Setelah mendengar teriakan pria gemuk dari belakang, hatiku berdebar kencang. Aku segera menoleh ke belakang.
Ternyata pria gemuk itu masih terbaring di tanah, kedua matanya terpejam rapat. Kedua kakinya terus menghentak-hentak ke belakang, sedangkan tangan kanannya meraih-raih kosong di udara.
Melihat kondisi pria gemuk seperti ini, aku langsung menyadari: "Dasar cucu laki-laki ini masih belum sadar juga!"
Aku menghampiri dan menendang pantat pria gemuk yang masih terbaring itu dengan keras.
"Sial!! Cucu laki-laki mana yang berani menyergap Pangye?!!" teriak pria gemuk sambil tetap terbaring tak sadarkan diri.
"Dasar p****n! Cepat bangun!" Aku berteriak sambil menendang pantatnya lagi. Barulah pria gemuk itu meloncat bangun seperti pegas, duduk sambil memandang sekitar dengan bingung. "Goblog, nyaris kubikin jantung copot! Rupanya semua tadi cuma mimpi..." Dia menghela napas panjang lalu bertanya, "Shixiong, kapan kau buka peti mati perunggu itu sendiri?"
"Ceritanya panjang. Kita harus keluar dari makam kuno ini dulu. Kau bangunkan Qiu Shasha, aku akan periksa peti itu." Aku berjalan menuju peti mati perunggu tempat arwah yin kaisar tadi berada.
Setelah mendekat, aku berdiri di atas batu panggung dan mengintip ke dalam peti mati perunggu. Di dalamnya terdapat peti mati kayu. Yang mengejutkanku, peti ini sama sekali kosong - tidak ada mayat maupun barang-barang penguburan.
Aku turun dari batu panggung dan kembali memeriksa ukiran-ukiran di bagian luar peti perunggu. Hingga kini aku masih belum memahami makna patung berkepala manusia dan berekor kalajengking yang terukir disana.
Sebelumnya aku lupa bertanya pada arwah yin kaisar yang telah kupersembahkan doa. Kini saat ingin mengetahui rahasia ini, tak ada satu pun yang bisa memberi jawaban.
Setelah meninggalkan peti mati perunggu, aku berbalik dan berjalan ke arah pria gemuk dan yang lainnya.
Saat itu pria gemuk telah membangunkan Qiu Shasha yang pingsan. Gadis itu duduk sendiri di tanah dengan ekspresi kesakitan, kedua tangannya terus memijat-mijat kepalanya.
Namun Feng'er dan Cuichun di sampingnya tak kunjung sadar meski terus dibangunkan. Melihat ini aku segera mendekat untuk membantu pria gemuk.
Pertama aku mendekati Cuichun. Mengulurkan jempol tangan kiri, kutekan kuat titik renzhong di bawah hidungnya. Beberapa saat kemudian kelopak matanya berkedut, lalu ia menghela nafas panjang dan perlahan membuka mata.
Setelah Cuichun sadar, aku segera menekan titik renzhong Feng'er. Tak lama kemudian, Feng'er pun mulai bergerak dan kembali sadar.
Setelah kedua orang itu bangun, mereka menundukkan kepala dengan tatapan mata yang terus menancap ke tanah. Setelah beberapa lama, barulah mereka perlahan pulih. Cui Chun yang pertama sadar, menoleh ke arahku dan bertanya: "Aku... sebelumnya aku kenapa? Kenapa tiba-tiba pingsan di sini?! Kepalaku... sakit sekali..."
"Sekarang penjelasannya terlalu rumit. Bersiaplah, kita harus segera meninggalkan makam kuno ini." Walau arwah yin kaisar ini sudah kudoakan dan antarkan pergi, tapi seperti kata pepatah: Raja Yama mudah ditemui, hantu kecil yang menyebalkan. Siapa tahu arwah-arwah yin yang bersembunyi di sekitar makam ini akan kembali mengganggu kita. Khawatir situasi berubah, kuteriakkan pada semua orang untuk segera memulihkan kondisi dan buru-buru pergi.
Begitulah, setelah Feng Er dan Cui Chun bisa berdiri, aku, pria gemuk, Qiu Shasha bersama mereka bergegas keluar dari ruang makam ini...
Sepanjang perjalanan pulang, pria gemuk dan Qiu Shasha melihat ekspresi gusarku yang terus terburu-buru. Dengan kompak mereka mengikutiku dari belakang tanpa bertanya apapun, terus fokus berjalan cepat.
Namun belum lama berjalan, Qiu Shasha tiba-tiba menarik lenganku: "Shisan, apa kita kembali lewat jalan yang sama?"
Kukanggukkan kepala:
"Ya, jalan lain tidak kita kenal."
"Kalau lewat jalan yang sama, apakah gerbang batu yang jatuh sebelumnya sudah tertutup sekarang?" Qiu Shasha menatapku dengan wajah khawatir.
"Tutup atau tidak, kita harus segera kembali untuk memeriksa sebelum memutuskan. Tempat ini tidak aman untuk berlama-lama." Kataku sambil mempercepat langkah.
Awalnya kami datang ke wilayah liar ini untuk mencari Air Suci Sungai Luo yang dibutuhkan untuk menghidupkan kembali Rushuang. Namun tak disangka, kami justru secara tidak sengaja memasuki tempat tersegel arwah yin kaisar yang selama ini kucari.
Yang lebih mengejutkan, arwah yin kaisar ini tak pernah menghampiriku dan telah kehilangan nafsu untuk menguasai langit-bumi maupun mengejar popularitas. Dia telah melepaskan segala kesia-siaan dan kembali memasuki roda enam kelahiran kembali.
Tapi jika suara seram tadi bukan berasal dari arwah yin kaisar ini, lalu siapa? Ibu Qiu Shasha, Hong Yan? Atau ada orang lain?
Memikirkan ini, hatiku merasa tak tenang. Kegelisahan ini bukan karena ketakutan, tapi ketidaktahuan. Selama ini kami mengira musuh terakhir adalah arwah yin kaisar yang telah ada selama ribuan tahun. Namun kenyataan menunjukkan musuh sebenarnya masih tersembunyi - siapa dan dimana, sama sekali tak kuketahui.
Karena itu, untuk saat ini hanya bisa menduga bahwa Hong Yan, ibu Qiu Shasha-lah yang paling dicurigai. Ambisi wanita itu memang besar, mungkin dialah yang ingin menguasai dunia Yin-Yang.
Ketidaktahuan ini benar-benar membuat jantungku berdebar dan gelisah.
Demikianlah, rombongan kami terus saja bergegas mengikuti jalan yang kami lalui sebelumnya. Saat kami tiba di gerbang batu tempat kami masuk sebelumnya, mayat Kapten Guo yang terhimpit masih tergeletak di sana. Celah di bawah gerbang batu itu pun masih ada.
Melihat ini, aku menghela napas lega dan segera meminta semua orang untuk merangkak keluar melalui celah di bawah gerbang batu itu.
Ketika kami berlima saling membantu keluar dari lubang tanah, aku justru terkejut menemukan bahwa langit di luar sudah terang benderang. Sinar matahari yang menyilaukan membuat kami hampir tidak bisa membuka mata. Butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri sebelum akhirnya bisa melihat keadaan sekitar.
Posisi kami sekarang masih berada di padang gurun tak berujung. Di wilayah liar ini sama sekali tidak ada tumbuhan maupun hewan. Siang hari membuat semuanya terlihat lebih jelas, seolah-olah ini adalah zona uji coba nuklir yang terasing.
"Sialan, matahari ini membuat mataku sakit!" keluh pria gemuk sambil menggosok-gosok matanya. Qiu Shasha justru menghampiriku dan bertanya, "Shisan, kita sudah berhasil kabur. Sekarang bisakah kau ceritakan apa yang sebenarnya terjadi di makam kuno itu?"
Mendengar pertanyaannya, aku menghela napas panjang. Sambil membersihkan debu di bajuku, aku memandang sekeliling lalu menunjuk ke arah gundukan tanah di sebelah kiri. "Mari kita beristirahat di balik gundukan tanah itu. Akan kuceritakan semuanya perlahan."
……
“Semua orang duduk di belakang gundukan tanah. Sambil memeriksa barang bawaan, aku menceritakan secara rinci kejadian setelah Pria Gemuk, Qiu Shasha, dan yang lain pingsan karena kerasukan hantu yin - dari awal sampai akhir, dengan sangat detail.”
Pria Gemuk mengernyitkan dahi setelah mendengar penjelasanku: "Shixiong, kenapa ceritamu terdengar tidak masuk akal? Arwah yin kaisar itu begitu saja melepaskan segalanya? Benarkah dia pergi ke roda enam kelahiran kembali dan bereinkarnasi?"
Aku mengangguk: "Sebenarnya banyak hal tidak membutuhkan pertimbangan lama atau kepastian mutlak. Perubahan dalam tujuan hidup dan pola pikir seseorang bisa terjadi karena satu peristiwa, atau bahkan hanya dari pikiran sesaat."
"Pendapatmu ada benarnya. Arwah yin yang sudah berusia ribuan tahun itu memang memiliki kesiapan spiritual. Dia sudah memahami hidup dan mati, serta tidak terikat pada popularitas atau kekayaan." Pria Gemuk mulai meraba-raba mencari rokok di sakunya.
Qiu Shasha yang duduk berseberangan mengangkat bibir atasnya: "Shisan, kalau begitu berarti ada dalang lain yang selama ini memainkan peran di balik layar? Orang itu menggunakan arwah yin kaisar yang disegel di dalam makam kuno ini sebagai kedok untuk menyembunyikan diri sepenuhnya."
"Tepat. Jika benar demikian, maka kecerdikan dan kelicikan dalang tersebut pasti luar biasa. Orang seperti itu," ujku bergumam dengan penuh kekaguman, "pasti sangat sulit dihadapi."
"Apa si dalang keparat di belakang layar itu jangan-jangan adalah wanita bernama Hong Yan?!" Pria gemuk itu bicara tanpa pikir panjang, sama sekali tak mempertimbangkan kehadiran Qiu Shasha yang langsung memaki ibunya Hong Yan sebagai keparat...
