Ketika aku melihat ada objek tak dikenal yang memancarkan sinar redup di dalam batu altar di bawah peti mati perunggu ini, segera berjongkok dan mengamati ke dalam.
Benar saja, di dalam batu altar ini terdapat beberapa lembar kertas jimat hitam-putih berbentuk bagua. Dua titik kecil hitam-putih di tengah kertas jimat itu sesekali berkedip. Sinar redup yang kulihat sebelumnya ternyata berasal dari mereka.
Setelah menemukan delapan lembar kertas jimat yang menyegel peti perunggu ini, aku tetap berjongkok sambil menarik napas dalam-dalam. Saat tangan kiriku mengulur ke salah satu kertas jimat, seluruh tubuhku tiba-tiba tersetrum listrik. Badanku gemetar dan tangan yang sedang menggapai itu terhenti di udara...
Sialan, apa yang terjadi ini? Jangan-jangan tubuhku sendiri sedang memperingatkan bahwa delapan kertas jimat ini tidak boleh dibuka?
"Jika aku tidak melakukan sesuai perintah hantu yin dalam peti mati ini, maka hari ini aku, Qiu Shasha, pria gemuk, dan yang lain akan mati di sini. Aku bisa melihat, hantu-hantu yin yang hampir membunuh kami sebelumnya pasti akan taat mutlak pada hantu yin dalam peti mati ini."
Sobek atau tidak? Aku menggigit gigi dalam keraguan. Sejak dulu sifatku tegas, tapi saat ini aku benar-benar tak bisa memutuskan. Karena konsekuensi dari tindakanku nanti bukan hanya nyawaku sendiri yang harus menanggung, tapi juga Qiu Shasha, si pria gemuk, dan yang lain. Maka keputusanku ini tidak hanya menyangkut nyawaku, tapi juga nyawa mereka. Inilah mengapa aku menjadi begitu plin-plan.
Keringat dingin perlahan mengalir dari dahiku saat ini.
Aku berjongkok di tanah, bolak-balik mempertimbangkan lama sekali. Akhirnya hatiku memutuskan, menguatkan hati, pertaruhan nyali! Segera kuraih kertas jimat bergambar diagram Yin-Yang hitam-putih itu.
Tangan kiri menggenggam kertas jimat itu, debu abu-abu keputihan berhamburan. Kutarik kuat-kuat, kertas jimat ini pun tercabut dari batu altar.
Aku menunduk menatap tajam kertas jimat di tanganku. Sejak kusobek, sinar redupnya mulai memudar perlahan, hingga akhirnya tenggelam lenyap...
Bersamaan, dari dalam peti mati perunggu terdengar lagi dentuman berat.
Aku kaget setengah mati oleh suara tiba-tiba itu. Kertas jimat terjatuh dari tanganku. Segera kudongakkan kepala memandang peti mati perunggu di depanku.
Saat ini, peti mati perunggu di hadapanku yang tadi mengeluarkan dentuman berat itu kini sama sekali tak bergerak. Sepertinya suara dari dalam peti mati tadi pasti karena aku merobek salah satu Kertas jimat di sini.
Sialan, hari ini aku benar-benar dikerjai hantu yin ini. Tapi karena sudah sampai di tahap ini bagai menunggang harimau, terpaksa kuraih sisa keberanian untuk merobek lembaran lain.
Setiap kali kucabik satu Kertas jimat Yin-Yang, peti perunggu di atas kepalaku mengeluarkan dentuman berat. Hingga lembar terakhir tercabik, dari dalam peti mati mulai terdengar suara "Desis...desis..." yang aneh.
Suara ini persis seperti bunyi pangsit dan bakpao yang digoreng di wajan datar.
Bangun dari posisi jongkok, kutempelkan Kertas jimat sambil mundur perlahan. Sampai di dekat pria gemuk, Qiu Shasha dan yang lain, kupandangi peti itu dengan waspada menanti arwah terkutuk itu keluar dari peti perunggu.
"Desis...desis..." Suara dari peti perunggu semakin keras seiring waktu, disertai kabut hitam pekat menyembur dari celah-celah peti mati...
"Braak!!" Dentuman dahsyat menggema dari dalam. Bahkan kulihat jelas peti mati itu bergetar hebat akibat ledakan tadi.
Sepertinya hantu yin itu akan segera muncul.
“Braak!!!” Aku tiba-tiba merasakan detak jantungku seolah ingin melompat keluar, berkeliling dan mengembara namun tak menemukan pintu keluar. Yang kusadari hanyalah beban berat yang harus kutanggung, firasat buruk yang mencekam mulai merayap di hatiku...
“Braak!!!” Dentuman bergema beruntun. Aku menyaksikan tutup peti perunggu itu terlempar ke udara oleh kekuatan dahsyat. Saat tutupnya jatuh, kabut hitam energi Yin menyembur deras dan melayang tinggi di udara.
“Gedebuk~!!” Dentuman berat bergema. Tutup peti mati perlahan bergeser mundur dengan sendirinya. Dari celah yang terbuka, kabut energi Yin pekat memenuhi peti, sama sekali menutupi pandangan akan ada-tidaknya jenazah tumbal di dalamnya.
“Hahaha... Seribu tahun! Akhirnya sang raja bangkit dari peti rusak ini!!” Suara itu bergema. Dari dalam peti mati melesat kabut hitam energi Yin yang kemudian berputar mengelilingi ruang makam sebelum akhirnya menyergap ke arahku.
Melihat ini, refleks aku mundur selangkah sambil mengeluarkan Pedang Pemotong Kegelapan dari tas ransel, bersiap untuk keadaan terburuk.
“Zuo Shisan, kau benar-benar punya nyali berani melepaskan raja ini dari peti mati. Tidakkah kau takut setelah aku keluar, aku akan MEMBUNUH kalian semua?!” Hantu yin hitam itu terbang mendekatiku, turun dari udara, perlahan membentuk bayangan manusia dari gumpalan asap hitam.
Baru sekarang aku benar-benar melihat rupa penghuni peti mati ini. Posturnya tinggi gagah, wajahnya tampan. Bola matanya yang hitam pekat memancarkan hawa dingin, alis tebal seperti disikat cat, dada bidang seolah bisa mengalahkan ribuan prajurit.
Tulang dan ototnya kokoh bagaikan singa jantan. Di kepalanya terdapat mahkota merah bersulam permata, ikat dahi emas bergambar dua naga berebut mutiara, mengenakan jubah hitam bergambar sembilan naga emas...
Hantu ini kini melangkah mendekatiku. Setiap gerak-geriknya memancarkan aura kekaisaran yang begitu alami, membuat siapa pun sulit menolak pesonanya yang memaksa tunduk.
“Apa?? Ahli terhebat Sekte Naga Harimau Maoshan ini malah ketakutan melihat raja?” Hantu itu berdiri di hadapanku sambil bertanya.
Kurenungkan perasaanku, menarik napas dalam sebelum menjawab: “Bukan takut, hanya saja dalam hidupku ini baru pertama kali melihat kaisar kuno secara langsung. Ingin memandang lebih lama.”
“Tampaknya kau sama sekali tidak ingat padaku sekarang, tapi tak apa. Huh... Seribu tahun lalu kaulah yang menyegelku dalam peti mati perunggu ini, namun seribu tahun kemudian justru kau yang datang membantuku membuka segel. Dunia ini memang sungguh menarik...” Hantu yin itu menggelengkan kepala sambil tersenyum memandangku.
“Aku sudah memenuhi semua janjiku, juga membebaskanmu dari segel. Kau berjanji akan melepas kami, janganlah ingkar. 'Jun tidak main sandiwara' itu kan katamu barusan.” Kutanyakan pada hantu yin yang berdiri di hadapanku.
Mendengar ucapanku, tiba-tiba diam. Dua bola mata bercahayanya menatapku tajam-tajam, membuat hatiku langsung ciut.
Tampaknya si keparat tua ini mau berkhianat setelah mencapai tujuan. Tapi ini sudah kuduga sejak awal. Sampai di titik ini, kita tak boleh menunjukkan kelemahan.
Saat aku masih berpikir mencari langkah selanjutnya, arwah yin kaisar itu berbicara: “Aku pasti akan menepati janji. Hanya saja, sebelum kau meninggalkan makam kuno ini, kau harus membantuku satu hal.”
“Bantuan apa?” Tanyaku sambil memandangnya, perasaan tak enak mulai menggelayut di hati.
“Kalangan Tao Mao Shan sepertimu pasti hafal Kitab Duren. Apakah kau bisa membacakan Sutra Penyelamatan Jiwa itu?” Orang ilusi yang diwujudkan hantu yin itu menatapku.
“Kitab Duren? Aku memang bisa, tapi kitab ini hanya untuk mendoakan arwah penasaran. Untuk apa kau memintaku membacanya?” Tanyaku sambil mengernyitkan dahi.
“Hanya meminta bantuanmu untuk membacakan 《Sutra Penyelamatan Jiwa》 di tempat ini guna mendoakan arwahku, agar aku dapat memasuki roda enam kelahiran kembali dan bereinkarnasi.” Hantu Yin itu berkata padaku.
Saat mendengar ucapannya, aku langsung membeku di tempat, lama tak bereaksi, sempat mengira pendengaranku salah...
Apa?! Arwah yin kaisar yang selalu ingin menguasai langit-bumi kembali ini justru memintaku mendoakannya?! Ini lelucon macam apa?! Ke mana ambisinya? Ke mana nafsu akan kekuasaan yang tetap melekat setelah kematiannya? Apakah karena terlalu lama terkurung dalam peti perunggu ini, dia jadi gila?
“Barusan kau memintaku membacakan 《Sutra Penyelamatan Jiwa》 untuk mendoakanmu?” Aku masih tak percaya dengan ucapannya, terpaksa mengulang pertanyaannya.
