Tepat di detik berikutnya, tubuh besar makhluk berkepala manusia berekor kalajengking yang berdiri di hadapanku perlahan roboh ke tanah. Setelah suara dentuman keras terdengar, tanah pun bergetar halus, debu beterbangan di sekeliling akibat hantaman.
Khawatir ini jebakan, aku segera melompat ke belakang dan berdiri di samping sambil mengawasi area tersebut dengan waspada.
Setelah roboh, tubuh besar makhluk itu mulai menggigil tak terkendali. Gemetaran ini tak berlangsung lama sebelum akhirnya berhenti total, jasadnya terbaring tak bergerak sama sekali.
Sampai saat ini pun kewaspadaanku belum kendur. Kuperhatikan detail tubuh makhluk berkepala manusia berekor kalajengking yang tergeletak itu.
Energi Yin-Yang di tubuhnya mulai sedikit demi sedikit menghilang. Melihat ini, akhirnya napas lega keluar dari dadaku. Akhirnya monster itu benar-benar mati.
"Shisan, cepat dekati mayatnya! Ambil inti energi dari tubuhnya dan simpan untukku!" Seruan mendesak Taotie dari giok kuno tiba-tiba terdengar persis saat makhluk itu menghembuskan napas terakhir.
Mendengar perintahnya, aku mengernyitkan dahi dan bertanya, "Taotie, jelaskan lebih detail. Inti energi apa? Di bagian mana di tubuh makhluk ini letaknya?"
“Di bagian tengah tepat di belakang lehernya, terdapat sebuah inti energi berwarna hitam. Kira-kira sebesar kepalan tangan orang, tolong ambilkan untukku. Aku yakin ini akan berguna di kemudian hari.” Taotie terlihat sangat panik saat ini, seolah-olah inti energi dalam tubuh makhluk berkepala manusia berekor kalajengking ini sangat penting baginya.
Mengingat Taotie telah banyak membantuku dan menyelamatkanku beberapa kali, tanpa pikir panjang aku mengangguk setuju untuk mengabulkan permintaannya yang sederhana ini. Dengan tubuh yang lelah, aku berjalan mendekati bangkai makhluk aneh itu.
Setibanya di samping makhluk itu, aku menggigit gigi dan memanjat ke atas tubuhnya. Dari tas ransel, kuambil Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks, lalu menusukkannya dengan kuat tepat di tengah lehernya.
Setelah menggali sedalam 40-50 cm ke dalam daging yang berbau anyir, akhirnya kudapati sebuah inti energi hitam sebesar bola tenis.
Kuambil inti energi hitam itu dari tubuh makhluk tersebut dan menggenggamnya. Kemudian kutanyakan pada Taotie di dalam giok: "Kukira Taotie, inti energi yang kamu sebutkan tadi adalah ini, kan?"
Taotie segera menjawab: "Ya, itu dia! Shisan, simpanlah baik-baik. Jangan sampai hilang. Terima kasih..." Ini pertama kalinya Taotie mengucapkan terima kasih sejak kami berkenalan. Tampaknya inti energi hitam dalam makhluk ini benar-benar sangat berharga baginya.
"Di dalam inti energi ini," aku dengan hati-hati meletakkannya di tas ranselku, lalu turun dari tubuh makhluk berkepala manusia berekor kalajengking. Saat ini, seluruh tubuhku begitu lemas hingga hampir terjatuh duduk di tanah, tanpa sisa tenaga sama sekali. Tapi aku harus mengatupkan gigi mengingatkan diri sendiri: Pertempuran malam ini belum berakhir! Meski makhluk itu sudah mati, Hong Yan masih hidup.
Menoleh ke arah pertarungan Hong Yan dengan perempuan itu, kulihat mereka masih bertarung sengit. Perempuan berbaju latihan Taiji itu juga memperhatikan situasi di sini. Alih-alih menghadapi Hong Yan secara frontal, dia sengaja menghindari serangan untuk mengulur waktu, menunggu kami datang membantu.
"Hei anak marga Zuo, jangan cuma nonton keributan! Cepat ke sini bantu!!" Perempuan itu akhirnya tidak bisa menahan diri. Usai menghindar dari serangan Hong Yan, dia berteriak ke arahku.
Mendengar teriakannya, aku tidak segera bergerak. Energi Yang di tubuhku sudah hampir habis. Sekalipun maju, aku tidak bisa membantu. Aku memilih duduk dan mulai berlatih meditasi untuk memulihkan energi dengan cepat.
Bersamaan dengan itu, Master Lu dari samping langsung menerjang ke depan, bergabung melawan Hong Yan bersama perempuan tersebut.
Dan Pria Bertopi juga melesat ke arahku, saat ia mendekatiku, dia mengeluarkan sebutir pil hitam dari tangannya dan menyodorkannya padaku:
“Shisan, makanlah ini dulu, akan membantumu memulihkan energi Yang.”
Mendengar perkataan Pria Bertopi, aku segera mengangguk dan mengambil pil hitam itu dari tangannya, langsung menelannya, lalu mulai memejamkan setengah mata untuk memulihkan energi Yang dalam tubuhku.
Berkat bantuan pil hitam yang diberikan Pria Bertopi padaku, pemulihan energi Yang memang berlangsung cepat. Duduk bersila di tempat, dalam waktu singkat sudah kupulihkan hampir separuhnya.
Kira-kira sudah cukup. Dengan energi Yang ini plus cambuk kayu darah di tanganku, seharusnya tidak ada masalah menghadapi Hong Yan.
Setelah berpikir sampai di sini, aku segera menghentikan latihan meditasiku, bangkit dari tanah sambil memegang erat cambuk, mengumpulkan energi Yang di telapak kaki, lalu dengan gesit menerjang ke arah Hong Yan.
Saat ini Hong Yan yang melihat situasi sudah di ujung tanduk terus berusaha mencari celah kabur, namun terkunci oleh serangan gabungan Master Lu dan perempuan itu. Melihatku ikut menyerang, dia mendengus marah, kedua tangannya menyambar ke arah Master Lu dan perempuan itu, sementara tubuhnya sendiri terus mundur menjauh.
Kecepatan mundurnya luar biasa, Master Lu dan perempuan itu sama sekali tak bisa mengejar.
“Teknik Pengorbanan Nyawa?!” teriak Master Lu melihat bayangan Hong Yan yang semakin menjauh.
"Shibo Lu, kalian jangan mengejar lagi, biar aku sendiri yang pergi!" Aku langsung memacu kecepatan melesat hingga maksimal, mengejar ke arah kaburnya Hong Yan.
Meski Hong Yan kabur dengan cepat, kini dengan bantuan 《Xuan Huang Di Jing》 kecepatanku meningkat drastis. Di bawah pengejaran totalku, jarak antara kami berangsur menyempit.
Hong Yan terus melesat sambil tak henti menoleh ke belakang. Tatkala melihat jarak kami kian dekat, wajahnya memancarkan keheranan.
Saat kuhampiri Hong Yan hingga masuk jangkauan serang cambuk kayu darah, kumanfaatkan momentum untuk menghantam cambuk ke titik vital di punggungnya.
Namun di luar dugaan, cambuk kayu darah itu tak memancarkan semburan merah seperti biasa. Dengan bingung, kulekatkan pandangan pada cambuk di tanganku.
Cambuk itu seolah habis masa berlakunya - cahaya merah dan talisman gelap yang sebelumnya menyelimutinya telah lenyap...
Tak kusangka cambuk ini ada batas waktunya. Kumasukkan ke tas ransel, lalu dengan Pedang Pemotong Kegelapan yang masih melayang di udara, kupacu kecepatan mengejar Hong Yan.
"Hong Yan yang melesat di depan menyadari sudah tidak bisa melarikan diri, terpaksa menghentikan postur tubuhnya. Berdiri di tempat, ia berbalik, kedua matanya menatapku dengan dingin."
Aku juga berdiri mantap tidak jauh darinya, saling bertatapan. Pada saat ini, baik aku maupun dia sama-sama tidak berbicara.
Aku tidak terburu-buru menyerang. Selama ini terus mencari celah pertahanan Hong Yan. Tanpa bantuan cambuk darah, meski dibantu 《Xuan Huang Di Jing》, dengan energi Yang kurang dari separuh, aku tidak yakin bisa mengalahkannya sepenuhnya.
"Zuo Shisan, seharusnya kau memberi jalan keluar saat masih memungkinkan. Mengapa terus-menerus mendesak seperti ini?!" Akhirnya Hong Yan tidak bisa menahan diri, berbicara sambil menatapku.
"Hong Yan, saat kau mengepung Sekte Longhu, pernahkah kau memberi belas kasihan pada murid-murid mereka?!" Aku menyeringai dingin sambil menatapnya.
"Beberapa orang terlahir untuk mengorbankan nyawa demi hal tertentu. Ini hukum alam yang tak berubah sejak zaman kuno. Di mana ada manusia, pertikaian takkan pernah berhenti." Hong Yan menjawab tatapanku.
"Alasan bisa dicari oleh siapa saja! Jika bukan karena ambisi khayalanmu, mereka sama sekali tidak akan mati!!" Setelah berkata demikian, aku malas berdebat lagi. Langsung membentuk Lóng Hŭ Qī Shè Yìn gaya keenam dengan satu tangan, berseru keras: "Ping jiu shi shen ning, ji zhao mian mian nei mo hun. Lóng Hŭ Qī Shè Yìn! She!!"
Setelah mantra selesai diucapkan, tubuhku sekaligus bergerak, menerjang ke arah Hong Yan.
Melihat ini, ekspresi panik sekilas terlihat di wajah Hong Yan, namun segera menghilang. Alih-alih menghindar, dia justru menyambutku dengan mengayunkan tinju ke arahku.
