Akhirnya kami bertiga duduk di depan gerbang batu. Kami beristirahat sambil makan, mempersiapkan diri sebelum masuk.
Sekitar satu jam lebih, pria gemuk mulai tidak tahan. Dia bangkit dan bertanya: "Nona Qiu, udaranya sudah cukup bersirkulasi kan? Saatnya kita masuk."
Qiu Shasha mendengar ucapan pria gemuk itu, namun tidak berkata apa-apa. Ia bangkit dari tanah lalu segera mengeluarkan selembar kertas jimat kuning dari saku, menggenggamnya di tangan kiri. Dengan jari telunjuk dan jari tengah menjepit kertas itu, matanya fokus sementara bibirnya berbisik mantra: "She!" Tiba-tiba tangan kirinya mengibas, tetapi kertas jimat itu tetap utuh di genggamannya tanpa perubahan...
Tiba-tiba wajah Qiu Shasha terlihat canggung. Dengan pipi memerah ia menoleh padaku dan bertanya: "Shisan, apa kau membawa korek api? Aku... lupa kalau sekarang tidak bisa menggunakan energi Yang..."
Mendengar pertanyaannya, aku menggelengkan kepala dan melirik ke arah pria gemuk. Si pria gemuk segera mengeluarkan korek api dari sakunya, menyalakannya lalu membantu Shasha membakar kertas jimat kuning di tangannya.
"Lihatlah! Pada momen genting kita harus percaya pada sains, teknologi, dan rakyat pekerja yang murah hati," kata pria gemuk sambil menatap Shasha.
Shasha melirik sinis padanya dan membalas:
"Seolah-olah dasar kampungan yang tak paham apa-apa ini ada hubungannya dengan sains." Sambil berkata demikian, Shasha melemparkan kertas jimat menyala itu ke dalam gerbang batu.
Kertas jimat yang terbakar itu tidak langsung padam setelah mendarat. Nyala apinya terus membesar, menunjukkan kualitas udara di balik gerbang batu itu cukup baik.
“Kukira Nona Qiu, dari mana kau dapatkan begitu banyak istilah baru ini? Apa arti 'Jiao Ma' ini? Coba jelaskan." Pria gemuk itu mengernyitkan dahi memandangi Qiu Shasha bertanya.
“Anak laki-laki langsing biasanya menyebut diri mereka jomblo. Dengan posturmu yang begini, tak pantas disebut 'sutra'. Bukankah kau ini 'Jiao Ma'?" Qiu Shasha memandang pria gemuk itu dengan ekspresi polos...
“Aku... Aku..." Pria gemuk itu langsung terbungkam oleh ucapan Qiu Shasha.
Aku tersenyum bangkit dari tanah dan menghampiri pria gemuk itu, menepuk bahunya: “Sob, setelah pulang nanti kau harus serius diet. Kalau terus begini, bukan 'Jiao Ma' lagi, tapi jadi 'Jiao Bu'..."
“Sudah sana pergi! Shixiong, apa kau tidak bisa tenang kalau sehari saja tidak menggangguku?" Pria gemuk itu membalas.
Aku menggelengkan kepala: “Cukup, cukup. Bercanda saja. Karena udara di balik gerbang batu sudah aman, mari bersiap masuk." Aku melihat kertas jimat yang dibakar Qiu Shasha tadi telah habis terbakar, baru lega. Lalu mempersiapkan semua orang untuk maju.
Setelah semua siap, pria gemuk itu "menuntun" Kapten Guo ke depan sebagai pengintai, memimpin kami memasuki balik gerbang batu.
"Saat Kapten Guo dan pria gemuk masuk ke gerbang batu itu, aku dan Qiu Shasha segera menyusul. Di belakang kami, Cui Chun dan Feng'er juga segera masuk."
"Ruang di balik gerbang batu ini awalnya tidak luas. Keenam orang kami membuat ruangan menjadi sempit seketika."
"Koridor sempit ini hanya bisa dilewati satu orang sekali jalan. Kami berenam berjalan berjajar dengan senter kuat menyinari jalan, perlahan mendekati ujung terowongan sempit ini..."
"Semakin sempit ruangannya, tekanan psikologisnya semakin besar. Perasaan cemas mulai menggeliat di dadaku. Aku terus bertanya-tanya: Akankah kami berlima plus seekor tikus ini terperangkap sampai mati di tempat sempit ini?"
"Shixiong, shixiong..." Suara pria gemuk terdengar dari depan.
"Ada apa, Pria Gemuk?" teriakku.
"Sejak masuk terowongan ini, firasat buruk terus menghantuiku. Bayangan enam kepala kami yang putus di cermin perunggu tadi terus muncul di pikiranku..."
"Pria Gemuk, tutup mulut burung gagakmu itu!" Qiu Shasha di depanku memotongnya.
"Nona Qiu, kamu ini terlalu otoriter ya? Kebebasan berbicaraku saja dirampas!" protes Pria Gemuk.
Persis setelahnya, terdengar jeritan yang sangat menyedihkan dari Kapten Guo yang berjalan paling depan:
“Aah~!! Cepat kemari! Di depan ada... ada hantu!!” Suara Kapten Guo terdengar melengking, ini terjadi karena suara manusia akan berubah setelah mengalami ketakutan ekstrem.
“Hantu di mana?!” Suara pria gemuk di belakang Kapten Guo kembali terdengar.
“Lihat depan kalian, di dinding depan... di atas, ada beberapa lampu tiba-tiba menyala sendiri!!” Kapten Guo berkata.
“Goblog! Shixiong, di... di sini benar-benar ada lampu yang menyala!!” Suara pria gemuk itu kembali terdengar.
Aku dan Qiu Shasha saling pandang, segera bergegas mendekat sambil mematikan senter di tangan kami.
Benar saja, setelah kami mematikan senter, lorong sempit ini tidak menjadi gelap. Sebaliknya, cahaya merah menyilaukan memancar, bayangan tubuh kami yang terpantul di dinding tampak sangat terdistorsi dan menyeramkan.
Aku berjalan ke belakang pria gemuk itu, menengadah ke depan. Tepat di dinding depan mereka, kulihat deretan lampu minyak yang menyala sendiri. Tempat ini setidaknya berusia ratusan bahkan ribuan tahun, tapi lampu-lampunya masih bisa menyala sampai sekarang.
Apakah ini legenda lampu abadi yang tak pernah padam selama ribuan tahun di dalam makam kuno?!
Keberadaan lampu abadi di sini membuktikan bahwa tempat yang kami datangi ini kemungkinan besar adalah kompleks pemakaman kuno.
Bangsat! Kita malah masuk lagi ke dalam makam kuno kali ini!
“Ini... Ini nenek sialan adalah hantu... hantu menyalakan lentera!! Mereka sedang memperingatkan kita, kita tidak boleh melanjutkan ke depan, cepatlah kembali, kalau tidak kita semua akan mati di sini!!” Kapten Guo melihat lampu-lampu minyak yang menyala itu sambil berkata dengan gemetar-gemetar.
Pada saat itu, Feng'er yang mengikuti di belakangku tiba-tiba berbicara: “Kalian tidak perlu takut, ini bukanlah 'hantu menyalakan lentera', melainkan lentera abadi. Alasan mereka bisa tetap menyala selama ribuan tahun adalah karena sumbu mereka mengandung bahan kimia seperti fosfor putih yang mudah terbakar sendiri saat bertemu oksigen. Tempat ini sebelumnya tertutup rapat sehingga kekurangan oksigen. Saat kita membuka gerbang batu tadi, udara segar yang kaya oksigen membanjiri terowongan tertutup ini, menyebabkan bahan kimia seperti fosfor putih terbakar sendiri dan menyalakan lentera abadi. Waktu belajar sejarah dulu, saya pernah mempelajari tentang lentera abadi ini. Banyak pencuri makam harus menunggu udara bersih sebelum memasuki ruang makam. Selisih waktu ini membuat mereka - seperti kita sekarang - menemukan lampu-lampu yang sudah menyala saat masuk, lalu salah mengira bahwa lampu itu memang selalu menyala. Padahal sebenarnya mereka baru saja mulai menyala. Secara ilmiah ini mudah dijelaskan.”
Mendengar penjelasan Feng'er, Kapten Guo dan si gemuk di depan baru lega. Sementara aku memandangi deretan lentera yang menyala itu, dan secara tak terduga menemukan gumpalan-gumpalan kecil energi Yin hitam pekat berputar-putar di sekitar setiap lentera yang menyala.
“Feng'er, tampaknya lentera abadi di dalam sini tidak sesederhana yang kau katakan.” Aku menatap lentera-lentera yang dikelilingi energi Yin itu berkata.
“Pria gemuk, coba kau tiup dulu dengan mulut, lihat apakah bisa memadamkan lentera-lentera itu.” Qiu Shasha berkata pada si pria gemuk.
“Oke, aku coba.” Pria gemuk menyetujui, menarik napas dalam-dalam, lalu meniup sekuat tenaga ke salah satu lentera abadi di depannya. Hal mistis terjadi saat itu juga, sumbu yang terlihat hampir padam itu tetap menyala betapapun kerasnya pria gemuk meniup...
“Goblog, lentera-lentera di sini dasar terlalu angker, nggak bisa dipadamkan!!” Pria gemuk berteriak kaget.
Si pria gemuk pantang menyerah. Melihat tiupannya tak berpengaruh, ia mengambil segenggam tanah dan menyebarkannya ke sumbu lentera. Ajaibnya, nyala api merah di sumbu tetap tak padam. Meski tanah memisahkan api dan minyak, nyala itu tetap menyala secara mistis...
