Pria gemuk di depan gerbang batu itu langsung menoleh padaku setelah mendengar perkataanku: "Shixiong, apa yang baru saja kau katakan?"
"Kubilang minggirlah sedikit, mundurkan kakimu." Aku berjalan mendekatinya sambil berkata. Pria gemuk itu mundur dua langkah, membuka posisi di depan gerbang batu.
Aku mendekati gerbang batu itu, berjongkok sambil menunduk melihat ke dalam pasir. Di samping posisi semula pria gemuk, terlihat benda hitam mengilap.
Setelah melihatnya, segera kusapu pasir yang menutupi benda itu. Sebuah cermin tembaga kuno muncul di hadapan kami.
Setelah semua pasir dan tanah di sekitar disapu bersih, baru aku menyadari ada tiga cermin perunggu seperti ini. Ketiga cermin kuno ini saling terhubung, dengan permukaan yang dipoles hingga sangat reflektif.
Bentuk cerminnya juga aneh, bukan cermin bulat yang umum di zaman kuno, melainkan cermin segitiga. Desain seperti ini sangat langka, dalam ribuan tahun sejarah China, belum pernah ada cermin perunggu dengan bentuk seram seperti ini!
Di bawah sorotan senter, bahkan wajahku terpantul jelas di permukaan cermin.
Gambarnya sangat jernih, tanpa distorsi, sama sekali tidak kabur. Efek pantulan cermin perunggu ini ternyata tidak kalah dengan cermin kaca berlapis air raksa atau tembaga modern. Setiap helai rambut di kepalaku pun terlihat jelas.
Melihat efek seram yang dipantulkan ketiga cermin ini, hatiku berdesir kencang. Teknologi pengecoran cermin perunggu kuno biasanya menggunakan campuran tembaga merah murni dengan timah, timbal, atau seng melalui perbandingan ketat, dilebur, dituang ke cetakan, didinginkan lalu diambil blanko, baru kemudian dipoles permukaannya dengan timah dan merkuri untuk keperluan memantulkan bayangan.
Meski cermin perunggu biasa bisa memantulkan bayangan, umumnya hanya menunjukkan garis besar wajah. Tapi ketiga cermin ini bisa memantulkan gambar sempurna seperti cermin modern dalam kehidupan sehari-hari.
"Cermin berbahan tembaga saja bisa memiliki permukaan yang begitu halus dan memantulkan bayangan dengan sempurna. Hanya dengan melihat ini saja, jelas sang pembuat cermin tembaga ini bukan orang sembarangan. Lalu, orang zaman dahulu yang memasang tiga cermin tembaga ini di belakang gerbang batu, siapakah sebenarnya dia??"
"Shixiong, tiga cermin itu sebenarnya cermin tembaga atau cermin kaca? Kok bisa cermin berwarna hijau kehitaman itu memantulkan bayangan manusia begitu jelas?!" Pria gemuk itu berdiri di belakangku sambil bertanya.
Kuamati tiga cermin tembaga di bawah kaki lalu berkata padanya: "Ini memang cermin tembaga, tapi teknik pembuatannya sangat luar biasa. Hasil pantulannya hampir sama baiknya dengan cermin modern yang kita pakai sekarang." Sambil mengucapkan itu, kusentuh permukaan salah satu cermin dengan telapak tangan untuk memastikan material tembaganya.
"Goblog, tukang apa sih yang bisa bikin cermin tembaga keren begini? Relief batu itu menggambarkan apa? Raja-raja zaman dulu pun belum tentu dapat perlakuan spesial seperti ini," keluh pria gemuk itu takjub.
Tiba-tiba Qiu Shasha yang berdiri di samping memotong pembicaraan kami: "Shisan, si Gemuk. Menurutku kalian berdua lebih baik berhenti membahas cermin tembaga itu. Cepatlah cari mekanisme bukaan gerbang batu ini."
Kutatap tiga cermin yang tertanam di lantai batu, lalu kujawab: "Mungkin mekanisme gerbangnya justru ada pada ketiga cermin tembaga ini."
"Kamu yakin?" Tanya Qiu Shasha.
“Tidak yakin, tapi kalau tidak dicoba siapa yang tahu.” Kataku sambil mulai menatap ketiga cermin perunggu ini dan mengamatinya dengan seksama...
Tiga cermin perunggu kuno berbentuk segitiga aneh, seluruhnya terbuat dari perunggu hijau gelap yang ditempa dengan teknik khusus. Permukaannya dilapisi bahan tak dikenal yang sangat licin.
Aku bahkan menemukan kabut hitam tipis energi Yin menyelimuti cermin tengah. Jika tidak diamati seksama, hampir mustahil melihatnya.
Alasan aku masih bisa melihat energi Yin meski tidak menggunakan energi Yang adalah karena Yin Yang Yan bawaan lahirku ini.
Mata ini tetap bisa melihat makhluk angker tanpa mengerahkan energi Yang dari tubuh, hanya saja dengan memusatkan energi Yang ke bola mata, penglihatan jadi lebih jauh, jelas, dan nyata.
Di ketiga sisi cermin kuno itu terukir simbol-simbol mirip karakter atau totem yang sama sekali tidak kubaca. Desain cerminnya sendiri sangat sederhana, tanpa hiasan selain tulisan asing itu...
Tiba-tiba, di cermin kuno paling kiri, dari sudut mustahil terpantul jelas bayangan kami semua di lokasi: aku, pria gemuk, Qiu Shasha, Cui Chun, Feng Er, bahkan Kapten Guo yang terikat rapat di sudut.
Enam orang di lubang dalam ini tanpa terkecuali terpantul secara mistis di cermin itu.
“Shisan, cepat lihat cermin itu, kenapa... ada bayangan kita di dalamnya?!” Qiu Shasha juga melihat pemandangan yang terpantul dari cermin kuningan kuno itu, menunjuknya sambil berteriak padaku.
Pria gemuk langsung menoleh ke arah cermin yang ditunjuk Qiu Shasha setelah mendengar teriakannya.
“Goblog! Shixiong, ini... tidak beres, bagaimana bisa keenam orang kita semua masuk ke dalam cermin tembaga ini?! Dasar mirip... mirip nonton bioskop!!” Pria gemuk berteriak ketakutan setelah menyaksikannya.
Cui Chun dan Feng'er di samping sudah gemetar ketakutan melihat perubahan aneh pada cermin kuno itu, wajah mereka pucat membatu dengan tatapan penuh horor yang tak bisa lepas dari benda itu, tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
Menarik napas dalam-dalam, aku segera mengarahkan cahaya senter sepenuhnya ke cermin kuningan itu. Gambar yang terpantul langsung menjadi jelas.
Di saat itulah, dengan jelas kulihat keenam orang dalam cermin itu berjalan bingung sendiri-sendiri... Bukan itu yang paling mengerikan, kejadian berikutnya membuat bulu kudukku meremang. Tiba-tiba kepala Feng'er yang ada di tengah rombongan jatuh dari lehernya tanpa tanda-tanda, berguling jauh di tanah.
Kemudian kepala Kapten Guo jatuh dari lehernya. Disusul Chui Chun, Qiu Shasha, dan aku. Kepala kami semua berjatuhan dari leher masing-masing, berguling seperti semangka di tanah.
"Neneknya brengsek! Cermin jelek ini berani menggertak siapa di sini?! Shixiong minggir, aku yang menghancurkannya!" Pria gemuk itu mendekat sambil mengayunkan sekop tentara ke arah cermin perunggu kuno paling kiri.
Melihat aksinya, aku tak sempat menghentikannya. Aku hanya bisa buru-buru bangkit dan mundur selangkah.
"Braak!!" Sekop tentara buatan Jerman itu menghantam cermin perunggu. Permukaan cermin tetap utuh, sementara gambaran bayangan yang terpantul tiba-tiba menyebar seperti kabut akibat pukulan itu.
Dengan serangan pria gemuk tadi, meskipun cermin perunggu tetap utuh, gerbang batu di depan kami mengeluarkan suara "Gedebuk" disertai debu yang berjatuhan dari atasnya. Perlahan gerbang itu membelah diri menjadi dua bagian yang bergerak ke sisi berlawanan, dalam sekejap membentuk celah selebar setengah meter yang cukup untuk dilewati satu orang.
"Hebat juga kau, pria gemuk! Tebakan buta tentang letak perangkapnya ternyata tepat." Aku menatap kegelapan di balik gerbang batu sambil berkata padanya.
Pria gemuk saat ini juga terbelalak, berdiri kaku di depan gerbang batu. Baru setelah aku berbicara dengannya, dia bereaksi dan buru-buru menoleh sambil berkata: "Shixiong, perkataanmu ini salah. Mana mungkin Pangye ini cuma nebak? Tanpa pengalaman puluhan tahun merusak perangkap, mana mungkin langsung tepat sasaran? Ayo, kita cepat masuk lihat tempat ini." Pria gemuk itu langsung mengangkat kaki hendak masuk.
Tiba-tiba Qiu Shasha memanggilnya:
"Pria gemuk, tunggu dulu. Jangan buru-buru masuk."
Mendengar suara Qiu Shasha, pria gemuk menoleh dan bertanya: "Ada apa, Nona Qiu?"
"Tempat ini sudah bertahun-tahun tertutup. Sirkulasi udara belum tentu baik, oksigen mungkin kurang, bahkan bisa ada gas beracun. Kalau nekat masuk, nyawa bisa melayang." Qiu Shasha menatap pria gemuk.
"Lalu... apa yang harus kita lakukan sekarang?" Cui Chun yang selama ini diam tiba-tiba menyela.
"Satu kata: tunggu..." Qiu Shasha menatap kegelapan tak berujung di balik gerbang batu, bicara datar.
