Lentera-lentera abadi yang menyala bagai api hantu berjajar, dari kejauhan terlihat berkelap-kelip tak berujung...
“Ini adalah lentera abadi yang sesungguhnya, tidak bisa dipadamkan angin, tidak padam oleh hujan, lampu yang tak pernah padam yang diletakkan di sudut atau posisi tertentu makam setelah kematian orang zaman kuno ribuan tahun lalu! Ini sama sekali tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, dan dalam kehidupan nyata banyak arkeolog bahkan perampok makam benar-benar telah melihat lentera abadi, namun lentera-lentera ini ketika ketenangannya diusik manusia, secara misterius padam atau menghilang. Lentera abadi sejati sama sekali tidak bisa dipecahkan dengan teknologi saat ini.” Qiu Shasha menoleh memandangku melanjutkan: “Minyak lentera abadi ini harus dibuat dari beberapa bahan langka di dunia, dan setiap bahannya bernilai setara seribu keping emas. Artinya, tempat kita berada sekarang ini adalah makam kuno berusia minimal seribu tahun, dan identitas pemilik makam ini, menurut tebakanku kemungkinan besar adalah——Kaisar!!!”
Mendengar perkataan Qiu Shasha, hatiku berdebar kaget, segera menatapnya dan bertanya: “Kaisar?! Qiu Shasha kamu yakin?”
Qiu Shasha menggelengkan kepala pelan padaku, mengarahkan senter di tangannya ke deretan lentera abadi itu, sambil memandangnya berkata padaku: “Sebenarnya ini hanya tebakanku, tapi menurutku ada sembilan puluh persen kemungkinan ini adalah makam kaisar zaman kuno.”
“Ini... ini benar-benar kuburan?” Kapten Guo yang berjalan di depan langsung gemetar ketakutan mendengar perkataan Qiu Shasha, bicaranya terbata-bata sambil menoleh bertanya pada kami.
“Dasar kau tutup mulut! Di sini bukan tempatmu ikut campur!!” Pria gemuk memaki Kapten Guo.
“Jika ini benar-benar makam kaisar zaman kuno... Shixiong, menurutmu apakah ini bisa jadi makam arwah yin kaisar itu, tempat persembunyiannya?” Pria gemuk menoleh ke arahku bertanya.
“Kemungkinan itu tidak bisa disingkirkan.” Aku mengangguk sambil berkata.
“Kalau gitu lebih mudah! Udah ketemu di sini, langsung aja kita serbu sarang tuanya, Sialan! Biar binatang itu terus sembunyi di gelap ngasih kita jebakan!” Pria gemuk itu langsung mendesak Kapten Guo yang sedang memimpin jalan untuk terus menyusuri terowongan ini.
“Shisan, apa rencanamu sekarang?” Qiu Shasha menoleh memandangku.
Aku menggigit gigi, “Udah ketemu, ya harus masuk. Ayo, Pria Gemuk!”
Keputusan ini kuambil karena setelah tiba di sini, tiba-tiba teringat kakek dan nenek yang telah tiada. Kematian mereka punya hubungan erat dengan arwah yin kaisar ini. Jika bukan karena perintahnya, kakek-nenekku takkan terbunuh.
Sekarang kami menemukan kuburan yang mungkin jadi persembunyiannya. Tak mungkin aku mundur.
Hanya saja, yang kukhawatirkan adalah energi Yang di tubuhku dan Qiu Shasha masih belum bisa digunakan. Di makam kuno penuh perangkap begini, tanpa energi Yang, mencari peti mati utama akan sangat berisiko.
Untung ada binatang sialan si Guo yang jalan di depan sebagai umpan. Secara tak langsung dia menahan sebagian bahaya untuk kami.
Aku dan Qiu Shasha mengikuti pria gemuk dan Kapten Guo dari belakang, memperlambat langkah, selangkah demi selangkah berjalan menyusuri terowongan penuh lentera abadi ini menuju kedalamannya...
Saat berjalan, tiba-tiba kudengar suara tetesan air "tik... tok..." bergema.
Suaranya tidak terlalu keras, namun terasa seperti berada di telinga.
Dan seiring dengan bunyi "tik... tok..." itu, perlahan-lahan kcium aroma amis darah yang membuatku mual di udara.
"Pria gemuk, Qiu Shasha, kalian dengar suara 'tik tok' di sini?" Tanyaku sambil menatap sekeliling pada mereka.
"Tidak, ada apa Shixiong? Kau dengar sesuatu?" Pria gemuk menoleh sambil menyorotkan senter ke arahku.
"Kudengar suara tetesan air di sekitar sini, dan ada bau darah di udara," jelasku pada pria gemuk.
Pria gemuk memanggil Kapten Guo yang berjalan di depan, lalu berhenti dan berkata: "Aku tidak dengar suara tetesan air, juga tidak mencium bau darah. Nona Qiu, kau menciumnya?" Dia bertanya lagi pada Qiu Shasha di depanku.
Qiu Shasha menggelengkan kepala: "Aku juga tidak. Shisan, mungkin aroma yang kau cium itu berasal dari minyak lentera abadi yang terbakar?"
"Lupakan dulu, mari kita lanjutkan. Lihat apakah ini benar jalan menuju makam kaisar. Kalian semua berhati-hatilah." Kataku sambil buru-buru mengajak semua orang melanjutkan perjalanan menuju ujung terowongan.
“Lanjut berjalan ke depan sekitar setengah jam lebih, lampu abadi terputus di sini. Jalan di belakang menjadi gelap gulita, kami terpaksa menyalakan senter kuat lagi dan melanjutkan perjalanan.”
“Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, tiba-tiba depan menjadi lebih luas. Dari yang awalnya bisa dilalui dua orang berdampingan, perlahan bisa menampung tiga, empat orang, bahkan sekarang empat orang sekaligus berjalan berdampingan pun tidak terasa sempit.”
“Dan sejak lampu abadi hilang, bau amis darah di udara dan suara tetesan air 'tik... tok' juga menghilang bersamaan.”
“Apakah yang dikatakan Qiu Shasha tadi benar? Apa bau darah yang kucium sebelumnya berasal dari lampu abadi itu?” Aku terus berjalan mengikuti rombongan sambil berpikir dalam hati.
“Shixiong, ini... kok aku merasa ada yang tidak beres? Kita sudah beberapa kali turun ke makam, tapi ini tidak seperti lorong makam biasa.” Pria gemuk itu berkata sambil waspada memandang sekeliling.
“Jangan pedulikan dulu, terus maju. Waspada dan hati-hati, jangan sampai menyentuh perangkap.” Kataku sambil menoleh ke belakang ingin melihat Cui Chun dan Feng Er yang mengikuti. Tapi pandangan ini membuat keringat dinginku langsung mengucur!
Karena di belakang kami berempat, entah sejak kapan dua wanita itu – Cui Chun dan Feng Er – tiba-tiba menghilang!!
Seperti uap air yang menguap begitu saja di belakangku, tanpa suara sedikitpun.
“Goblog! Pria gemuk, Qiu Shasha kalian jangan jalan terus! Cui Chun dan Feng Er mereka menghilang!!” Aku segera memanggil pria gemuk dan Qiu Shasha yang berjalan di depan.
“Shixiong, kamu bilang apa?!” Pria gemuk ikut menengok ke belakang setelah mendengar perkataanku.
“Sialan! Mereka mana?!” Pria gemuk mengacungkan senternya ke segala arah sambil bertanya.
“Cui Chun, Feng Er, kalian di mana??” Aku berteriak ke arah terowongan gelap di belakang, tapi tidak ada jawaban. Mereka benar-benar seperti menghilang dari pandangan...
“Sialan!!” Aku mengumpat dalam hati sambil mengeluarkan dua lembar Fu Pengusir Enam Jia dari tas ransel. Aku menempelkannya di kedua sisi dinding tanah. Jika ada hantu yin jahat mengikuti kami dari belakang, Fu ini mungkin tidak bisa mengendalikannya tapi pasti akan bereaksi saat mereka lewat, memberi kami peringatan.
“A...Aku usul Kakek-kakek, k...kita sebaiknya segera keluar ya? Tempat ini benar-benar ada hantu. Jika terus masuk lebih dalam, kita bisa bernasib sama seperti mereka. Sekarang masih ada kesempatan...” Kapten Guo di depan gemetar ketakutan, celananya hampir basah kencing.
“Dasar, nyalimu lebih kecil dari tikus?! Kalau masih ngomong sembarangan, sebelum hantu yin di kegelapan sempat bertindak, Pangye bakal pukul kepalamu pakai sekop ini dulu!” Pria gemuk itu menendang Kapten Guo sekali lagi.
“Shisan, kamu tidak melihat Energi Yin di belakang kita?” Qiu Shasha yang sudah memegang kuas kaligrafinya mendekatiku dan bertanya.
Aku menggelengkan kepala:
“Tidak. Qiu Shasha, haruskah kita kembali mencari mereka berdua?”
Qiu Shasha menjawab, “Sekarang kau yang memutuskan. Apapun keputusanmu, aku dan pria gemuk akan ikuti.”
Menatap terowongan gelap gulita itu, aku menarik napas panjang. “Ayo kita cari mereka. Cari setengah jam saja. Jika tidak ketemu, itu sudah nasib mereka. Lalu kita lanjutkan perjalanan.” Aku langsung berbalik menuju jalan yang kita lalui tadi.
Qiu Shasha, pria gemuk, dan Kapten Guo segera menyusul.
Setelah berjalan sekitar sepuluh menit bersama tikus itu, di ujung sorot senter terlihat dua bayangan hitam kabur. “Chui Chun! Feng Er! Kaliankah itu?!” teriakku.
“Shisan, ini kami. Aku dan Feng Er tadi ketinggalan karena panik,” suara Chui Chun terdengar dari kegelapan.
Tapi kelopak mata kananku tiba-tiba berkedut tak henti...
