Melihat deretan cermin perunggu kuno yang tertanam di dinding bata, hatiku berdebar. Tiba-tiba terlintas ide untuk menentukan apakah Cui Chun dan Feng Er saat ini dalam keadaan normal atau tidak.
Perlahan-lahan kusorotkan senter kuat di tanganku ke cermin perunggu di dinding, menemukan posisi Cui Chun dan Feng Er di belakangku, lalu mengamati mereka berdua melalui pantulan cermin.
Namun yang mengejutkanku, bayangan Cui Chun dan Feng Er di cermin perunggu tidak lagi menatap ke arah belakangku. Perasaan seperti diawasi dari belakang yang sebelumnya kurasakan juga hilang...
Jangan-jangan sejak masuk ke terowongan ini, aku menjadi paranoid dan curiga berlebihan?
"Kemarilah lihat! Jalan di depan tertutup, tidak bisa dilanjutkan..." Suara Kapten Guo terdengar dari depan.
Mendengar perkataannya, aku dan pria gemuk segera mendekat. Sorotan senter kami menerangi sebuah gerbang batu yang muncul lagi.
Gerbang batu kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Tidak ada ukiran patung kepala manusia berekor kalajengking, melainkan tertulis empat karakter besar:
"Popularitas dan Kekuasaan seperti Asap." Meski aku tak bisa mengenali dinasti asal empat karakter besar ini, goresan kaligrafinya menunjukkan kekuatan dan kelenturan yang luar biasa, memancarkan aura spiritual yang transenden. Bahkan orang awam seperti yang sama sekali tak paham seni tulisan seperti aku pun bisa melihat bahwa penulis empat karakter ini sudah menguasai kaligrafi dengan sempurna.
"Shixiong, apakah empat karakter di gerbang batu ini berbunyi 'Penjarah Makam Mati'?" tanya pria gemuk sambil menatap tulisan di pintu. Tingkat pendidikannya yang terbatas membuatnya bahkan tak bisa membaca aksara sederhana modern, apalagi aksara kuno yang menyambung ini.
"Bukan. Empat karakter di pintu itu berbunyi 'Popularitas dan Kekuasaan seperti Asap'," jawabku pada pria gemuk itu.
"Popularitas dan Kekuasaan seperti Asap?" Pria gemuk itu mengulangi perlahan.
Setelah berkata demikian, aku mulai memindai dengan cermat seluruh permukaan gerbang batu ini, berusaha menemukan apakah ada perangkap mekanis di sekitarnya.
"Shisan, menurutku empat karakter 'Popularitas dan Kekuasaan seperti Asap' ini semakin membuktikan bahwa ini adalah makam kaisar," ujar Qiu Shasha yang berdiri di belakangku sambil menatap gerbang batu.
"Hei Nona Qiu, jangan ngawur. Mana ada kaisar yang tidak menganggap popularitas dan kekuasaan lebih berharga dari nyawa sendiri? 'Popularitas seperti asap'? Lebih tepat 'popularitas seperti nyawa'!" Pria gemuk itu tak sependapat dengan dugaan Qiu Shasha.
Sebelum Qiu Shasha sempat membalas, pria gemuk itu justru sudah berjalan mendekati gerbang batu:
"Cepat kemari! Apakah ini mekanisme pembuka gerbang?" teriaknya sambil menoleh ke arah kami.
Kami segera bergegas ke arahnya sesuai petunjuk. Setelah mendekat, terlihat sebuah cermin perunggu kecil yang menonjol di posisi yang ditunjuk jarinya pada permukaan gerbang batu.
“Yang ini bisa dirujuk?” Pria gemuk langsung mengulurkan tangannya hendak mengincar cermin perunggu itu.
Melihat itu, aku segera memulai pembicaraan untuk menghentikannya: “Pria gemuk, kamu tunggu dulu sebentar, jangan sentuh cermin perunggu itu.”
“Ada apa?” Pria gemuk menoleh memandangiku sambil bertanya.
“Biasanya mekanisme pembuka gerbang batu makam kuno dipasang di tempat yang tersembunyi dan sulit ditemukan orang. Tapi 'perangkap' ini terlalu mencolok, jadi menurutku ini mungkin jebakan yang sengaja dibuat untuk menjerat pencuri makam.” Aku menatap tonjolan cermin perunggu di atas gerbang batu itu.
“Lalu, sekarang harus bagaimana? Entah perangkap ini asli atau palsu kita tetap harus mencoba. Kalau kamu terus takut ini itu, bagaimana caranya membuka gerbang batu ini?” Pria gemuk berkata sambil menatapku.
"Pria gemuk, mundur sedikit, aku yang akan mencoba membukanya." Kataku saku menarik pria gemuk itu ke belakangku.
"Shixiong, sudah sana pergi lah, energi Yang dalam tubuhmu sekarang tidak bisa digunakan, bahkan tidak lebih baik dariku. Kalau mencoba harusnya aku yang coba." Pria gemuk itu tidak mundur, malah dengan cepat mengulurkan tangannya mencengkeram cermin perunggu itu.
Gerakan pria gemuk tadi sangat cepat, sebelum sempat bereaksi tangannya sudah menempel erat di cermin perunggu. Kulihat dia memutar cermin di gerbang batu itu ke kanan dengan kuat, kemudian seluruh gerbang batu bergetar. Pasir dan tanah berjatuhan dari atasnya, disusul suara gedebuk bergemuruh. Gerbang batu itu perlahan membuka ke atas dengan sendirinya.
Melihat kegelapan di dalam, setelah senter kuat menyinari, terlihat ruang yang sangat luas di dalamnya.
"Shixiong, lihat kamu yang selalu mencurigai, ini sama sekali bukan perangkap. Pintu sudah terbuka dan tidak ada apa-apa." Pria gemuk berkata padaku, lalu menatap Kapten Guo di depan dan melanjutkan: "Pintu sudah terbuka, kamu yang jalan duluan masuk."
Setelah mendengar perkataan pria gemuk, meski sangat enggan, Kapten Guo terpaksa memaksakan diri masuk ke dalam gerbang batu karena takut pada sekop tentara di tangan pria itu.
Tepat saat Kapten Guo baru sampai di posisi gerbang batu, tiba-tiba gerbang batu yang sudah naik ke atas mengeluarkan suara gemuruh. Seluruh struktur seperti guillotine itu seketika menghantam ke bawah ke arah Kapten Guo!
"Braak!!" Suara gemuruh terdengar, di bawah gerbang batu itu, Kapten Guo bahkan tidak sempat mengeluarkan jeritan menderita sebelum dihantam habis-habisan oleh gerbang batu yang jatuh cepat. Kepala dan tubuhnya menyatu menjadi satu, pemandangan daging hancur yang mengerikan terpampang...
"Ah~！！Ah~！！……" Di belakang kami, Cuichun dan Feng'er yang melihat Kapten Guo tewas terimpit mati oleh gerbang batu, menjerit ketakutan dengan jeritan menderita yang bahkan disertai sendu tangis.
"A...Aku ingin pergi, kita pulang saja, di...dalam sini terlalu menyeramkan, aku ingin pulang ke rumah, satu menit, satu detik pun tak mau tinggal di tempat hantu ini!! Jika terus begini, aku akan gila!!" Tangis Feng'er sambil berjongkok di tanah, kedua lengannya memeluk erat tubuhnya sendiri, seluruh tubuhnya gemetar sambil terus terisak pelan.
Melihat Kapten Guo yang tewas mengenaskan di bawah gerbang batu, aku menghela napas lalu berkata pada Cuichun dan Feng'er: "Jika kalian ingin pergi sekarang, ikuti jalan yang sama untuk keluar. Kami pasti takkan menghalangi."
Mendengar ucapanku, Feng'er langsung bangkit dari tanah dan berlari ke arah jalan yang kami lewati tadi tanpa menoleh. Cuichun yang melihatnya langsung mengejar sambil memanggil-manggil namanya.
Setelah keduanya pergi, Qiu Shasha mendekatiku dan bertanya: "Shisan, prediksimu ternyata benar. Gerbang batu ini memang perangkap. Sekarang apa yang harus kita lakukan? Berani mencoba merangkak masuk dari bawah?"
Entah karena tulang patah di tubuh Kapten Guo yang menyangga atau mekanisme gerbang batu yang sudah tua, gerbang itu tidak sepenuhnya tertutup. Masih ada celah sekitar 30-40 cm dari tanah, cukup untuk orang dewasa menyelip masuk.
Melihat noda darah merah segar di celah bawah gerbang batu dan Kapten Guo yang tewas mengenaskan hampir hancur di sampingnya, saat ini aku benar-benar ragu...
Jika kali ini kita tidak melanjutkan perjalanan, arwah yin kaisar yang bersembunyi di kegelapan mungkin akan tetap tak terdeteksi sampai dia berhasil melepaskan segelnya. Ini memang kesempatan bagi kita.
Tapi jika kita memutuskan terus maju, tak ada yang bisa menjamin apakah perangkap di gerbang batu itu benar-benar rusak, atau sengaja menyisakan celah untuk mengundang kita masuk dari bawah lalu menjatuhkannya untuk menghancurkan kita.
"Shixiong, menurutku kali ini..." Aku segera memotong ucapan pria gemuk itu, "Jangan bicara dulu. Aku yang akan memimpin kali ini." Tanpa menunggu persetujuan mereka, aku langsung merebahkan tubuh dan merayap masuk melalui celah gerbang batu.
Apapun risikonya, aku harus mencoba. Tempat ini kemungkinan besar adalah makam arwah yin kaisar. Begitu menemukannya sebelum segelnya terlepas, aku akan menggunakan《Xuan Huang Di Jing》untuk membasminya. Jika gagal, setidaknya harus mencegahnya kembali ke Dunia Manusia.
Tindakan ini bukan hanya untuk diriku, tapi juga keluarga, sahabat, istriku An Rushuang, serta Kakek-Nenek yang sudah tiada.
“Shisan, kamu harus sangat berhati-hati. Jika ada gerakan mencurigakan, segera mundur.” Suara peringatan Qiu Shasha terdengar dari belakangku.
Aku mengangguk, menarik napas dalam-dalam, menggigit gigi, lalu tundukkan kepala dengan cepat dan mulai merayap melalui celah di bawah gerbang batu itu...
