Taotie dalam giok kuno menghela napas pelan setelah mendengar ucapanku, lalu memilih diam.
Saat ini, aku sendiri berdiri di kejauhan, memandang tempat An Rushuang menghilang sebelumnya. Hatiku bagai kayu yang telah menjadi abu, tubuhku laksana perahu tak tertambat.
Akhirnya aku merasakan pahitnya remuk hati. Tidak sesakit yang kubayangkan. Saat hati sudah hancur, bagaimana mungkin masih bisa merasakan sakit?
Pernah ada masa dimana aku selalu merasa sebagai penguasa dunia ini. Segala sesuatu di dunia ini harus berputar mengitariku. Perasaan ini bagai berjalan di atas awan. Kini baru kusadari sepenuhnya, aku bukanlah penguasa dunia ini. Di dunia ini, mungkin hidupku tak ada bedanya dengan seekor anjing.
Dalam hukum langit yang tak kasatmata dan takdir yang telah ditetapkan, betapa kecilnya manusia. Bagaimana pun kita berusaha dan berkorban, hukum alam ini tetap tak bisa diubah. Jelas-jelas kulihat betapa tak berdaya dan kecilnya diriku... Langit, bumi, jalan suci, segala sesuatu di dunia ini memiliki siklus, dan semua harus mematuhi aturan dunia. Tak ada pengecualian.
Sedihkah ini? Memikirkan ini, kuangkat kepala memandang langit yang gelap gulita. Kucoba menahan air mata agar tak terus jatuh. Entah mengapa, di saat seperti ini justru muncul kedamaian dalam hatiku. Tapi di balik kedamaian ini, tersimpan kerinduan yang tak berujung pada Rushuang.
Tiada kesedihan yang melebihi hati yang mati. Kini aku tak ingin bicara, tak ingin berpikir, tak ingin berhadapan dengan siapa pun.
Selalu ingin seperti ulat sutra membuat kepompong, atau seperti tikus menggali lubang. Mengurung diri sendiri, tidur tenang di dalamnya, dan takkan pernah keluar selamanya...
“Shisan, kamu juga jangan terlalu sedih dan putus asa. Meskipun hantu yin Rushuang telah menghilang, semua ini tidak berarti rohnya tercerai-berai, jadi...”
Aku tidak menunggu Taotie menyelesaikan ucapannya, langsung memotong pembicaraannya:
“Sudahlah, jangan menghiburku. Aku bukan orang bodoh. Setelah Rushuang menghilang, aku tidak melihat sedikitpun energi yin di sekitar sini.”
Taotie mendengarkan, lalu berkata padaku: “Shisan, ada kalimat yang tidak tahu pantaskah diucapkan.”
“Katakanlah.” jawabku.
“Manusia yang hidup harus belajar menerima dan memikul. Bagaimanapun juga, kamu harus terus bertahan hidup. Hukum langit dan kecantikan seperti ikan dan cakar beruang yang tak bisa dimiliki bersamaan. Sayangnya, ikan dan cakar beruang bisa dipilih. Tapi hukum langit dan kecantikan bagimu tak bisa dipilih, jadi kamu hanya bisa menerima.”
“Rushuang... Rushuang mati karena ulahku! Mengapa, dasar aku ini kenapa percaya seperti orang bodoh pada omong kosong tentang kebangkitan orang mati! Sekarang malah membuat roh yin Rushuang tak bisa bertahan! Aku ini binatang tak tahu balas budi, bahkan lebih hina dari binatang!!” Makin kuhujat diri sendiri, makin dalam penyesalan dan sakit hati yang kurasakan.
Seandainya tahu akan seperti ini, mengapa dulu? Setiap kali bayangan wajah Rushuang muncul di pikiranku, kenangan bersamanya, setiap kata yang pernah diucapkannya, hatiku seolah ditusuk jarum baja tak terhitung.
Sakit. Sakit yang membuat otak menjadi kosong. Sakit yang membuat darah kekurangan oksigen. Sakit yang membuat seluruh tubuh mati rasa.
"Jika bisa menyesali dan mengulang semua ini lagi, aku sama sekali tidak akan pernah lagi mempercayai omong kosong tentang kebangkitan orang mati."
"Asalkan Rushuang bisa terus menemaniku, entah sebagai manusia atau hantu, aku sudah puas. Tapi kekejaman realita takkan pernah memberiku kesempatan untuk menyesal atau memulai kembali. Ini... juga merupakan hukum langit..."
"Persis di saat itu, kudengar suara langkah kaki samar dari belakang. Tanpa perlu menoleh, aku tahu pasti pria gemuk dan Qiu Shasha yang mengikutiku karena lama tak kunjung kembali."
"Shixiong, bagaimana progresnya? Apakah Shao Rushuang sudah hidup kembali?" Suara pria gemuk menggema dari belakang. Ucapannya seperti pedang tajam yang kembali menusuk hatiku.
Aku tetap berdiri di tempat, tidak menoleh maupun menjawabnya.
Saat Qiu Shasha dan pria gemuk mendekat, mereka langsung paham melihat raut wajahku yang kehilangan jiwa dan pemandangan di depan mata. Mereka pun ikut terdiam.
Tak lama, Qiu Shasha yang teliti melihat luka di pahaku. "Shisan, kakimu... kenapa sampai berdarah segini banyak?!" teriaknya sambil mendekat. Sambil membalut lukaku, dia terus bertanya: "Ceritakan pada kami, jangan biarkan kami cemas di sini!"
Kugelengkan kepala:
"Aku tidak apa-apa, sungguh..."
“Kamu ini seperti orang yang tidak kenapa-kenapa?! Luka di kakimu dari mana? Kenapa kamu tidak membalutnya sendiri? Untung aku melihatnya lebih awal, kalau tidak kehilangan banyak darah, kamu benar-benar akan……” Qiu Shasha tidak melanjutkan ucapannya.
Mengangkat kepala, aku sekali lagi menatap ke arah tempat Rushuang menghilang, dalam hati masih berharap mukjizat akan terjadi.
Tapi tanah kosong itu kembali menyiramku dengan kenyataan pahit, Rushuang benar-benar telah lenyap kali ini, benar-benar meninggalkanku, benar-benar takkan kembali selamanya.
Meski tak ingin menerima kenyataan ini, aku terpaksa harus menerimanya. Kembali teringat kata-kata terakhir Rushuang sebelum menghilang:
“Shi... Shisan, sepertiku akan segera menghilang. Shisan... Jika aku benar-benar pergi kali ini, jangan pernah menyalahkan diri atau menyesal. Meski tak bisa menemanimu, hatiku akan selalu bersamamu. Percayalah padaku, selamanya...”
Aku benar-benar menyesal sampai ke tulang sumsum.
Dunia terasa gelap gulita, meski senter kuat di tangan pria gemuk itu menyilaukan, cahayanya tak mampu menembus hati yang sudah mati ini.
……
“Debuk~!” Tiba-tiba suara halus seperti detak jantung terdengar dari sudut tertentu.
Mendengar suara itu, jantungku berdebar kencang. Segera kuperhatikan sekeliling.
Kemudian suara “debuk~! debuk~! debuk~!...” semakin jelas, perlahan menyatu. Seolah... seolah benar-benar ada detak jantung manusia!
“Shisan, dengarkan, cepat dengar, apakah kau mendengar suara detak jantung?!” Saat itu, Qiu Shasha juga menatap sekeliling sambil berkata padaku.
Suara detak jantung yang bergema di sekitar seolah menyuntikkan adrenalin ke jantungku yang hampir mati, membuatnya tiba-tiba dipenuhi harapan dan vitalitas!
Aku mulai berfantasi, berharap, bahkan berdoa – berdoa agar suara detak jantung yang tak terlihat itu berasal dari Rushuang yang telah terlahir kembali.
“Sulit dipercaya... Zuo Shisan, kau benar-benar bisa melawan hukum alam. Benar pepatah: ombak belakang Sungai Yangtze mendorong ombak depan, generasi baru lebih hebat dari sebelumnya. Pemuda zaman sekarang luar biasa!!” Suara Taotie dari giok kuno kembali terdengar.
Ucapannya tadi semakin membuktikan bahwa derap detak jantung berirama di sekitar ini memang milik Rushuang yang telah bereinkarnasi!
Seiring detak berirama yang terus berdenyut, perlahan kurasakan seberkas energi Yang orang hidup yang samar-samar muncul di hadapanku.
Kutatap arah sumber energi Yang itu. Saat pandanganku jelas, seolah hembusan angin manis menyapu cepat di relung hatiku!
Karena sumber energi Yang itu ternyata berada tepat di diagram Yin-Yang Taiji tempat Rushuang menghilang sebelumnya.
“Shisan, apa... apakah Kakak Rushuang akan terlahir kembali sebagai manusia??” Qiu Shasha bertanya padaku dengan wajah penuh keheranan.
“Aku juga tak tahu, mungkin... pasti!” Aku terpana menyaksikan energi Yang yang perlahan berkumpul, hati dipenuhi kejutan dan sukacita.
Hanya beberapa detik berlalu, di posisi itu tiba-tiba muncul secercah cahaya putih yang menyilaukan. Di atas cahaya putih, muncul lapisan asap putih pekat yang perlahan mengeras, akhirnya membentuk siluet seperti manusia.
Saat ini, cahaya putih di bawah asap semakin menyilaukan. Meski sudah mundur beberapa langkah, aku tetap tidak berani menatap langsung. Hanya bisa menutupi mata dengan tangan, mengintip melalui celah jari.
Seiring berjalannya waktu, asap putih tebal yang terus bergulung-gulung itu berangsur berhenti. Siluet tubuh manusia di bawah asap semakin jelas terlihat.
Apakah Rushuang akan terlahir kembali?! Jantungku saat ini hampir tidak bisa menahan ketegangan. Dalam waktu sesingkat ini, aku merasakan jatuh ke jurang dan terbang kembali ke awan-awan.
Jantungku hampir tidak sanggup menahan ini.
