Tanpa ragu sedikitpun, kutekan titik di kaki untuk melesat dengan bantuan momentum, langsung menerjang makhluk berkepala manusia berekor kalajengking itu.
Tapi sebelum aku sempat menerjang ke dekat makhluk berkepala manusia berekor kalajengking itu, dari mulutnya yang menganga mengarah padaku menyemburkan cairan racun kehitam-hijauan dalam jumlah besar, menerpa wajahku.
Melihat ganasnya serangan racun itu, aku terpaksa menghentikan gerakan seranganku, menggesekkan kaki ke tanah dan melompat geser ke samping untuk menghindar.
Awan racun kehijau-hitaman yang dimuntahkan dari mulut makhluk itu langsung menyebar ke segala penjuru begitu bersentuhan dengan udara.
Di mana racun itu menyentuh, rerumputan langsung meleleh jadi air, tanah berubah menghitam, pepohonan merana lalu mati. Jelas betapa mematikannya racun ini. Andai aku sampai terkena, meski punya《Xuan Huang Di Jing》yang bisa membantu, pasti takkan selamat.
Master Jingwu yang selama ini berada di belakangku segera berlari mendekat. Ia menatap awan racun kehijau-hitaman yang masih terus menyebar itu sambil menghela napas panjang. "Tadi benar-benar membuat hamba kaget. Untung ini cuma racun, bukan..." katanya.
Sebelum Master Jingwu selesai bicara, tiba-tiba dari dalam awan racun kehijauan itu terdengar suara melengking: "Cicit-cicit~..." Suara itu kadang seperti kicau burung, kadang seperti jeritan monyet ketakutan.
Suasana seketika berubah sangat mistis.
"Bahaya! Shisan, cepat mundur!!" Wajah Master Jingwu langsung pucat mendengar suara "cicit-cicit..." itu. Ia menarikku untuk segera mundur ke belakang.
Saat aku dan Master Jingwu mundur bersama, aku melihat beberapa sosok hitam merayap keluar dari kabut hijau-hitam.
Melihat pemandangan ini, aku langsung menyadari bahwa pastilah itu monster kecil yang "dilahirkan" oleh kepala manusia berekor kalajengking itu.
Benar saja, saat kabut racun hijau-hitam di sekitar mulai menyebar, kulihat jelas lima enam ekor kepala manusia berekor kalajengking kecil yang mirip dengannya di sekeliling monster itu.
Menengadah, kulihat kepala manusia berekor kalajengking itu masih membuka mulut lebar-lebar, mengeluarkan seekor lagi anaknya yang berlumuran cairan hijau dari mulutnya.
Anak monster itu terjatuh ke tanah, lalu merangkak keluar dari genangan cairan hijau. Mereka mulai mencicit-cicit sambil melihat sekitar, membuat bulu kudukku merinding dan perutku mual.
"Master Jingwu, ini... apa yang terjadi? Monster ini bisa berkembang biak?!" tanyaku sambil menoleh ke Master Jingwu di sampingku.
Master Jingwu menatap anak-anak monster itu dan berkata, "Shisan, kau harus sangat berhati-hati. Makhluk-makhluk kecil ini sangat berbahaya!"
Aku mengangguk, "Sejak awal bertemu monster ini, aku tidak pernah lengah." Sambil berkata demikian, kukendalikan Pedang Pemotong Kegelapan dengan kesadaran untuk melayang mendekati anak-anak monster itu.
Seiring Pedang Pemotong Kegelapan di udara perlahan mendekati makhluk berkepala manusia berekor kalajengking itu, mereka seolah bisa merasakan bahaya, merangkak di tanah dan mulai gelisah.
"Ka...kau...kau ini Zuo...Shi...san?" Saat itu, suara serak dan kaku yang sangat aneh keluar dari mulut makhluk berkepala manusia berekor kalajengking itu. Suara ganjil ini membuat seluruh tubuhku merasa tidak nyaman.
Tapi memang sangat mengejutkan, makhluk kepala manusia berekor kalajengking ini ternyata bisa bicara bahasa manusia.
"Tak ganti nama, tak ubah marga, Xiao Ye ini memang Zuo Shisan!" Aku berteriak sambil melangkah dua langkah ke depan, berusaha menarik perhatian makhluk ini agar Pedang Pemotong Kegelapan bisa menyergap dengan sukses.
"Kau...tubuh suci Tao bawaan lahir...aku bisa merasakannya...Aku butuh tubuhmu...Aku perlu...sangat perlu..." Makhluk itu terus mengulang kata-kata membutuhkan tubuhku, sementara sepasang mata merah darahnya dipenuhi keserakahan dan kegembiraan.
Mungkin di matanya, aku hanyalah mangsa, bahkan mangsa yang bisa diinjak-injak semaunya.
Mungkin dia dan Hong Yan membuat kesalahan yang sama, sebuah kesalahan fatal. Memikirkan ini, aku sengaja berpura-pura ketakutan dan mau menyerah: "Ka...kau ini makhluk apa sebenarnya? Untuk apa kau mau tubuhku? Bisakah kita menyelesaikan ini dengan damai? Jika terus begini, tampaknya tidak baik untuk kedua belah pihak."
“Hehehe, tidak perlu. Sekarang kamu sama sekali tidak punya hak untuk menawar denganku. Cukup dengan menghancurkan tiga hun tujuh po dalam tubuhmu dan merampas raga fisikmu, kenapa harus repot-repot?” Makhluk berkepala manusia berekor kalajengking itu berkata dingin padaku.
“Kamu terlalu menganggap tinggi dirimu sendiri.” Master Jingwu yang selama ini diam tiba-tiba tertawa terbahak-bahak sambil menatap makhluk itu.
“Apakah aku menganggap tinggi diri, sebentar lagi kalian akan tahu.” Begitu kata makhluk itu selesai, tubuh besarnya mulai menggeliat hebat. Makhluk-makhluk kecil berkepala manusia berekor kalajengking yang selama ini merayap di sekitarnya tiba-tiba menatap ke arahku dan Master Jingwu, mata merah mereka penuh aura pembunuhan.
“Czzt~!!” Teriakan aneh melengking keluar dari mulut makhluk itu. Seketika, makhluk-makhluk kecil di tanah itu seperti mendapat perintah menyerang. Dengan jeritan memekakkan telinga, mereka berlarian kencang menuju kami!
Melihat ini, segera kukendalikan dengan kesadaran Pedang Pemotong Kegelapan yang baru saja melayang di belakang makhluk itu. Kutujamkan dengan cepat ke punggungnya!
"Musuh kuat, pedang menguat" - itu kalimat yang diucapkan Raja Yama saat memberikan pedang ini padaku dulu.
Maka saat ini bilah Pedang Pemotong Kegelapan telah memanjang hampir dua meter. Sinarnya semakin terang benderang, dentang logamnya bergema bagai anak panah tajam yang langsung menghunjam punggung makhluk berekor kalajengking itu!
Monster kepala manusia berekor kalajengking yang tertusuk Pedang Pemotong Kegelapan di punggungnya menggigil hebat, sambil mengaum keras dan menoleh ke belakang. Tampaknya ia mengira ada yang menyergapnya dari belakang.
Tapi ini justru lebih baik. Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk menghindari gerombolan monster kecil kepala manusia berekor kalajengking yang mengejar, lalu kembali mengontrol Pedang Pemotong Kegelapan dengan kesadaran untuk mencabutnya dari tubuh monster besar itu. Pedang itu langsung berputar dan menusuk dengan cepat ke titik vital di dadanya.
Jika kali ini berhasil menembus, monster kepala manusia berekor kalajengking ini paling tidak akan mengalami luka parah meski tidak mati.
Jelas terlihat, setelah sekali tertipu, monster itu sangat takut pada Pedang Pemotong Kegelapan yang melayang di udara. Melihat pedang itu kembali menusuk ke dadanya, ia mengaum keras dan mengayunkan cakar hitam berbulu lebatnya untuk menangkap pedang tersebut.
"Braak~!!" Dentuman keras bergema. Pedang Pemotong Kegelapan yang melayang di udara itu berhasil dicengkeram erat oleh kedua cakar raksasanya. Sekuat apapun aku mencoba mengontrolnya dengan kesadaran, pedang itu sama sekali tidak bisa bergerak.
Melihat Pedang Pemotong Kegelapan terjebak, mataku memerah. Aku langsung melesat menghindari serangan terus-menerus dari monster kecil kepala manusia berekor kalajengking di sekitarku, dan bergerak mendekati sang monster raksasa.
Baik pisau Naga Lilin dan Burung Feniks yang diberikan Master Lu padaku, maupun Pedang Pemotong Kegelapan yang dihadiahkan Raja Yama, bagi ku mereka bukan sekadar senjata pelindung diri, melainkan sahabat sejati!
Untuk sahabat, aku takkan membiarkan mereka terluka sedikit pun, meski harus membayar pengorbanan apapun.
Setelah beberapa kali melompat dengan lincah, aku berhasil mendekati monster berkepala manusia berekor kalajengking. Aku melompat menghindari cakar besarnya yang mencengkram Pedang Pemotong Kegelapan.
Tangan kiri langsung memusatkan energi Zhen dari dalam tubuh, menggunakan tahap kedua "Energi Zhen Wuji". Energi ungu seketika keluar dari tubuh, menghantam mata kanannya. Di saat bersamaan, tangan kananku mengayun lagi menggunakan tahap keenam jurus Lóng Hŭ Qī Shè Yìn, menyerang titik vital di dadanya.
Meski tubuh monster berkepala manusia berekor kalajengking ini besar, kekuatan dan tingkat kultivasinya luar biasa, tapi tetap memiliki kelemahan. Kelemahannya adalah kecepatannya yang tidak cukup. Walau bisa menghindari energi ungu yang menyerang mata kanannya, tapi tidak sempat menghindari telapak tanganku ini.
Tangan kananku yang menggunakan Lóng Hŭ Qī Shè Yìn gaya keenam langsung menghantam titik vital dada monster berkepala manusia berekor kalajengking. Tubuh raksasanya mundur beberapa langkah sambil mengaum keras, cakar-cakarnya yang mencengkeram erat Pedang Pemotong Kegelapan pun terjatuh ke tanah...
