Cahaya putih yang menyilaukan perlahan melemah seiring waktu, akhirnya menghilang seluruhnya.
Tepat saat cahaya itu lenyap, kurasakan dengan jelas adanya energi Yang yang semakin kuat di bawah asap - energi Yang yang sama persis dengan manusia biasa!!
Bersamaan dengan itu, asap putih juga mulai berhamburan perlahan ke segala arah.
Aku perlahan melihat sepasang kaki mungil yang seputih salju muncul di hadapanku, diikuti betis ramping yang putih pucat... Hanya dari kaki giok dan betis ini saja sudah tahu ini pasti seorang wanita. Tapi apakah wanita ini Rushuang? Tapi, tapi sepertinya dia tidak mengenakan pakaian!
Memikirkan ini, aku segera berteriak ke pria gemuk di samping yang sedang membelalakkan matanya yang lebar seperti mata sapi: "Pria gemuk, tutup matamu, balikkan badanmu!!"
Pria gemuk langsung bereaksi saat kuteriakkan, segera menutup mata dan memutar tubuhnya, tidak lagi melihat.
Tepat saat aku hendak melihat lagi wanita di bawah Asap Putih itu, Qiu Shasha tiba-tiba mengulurkan tangannya menghalangi mataku:
"Shisan, Kakak Rushuang yang terlahir kembali sepertinya tidak berpakaian, kau juga harus tutup mata dan balikkan badan."
"Rushuang kan istriku sendiri, masak aku tidak boleh melihat??" Aku protes. Sebenarnya saat ini, bukan ingin mengambil keuntungan dari Rushuang, tapi ingin segera memastikan apakah wanita yang tiba-tiba muncul di bawah Asap Putih ini benar-benar istriku An Rushuang.
"Tetap tidak boleh. Kau dan Kakak Rushuang meski sudah berstatus suami-istri, tapi belum melakukan hubungan pernikahan yang sesungguhnya. Tetap tidak boleh melihat." Jawaban Qiu Shasha tegas.
"Aku lihat sebentar saja, cuma mau memastikan apakah dia Rushuang, cuma melihat wajahnya." Kataku sambil berusaha melepas tangan Qiu Shasha yang menutupi mataku.
Qiu Shasha justru menghadang, menatapku dan berkata: "Shisan, apapun wanita itu sebenarnya adalah Kak Rushuang atau bukan, kamu harus belajar menghormati kami para wanita. Lagipula di tas ranselku ada pakaian ganti, aku akan membantunya berpakaian dulu, baru kamu boleh berbalik. Sepanjang perjalanan kita sudah melewati berbagai badai, masak beberapa menit terakhir ini saja kamu tidak bisa menunggu?!"
Mendengar perkataan Qiu Shasha, aku menarik napas dalam-dalam lalu mengangguk dan berbalik, menerima apa yang baru saja dia katakan. Tadi memang aku terlalu terburu-buru.
Melihatku dan pria gemuk itu sudah berbalik badan, Qiu Shasha segera berlari tergesa-gesa ke posisi tempat wanita itu berada.
"Shisan, jangan menengok! Aku beri kabar baik dulu: Dia adalah Kak Rushuang! Dan sekarang di tubuhnya ada... ada suhu tubuh seperti kita, ada detak jantung, juga pernapasan. Dia, dia hidup kembali!!" Suara Qiu Shasha terdengar dari belakangku.
Suara Qiu Shasha kini sudah terdengar sendu. Aku yakin di hatinya saat ini pasti sedang bahagia.
Pada detik mendengar penjelasannya, emosiku tak terbendung lagi. Air mata mengalir tak terkontrol, tangis bahagia yang tak tertahankan!
Kukekang kuat keinginan untuk berbalik melihat Rushuang. Setelah berdiri diam beberapa saat, suara Qiu Shasha kembali terdengar:
"Shisan, si Gemuk, sudah! Kalian sekarang boleh berbalik."
Begitu kata-kata Qiu Shasha habis, aku segera berbalik memandang ke arah dia dan Rushuang yang sedang berdiri.
Saat itu, di pelukan Qiu Shasha terbaring tenang seorang wanita yang tertidur. Saat kulihat wajahnya, segera kukenali bahwa dia adalah Rushuang yang telah dilahirkan kembali sebagai manusia!
Setelah reinkarnasi, kulit Rushuang lebih putih dari salju, memancarkan aura elegan dan transenden yang membuat orang terpana, merasa tak pantas, dan tak berani menodainya. Namun di balik sikap dingin dan angkuhnya, ada daya pikat jiwa yang membuat orang tak bisa melupakannya.
Di bawah sorotan senter kuat, kecantikannya berkilau seperti giok. Pipinya kemerahan bagai bulan sabut baru, keindahannya bak tumpukan salju di pepohonan berbunga. Setiap gerakannya penuh pesona, kelembutannya tak tertandingi, sungguh cantik sempurna.
Melihat penampilan Rushuang yang begitu sempurna ini, tiba-tiba teringat sebuah puisi Cao Zhi dalam hatiku:
"Wujudnya, laksana burung terkejut yang anggun, bak naga berenang yang lemah gemulai. Kemilau melebihi krisan musim gugur, keindahan menyamai pinus musim semi. Seolah-olah awan tipis menutupi rembulan, melayang bak angin membawa kembali salju. Dari kejauhan, berkilau bagai matahari terbit di antara awan pagi; dari dekat, menyala-nyala seperti teratai muncul dari riak air. Proporsi tubuhnya sempurna, tinggi-pendek sesuai ukuran. Bahu bagai dipahat, pinggang sehelai sutra. Leher jenjang memamerkan kulit pualam. Wangi alami tanpa wewangian, kecantikan alami tanpa riasan. Konde tinggi menjulang, alis panjang melengkung indah. Bibir merah merekah, gigi mutiara berkilau, mata jernih penuh pesona, lesung pipit menopang keanggunan. Keindahan mempesona, sikap tenang penuh wibawa. Kelembutan memancar, pesona terpancar dalam tutur kata. Busana langka sepanjang masa, postur tubuh bagai lukisan indah. Jubah sutra berkilauan, anting giok menghiasi telinga." Puisi ini sama sekali tidak berlebihan untuk menggambarkan Rushuang yang baru saja terlahir kembali sebagai manusia.
Saat ini, aku benar-benar tak mampu mengungkapkan dengan kata-kata gejolak emosi sejati dalam hatiku. Di dalam hati bergemuruh campuran perasaan: degup jantung berdesir, sukacita, kedamaian, kegembiraan, kebahagiaan... Keberhasilan Rushuang terlahir kembali sebagai manusia secara tiba-tiba membuatku merasa sebagai pria paling berbahagia di dunia.
Tanpa kusadari, langkah kakiku mulai melangkah pelan-pelan mendekati Rushuang.
Sampai di samping Rushuang yang tertidur, dengan perlahan kuulurkan tangan untuk menyentuh lembut paras cantiknya.
“Di tanganku segera terasa sentuhan lembut yang hangat, sensasi ini bukan lagi perasaan dingin tanpa suhu manusia yang biasa kukenal. Rushuang benar-benar hidup kembali!”
Melihat Rushuang yang terbaring di tubuh Qiu Shasha dengan napas teratur. Perasaan bahagia ini datang terlalu tiba-tiba, saat ini bahkan aku tidak percaya semua yang terjadi di depan mata ini nyata.
“Shixiong, apa benar Shao Rushuang hidup kembali?” pria gemuk itu mendekat dengan wajah penuh keterkejutan sambil bertanya padaku.
Aku mengangguk:
“Benar, dia hidup kembali, benar-benar hidup kembali.”
“Sialan! Akhirnya kita berhasil, pertaruhan nyawa selama ini tidak sia-sia. Rupanya Langit masih berbaik hati pada kita.” kata pria gemuk itu.
Mendengar perkataannya, aku hanya tersenyum lalu menoleh kembali ke arah Rushuang, perlahan menepuk bahunya:
“Rushuang... Rushuang, kau dengar suaraku?”
Rushuang yang terbaring dalam pelukan Qiu Shasha menggetarkan bulu matanya yang terpejam, napasnya tiba-tiba menjadi berat seiring panggilanku.
Melihat reaksinya, segera kuteruskan: “Rushuang, Rushuang, bangunlah, lihatlah aku...”
Akhirnya, seiring panggilanku yang terus-menerus, Rushuang perlahan membuka kedua matanya yang seperti phoenix itu, menatapku dengan sorotan yang sanggup menyedot jiwa.
“Shi……Shisan itu kamu?! Aku……Aku sekarang di mana? Apakah rohku tidak tercerai-berai?” Kedua matanya dipenuhi ekspresi terkejut, dan aku jelas melihat secercah sukacita yang muncul di matanya saat melihatku.
“Rushuang, rohmu tidak tercerai-berai. Sekarang kamu sudah hidup kembali, kamu telah dilahirkan kembali sebagai manusia!!” Aku tersenyum pada Rushuang sambil berkata.
Rushuang terdiam sejenak setelah mendengar perkataanku, lalu wajahnya berseri-seri. Ia menatapku dengan tak percaya: “Apakah aku tidak sedang bermimpi? Ini……ini semuanya nyata?! Shisan, kamu tidak bohong padaku kan? Tidak……kamu pasti tidak berbohong, aku bisa bernafas……Tubuhku hangat, jantungku berdetak!!” Rushuang mulai menyadari keadaannya, tangannya terus memeriksa tubuhnya dengan ekspresi takjub.
“Kak Rushuang, selamat atas kelahiran kembalimu.” Qiu Shasha tersenyum sambil memandang Rushuang.
“Shasha, terima kasih, tapi aku……aku masih sulit percaya ini nyata. Benarkah ini bukan mimpi?” Rushuang menatapku, Qiu Shasha, dan si pria gemuk secara bergantian. Hingga detik ini, ia masih meragukan kebangkitan dirinya.
“Kalau ragu mimpi atau bukan, cubit saja pipimu sendiri!” Si pria gemuk kembali mengeluarkan trik kotor.
Rushuang tersenyum pada si pria gemuk, lalu menatapku: “Shisan, entah ini mimpi atau bukan, aku ingin mengucapkan terima kasih.”
Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum padanya: “Rushuang, sebenarnya ada satu hal yang sudah lama ingin kulakukan bersamamu……”
Rushuang mengernyitkan dahi setelah mendengar, menatapku serius dan bertanya: "Apa yang ingin kamu lakukan denganku?"
"Tak ingin bicara, hanya ingin bertindak." Setelah berkata, emosi yang terpendam di hatiku tak terbendung lagi. Aku menerjang wanita tercinta yang berdiri di hadapanku, memeluknya erat-erat, lalu mencium bibir merahnya yang menggoda dengan penuh gairah...
