhnya...
"Shisan, pria gemuk, lihat ke sini!" Tiba-tiba Qiu Shasha menunjuk suatu posisi pada ukiran batu di depan kami.
Mendengar itu, aku segera mengikuti arah telunjuknya. Dengan cahaya senter, terlihat jelas garis retak samar di tempat yang ditunjuk. Retakannya sangat kecil, ditambah pencahayaan redup di sekitarnya, mustahil terlihat tanpa pemeriksaan teliti.
"Ini apa ya?" Pria gemuk yang juga melihat retakan itu bertanya.
"Saya mengikuti celah ini sambil menengadah ke atas, melihatnya memanjang dari puncak tertinggi ukiran batu hingga ke bagian yang menyentuh tanah. Jangan-jangan ukiran batu ini bukan sekadar hiasan, melainkan sebuah gerbang batu?"
"Saya perkirakan ini kemungkinan besar adalah gerbang batu." Saya berkata sambil menatap batu besar di depan mata.
"Gerbang batu? Shixiong, kalau menurutmu begitu, berarti kita sekarang sudah sampai di makam monster yang diukir pada batu ini?" Pria gemuk itu bertanya padaku.
"Sangat mungkin." Saya mengangguk.
"Goblog! Kalau begitu kita harus masuk melihat, mencari tahu monster apa yang diukir di batu ini. Bisa jadi di balik ukiran ini adalah jalan menuju Shen Shui Sungai Luo." Kata pria gemuk itu.
Namun saat ini saya merasa ragu. Apa yang dikatakan pria gemuk tadi memang benar - mungkin saja di balik gerbang batu ini benar jalan menuju Shen Shui Sungai Luo, mengingat kami bertiga sudah masuk jauh ke wilayah liar ini.
Yang membuatku khawatir adalah, bagaimana jika di balik gerbang ini bukan Shen Shui, melainkan makam kuno penuh perangkap? Kalau begitu, rombongan kita mungkin tak akan bisa keluar hidup-hidup.
Kondisi saya dan Qiu Shasha sekarang hampir seperti orang cacat. Hanya mengandalkan si gemuk sendirian, mustahil bisa menghadapi perangkap makam, hantu yin, dan zombie.
"Shixiong, bagaimana pendapatmu? Masuk atau tidak?" Pria gemuk itu mengeluarkan sebatang rokok dari saku, menyelipkannya di mulut dengan sikap santai sambil menatapku.
Mendengar ucapan pria gemuk itu, aku menarik napas dalam-dalam lalu berkata tegas: "Masuk, tapi semua hal harus dilakukan dengan hati-hati. Sebelum kita masuk, kita harus temukan dulu perangkap gerbang batu ini." Kutatap gerbang batu bergambar kepala manusia berekor kalajengking di hadapan kami. "Kalau mekanisme gerbang ini sudah rusak karena usia, berarti ini memang Takdir Langit."
"Baiklah! Mencari perangkap itu keahlian khusus Pangye!" Pria gemuk itu langsung menempelkan senter di permukaan gerbang batu. Jarinya mengetuk-ngetuk permukaan batu, lalu telinganya ditempelkan rapat pada gerbang.
Sementara Qiu Shasha mundur dua langkah, mengamati gerbang batu itu dengan seksama.
Di saat bersamaan, Kapten Guo yang selama ini diam mendekati kami bertiga: "A-Aku... Aku pikir, wahai para leluhur... Tempat ini sangat angker. Kalian mau masuk silakan, tapi aku tidak ikut, ya??"
Pria gemuk yang masih menempel di gerbang langsung menoleh. Matanya yang lebar melotot ke arah Kapten Guo: "Dasar kau tidak tahu posisi! Apa Pangye mengizinkanmu bicara?! Tanpa instruksi resmi dariku, kau tidak boleh bersuara! Paham?! Kalau tidak mau mati minggirlah! Nanti pintu terbuka, kau yang jadi pelopor!"
Kapten Guo terpaksa berdiri di pinggir, mematung sambil memandangi pria gemuk. Namun di detik itu, kulihat pancaran racun dalam sorot matanya saat menatap pria gemuk...
Tampaknya Kapten Guo ini begitu ada kesempatan, pasti akan tanpa ragu menyerang dan membunuh kita. Bom waktu ini harus segera dimanfaatkan, lalu dicabut sampai ke akar-akarnya. Jangan beri dia kesempatan untuk terselamatkan.
"Pria gemuk, setelah meneliti lama, apa kau sudah menemukan perangkap untuk membuka gerbang batu ini?" Qiu Shasha menatap pria gemuk sambil bertanya.
"Kukira Nona Qiu, ini di luar keahlianmu? Mencari mekanisme perangkap adalah pekerjaan detail, tidak bisa ditemukan secepat itu. Jangan buru-buru, aku akan pelajari lagi." Pria gemuk berkata sambil memutar badan.
"Pria gemuk, minggirlah sedikit." Tiba-tiba kulihat di bawah kaki pria gemuk ada sesuatu yang memantulkan cahaya.
