Saat langkahku semakin mendekati tepi Sungai Luo, detak jantungku tanpa sadar semakin kencang. Sesampainya di tepi sungai, segera kuraih botol air mineral kosong yang disodorkan si pria gemuk, lalu mencelupkannya ke air sungai bercahaya hijau perlahan hingga terisi penuh...
Setelah botol terisi Air Suci Sungai Luo, kupasang tutupnya dengan hati-hati. Kubungkus botol dengan plastik untuk mencegah kebocoran, lalu menyimpannya di tas ransel dengan sangat hati-hati.
Setelah mengurus semua ini, aku segera bersiap membawa semua orang meninggalkan tempat ini. Sekarang daerah sekitar Sungai Luo ini bukanlah tempat yang bisa ditinggali lama, karena saat ini aku sama sekali tidak tahu apakah nenek tua itu datang sendirian atau tidak. Jika ada kaki tangannya yang bersembunyi di kegelapan, maka tempat kita berada sekarang sangat berbahaya.
Meskipun energi Yang di tubuhku sudah pulih, namun hampir habis terkuras saat melawan nenek tua itu. Jika kaki tangannya mengejar sampai ke sini, kita benar-benar tamat.
Memikirkan ini, aku menyimpan Air Suci Sungai Luo dengan rapi lalu memanggil semua orang untuk kembali melalui rute yang sama.
Meskipun aku sudah lama mengetahui cara menghidupkan kembali Rushuang dari mulut Taotie, bagaimanapun juga, proses menghidupkan Rushuang sama sekali tidak boleh dilakukan di sekitar Sungai Luo ini. Paling tidak harus mencari tempat yang relatif aman dan tersembunyi di wilayah liar ini. Aku tidak ingin ada sedikitpun kesalahan dalam hal ini.
Saat rombongan berjalan kembali, tiba-tiba angin kecil berhembus di sekitar. Meski anginnya tidak kencang, namun membawa banyak debu yang mudah masuk ke mata, sehingga kecepatan perjalanan semua orang semakin melambat.
……
Ketika fajar tiba, aku membawa rombongan beristirahat di balik dinding tanah yang hampir roboh yang bisa menahan angin.
Di wilayah liar ini sama sekali tidak ada ranting untuk menyalakan api unggun. Untungnya suhu malam tidak terlalu dingin. Setelah menggelar selimut bulu yang dibawa, semua orang mulai bersiap istirahat, hanya menunggu malam tiba untuk melanjutkan perjalanan.
"Sepanjang perjalanan ini kami semua kelelahan, jadi saat bisa berhenti untuk istirahat, terutama si pria gemuk, baru dua detik terbaring di atas selimut bulu, suara dengkurannya sudah terdengar..."
Tidurnya si pria gemuk ini benar-benar nyenyak, langsung tertidur begitu merebahkan diri.
Aku bersama Qiu Shasha, Feng'er, Chui Chun dan yang lain buru-buru makan sedikit untuk mengganjal perut. Kutinggalkan mereka berjaga, lalu menyuruh ketiga wanita itu beristirahat berdekatan.
Duduk sendirian di tanah lapang di depan area istirahat, rasa kantukku begitu hebat sampai harus menggeledah tubuh pria gemuk untuk mengambil sebatang rokok guna menyegarkan diri. Untungnya tidak ada kejadian mencurigakan di sekitar.
Setelah berjuang menahan kantuk, akhirnya Qiu Shasha bangun dan menggantikanku berjaga. Aku pun pergi ke sisi pria gemuk itu dan tertidur.
Badan sudah sangat lelah dan lesu, begitu merebahkan diri tak lama kemudian, seluruh tubuhku langsung terlelap...
Tidur ini begitu pulas sampai tak sadar waktu, ketika Qiu Shasha membangunkanku, matahari sudah terbenam dan langit gelap gulita.
Menggelengkan kepala yang masih berdenyut-denyut, aku bangkit dari tanah lalu bertanya pada Qiu Shasha: "Shasha, tidak ada orang mencurigakan yang mengejar kan?"
Sampai detik ini aku masih khawatir apakah si nenek tua itu punya kaki tangan.
Qiu Shasha menggeleng:
"Tidak, Shisan. Sudah cukup tidurmu? Masih terlihat mengantuk."
Aku mengangguk:
"Cukup. Kalian semua sudah siap?"
"Hampir selesai, semua sudah siap. Tinggal menunggu kamu bangun kita bisa lanjut pulang. Aku melihat peta, jarak keluar dari wilayah liar ini tidak terlalu jauh." Qiu Shasha berkata sambil menatapku.
Mendengar perkataannya, aku mengangguk dan bangkit dari tanah. Pertama-tama merapikan selimut bulu yang dipakai alas, lalu berkata pada Qiu Shasha dan pria gemuk yang baru datang: "Kalian tunggu di sini sebentar. Aku akan segera kembali." Setelah berkata demikian, aku berjalan sendirian membawa senter kuat ke arah selatan.
Qiu Shasha dan pria gemuk itu langsung paham. Mereka tentu tahu apa yang akan kulakukan, jadi tidak banyak bertanya.
Sampai di tempat yang relatif sepi, aku segera melepas liontin giok dari leherku dan memanggil pelan: "Rushuang, Rushuang, kamu ada di sana?"
Beberapa saat kemudian, suara indah nan familiar terdengar dari dalam giok:
"Shisan, aku di sini. Kamu... kamu mau membantuku dilahirkan kembali sebagai manusia sekarang?"
Aku mengangguk:
"Ya, sekarang juga. Air Suci Sungai Luo sudah ketemu. Aku akan segera membantumu terlahir kembali. Kamu senang?"
Lama sekali Rushuang baru menjawab: "Senang, tapi di dalam hatiku juga takut. Sangat takut..."
"Takut? Takut apa?" Meski bertanya, sebenarnya aku juga tahu ketakutannya sama dengan ketakutanku.
“Jika… Maksudku jika, jika Air Suci Sungai Luo ini bersama Fenghuang Dan (Empedu Phoenix) dan Buah Qiqiao Linglong tetap tidak bisa membuatku terlahir kembali sebagai manusia? Apa yang akan kamu lakukan?” Perkataan Rushuang tadi membuat hatiku bergetar.
Apa yang dia katakan memang bukan tanpa alasan, bagaimanapun legenda bahwa Air Suci Sungai Luo, Fenghuang Dan, dan Buah Qiqiao Linglong bisa menghidupkan kembali orang mati menjadi manusia, tetap saja itu hanya legenda belaka, tak pernah ada yang bisa membuktikannya.
“Tidak mungkin, pasti tidak mungkin…” Aku mulai menghibur Rushuang, tapi lebih mirip menghibur diriku sendiri.
“Bagaimana jika mungkin?” Rushuang di dalam giok itu terus bertanya padaku.
“Aku tetap tidak akan menyesal, meski tak bisa menghidupkanmu kembali sebagai manusia, setidaknya kau akan tetap menemaniku di masa depan. Asalkan kau ada di sisiku, itu sudah cukup.” Kataku.
“Jika benar begitu pikiranmu, maka aku lega. Karena di dunia ini, banyak hal yang tak bisa kita prediksi atau kendalikan. Jadi apapun yang kita lakukan, kita harus mempertimbangkan hasil terburuk sejak awal, mempersiapkan mental sepenuhnya. Hanya dengan begitu, kita bisa menerima apapun yang terjadi nanti.” Saat Rushuang berkata demikian, bayangan putihnya berkelebat dan tiba-tiba sudah berdiri di hadapanku.
Ia masih mengenakan gaun putih, wajahnya tetap memesona bak bidadari, posturnya masih anggun nan semampai. Hanya saja kini ada bayangan kekhawatiran dan kegelisahan yang menghiasi raut wajahnya.
Sebenarnya dia tadi terus membujukku, tapi di dalam hatinya sendiri juga gelisah. Aku percaya dia juga sangat ingin bisa terlahir kembali sebagai manusia dan bersamaku, namun takdir ini, hanya setengah yang ada di genggaman kita. Sedangkan setengahnya lagi, berada di tangan Langit.
"Rushuang, sudah siap?" Aku menatap Rushuang dan bertanya.
Rushuang perlahan melayang turun dari udara, kedua telapak kakinya mendarat di tanah, lalu menatapku sambil mengangguk lembut.
Melihat Rushuang mengangguk, aku segera mengeluarkan Fenghuang Dan (Empedu Phoenix), Air Suci Sungai Luo, Buah Qiqiao Linglong, lilin dupa, serta kertas jimat yang sudah tertulis bazi Rushuang dari tas ransel yang kubawa.
Pertama-tama, tempelkan kertas jimat ini di titik vital punggung Rushuang. Kemudian, sesuai metode yang diajarkan Taotie sebelumnya, aku menggambar diagram Bagua Taiji Yin-Yang di tanah. Lalu memposisikan hantu yin Rushuang berbaring tepat di tengah. Terakhir, menyalakan empat batang dupa di empat sudut dan dua lilin di mata formasi ganda pada gambar Taiji.
Memandang Rushuang yang terbaring di depanku, aku menarik napas dalam-dalam. Kuletakkan Fenghuang Dan di tanganku tepat di titik vital dahi Rushuang. Seketika, Fenghuang Dan memancarkan cahaya kuning samar, sementara tubuh bagian atas Rushuang mulai perlahan menipis.
Melihat ini, aku segera menempatkan Buah Qiqiao Linglong di titik vital dada kiri Rushuang. Buah Qiqiao Linglong itu juga memancarkan cahaya hijau pucat, sementara bagian bawah tubuh Rushuang perlahan mulai menjadi transparan... Akhirnya kubuka botol air mineral berisi Shen Shui Sungai Luo sambil menatap Rushuang yang masih terpejam, menarik napas dalam-dalam.
Ketika langkah terakhir tiba, jantungku mulai berdegup kencang. Darah dalam tubuhku mengalir deras, bahkan tanganku sudah mulai gemetar halus. Sudah lama kutunggu momen ini, tapi ketika benar-benar tiba, rasa gugup dan takut yang luar biasa menyergap hatiku.
Sejujurnya aku takut. Takut gagal. Jika bahkan cara ini tidak bisa membuat Rushuang terlahir kembali sebagai manusia, maka ide menghidupkannya kembali hanyalah akan tetap menjadi khayalan belaka di kepalaku...
Wahai Langit, kasihanilah dia! Dia gadis baik yang setia menungguku selama seribu tahun. Berilah dia satu kesempatan untuk hidup kembali! Apapun pengorbanannya akan kulakukan.
Setelah berdoa untuk Rushuang dalam hati, kukumpulkan keberanian, kututup mataku, lalu kuyurkan Shen Shui Sungai Luo yang kugenggam ke tubuh Rushuang yang sudah setengah transparan...
