"Zuo Shisan, bertahun-tahun lamanya, tak pernah kubayangkan akan mengalami hari semburuk ini. Bahkan saat menghadapi Sepuluh Yin Shuai dan Empat Hakim Cui di alam baka, tak pernah terpikir ada yang memaksaku sampai harus mengorbankan Umur Yang demi mengalahkanmu. Maka kau patut merasa puas meski mati hari ini." Hong Yan berbicara dingin.
Aku tak menghiraukan ucapannya, karena di benakku terus bermunculan mudra tahap pertama hingga keenam Lóng Hŭ Qī Shè Yìn, tapi tak ada yang ketujuh.
Tunggu... Mungkin memang tak pernah ada mudra untuk tahap ketujuh Lóng Hŭ Qī Shè Yìn!
Aku sepertinya mengerti apa mudra dari Lóng Hŭ Qī Shè Yìn gaya ketujuh!!
Persis saat aku memikirkan ini, Hong Yan yang berdiri di hadapanku mulai melangkah mendekat...
Saat Hong Yan berjalan terlihat lambat seperti sedang berjalan-jalan, tapi tiba-tiba tubuhnya seolah bisa teleportasi langsung muncul di depanku! Sebelum sempat bereaksi, Hong Yan sudah menyerang dengan cepat, satu pukulan tepat di titik vital dadaku. Aku menggunakan tenaga pukulannya untuk melompat mundur sambil menjejakkan kedua kaki.
Saat tubuhku terpental ke belakang, kedua tanganku dengan gesit membentuk mudra Lóng Hŭ Qī Shè Yìn tahap pertama, lalu tahap kedua, ketiga... sampai seluruh enam tahap awal selesai. Kukumandangkan mantra: "Yang Shen masih menjelma di dunia, menyatu dengan Lóng Hŭ Qī Shè Yìn. Lóng Hŭ Qī Shè Yìn! She!!" Saat mantra terucap, api biru misterius menyala di tangan kiriku. Di lengan kiri, samar terlihat siluet naga hijau (Qinglong)!
Seperti tato hijau yang melilit lenganku, tapi "naga" ini seolah hidup dan terus berputar mengelilingi lengan.
Di tangan kananku menyala api putih. Di lengan kanan muncul tato harimau putih (Baihu) yang garang.
Seketika itu, aku merasakan kekuatan yang sangat aneh di kedua lenganku. Kekuatan ini bukan berasal dari energi Yang, apalagi energi Yin, namun keberadaannya benar-benar nyata.
Inikah jurus terakhir dari Lóng Hŭ Qī Shè Yìn - gaya ketujuh? Aku menatap perubahan di lenganku, hatiku masih diliputi keraguan.
"Lóng Hŭ Qī Shè Yìn gaya ketujuh?!" Hong Yan yang berdiri di hadapanku juga melihat perubahan di tubuhku, matanya dipenuhi ketakutan saat bertanya.
"Tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin! Usianya belum 20 tahun, mustahil memahami gaya ketujuh. Ini semua pasti tipuan mata! Aku tidak percaya!!" Hong Yan bergumam pada diri sendiri, lalu kembali mendekat ke arahku.
Melihat Hong Yan menerjang, aku pun menyambutnya dengan berlari. Kedua tangan mengayun serempak, menyerang titik vital di dada dan perut bawahnya.
Hong Yan tidak menghindar. Tanpa ragu, dia menyambut seranganku dengan kedua tangannya.
Saat Lóng Hŭ Qī Shè Yìn gaya ketujuh menghantam kepalan Hong Yan, kekuatan di lenganku mengalir deras. "Krak!" terdengar suara patahan tulang. Wajah Hong Yan berubah pucat, tubuhnya gemetar, lalu ia ambruk berlutut di tanah.
“Melihat Hong Yan berlutut di tanah dengan wajah penuh penderitaan, aku segera menyambar kesempatan ini. Sekali lagi kuhantamkan telapak tangan ke titik vital dadanya, membuatnya terpental jauh.
Setelah terjatuh ke tanah, tubuh Hong Yan terus berguling ke belakang. Baru berhenti setelah menggelinding sekitar sepuluh meter. Terbaring gemetar, ia beberapa kali berusaha bangun tapi selalu terjatuh kembali.
Ini pertama kalinya kugunakan jurus terakhir Lóng Hŭ Qī Shè Yìn, mungkin juga terakhir kalinya. Namun kekuatan dahsyat jurus pamungkas ini jauh melampaui perkiraanku. Pantas saja baik Master Qingfeng maupun Master Lu selalu bilang, jika ku kuasai jurus terakhir ini, segalanya bisa diselamatkan.
Syukurlah aku menyadarinya tidak terlalu terlambat, sehingga berhasil mencegah Hong Yan si dalang di balik semua ini melarikan diri.
Persis di saat itu, tiba-tiba kudengar suara langkah kaki tergesa dari belakang. Suara Master Qingfeng segera menyusul:
“Shisan! Shisan! Kau baik-baik saja?!”
Mendengar teriakan itu, aku segera putar badan memandang ke arah sumber suara.
Pada saat itu, Master Qingfeng dan Master Lu terlihat sedang melesat cepat ke arahku dari kejauhan. Di wajah keduanya terlihat kekhawatiran dan keraguan. Ketika Master Qingfeng melihat aku masih "utuh" berdiri di tempat, dia menghela napas lega.
"Shifu, aku baik-baik saja." Aku segera berbicara sambil melihat Master Qingfeng dan Master Lu yang sudah sampai di sampingku.
"Bagus kalau begitu. Ngomong-ngomong, mana Hong Yan?!" tanya Master Qingfeng padaku.
"Di sana." Jawabku sambil berbalik dan menunjuk ke arah Hong Yan yang terbaring di tanah.
Tepat saat kata-kataku habis, Hong Yan yang setengah mati itu tiba-tiba melayang keluar dari tanah dan menerjang ke arahku.
Aku segera melangkah dua langkah ke depan, bersiap menggunakan Jurus Ketujuh dari Longhu Qishe untuk menghabisi dirinya sebelum sempat mendekat.
Tapi sebelum sempat bertindak, kulihat Hong Yan mengeluarkan bola merah dari tubuhnya dan melemparkannya ke arah kepalaku.
"Braak!!" Bola merah itu meledak di udara, mengeluarkan asap merah pekat yang langsung mengepung seluruh area sekitar.
“Shifu、Shibo, kalian lari ke kiri dulu!!” Aku tahu Hong Yan menggunakan asap merah ini bukan untuk kabur, karena saat ini dia mustahil bisa melarikan diri. Tujuannya adalah memanfaatkan kabut merah untuk menghalangi pandangan kami sekaligus menyiapkan serangan mendadak.
Aku melesat ke kiri keluar dari area kabut merah, diikuti tubuh mungil Master Lu yang juga berhasil keluar.
Kami berdiri tak jauh dari kabut itu sambil menatap tajam, namun Master Qingfeng tak kunjung muncul dari dalam.
Detik demi detik berlalu, hatiku semakin cemas. Jangan-jangan Shifu sudah menjadi korban racun Hong Yan di dalam kabut itu?!
Saat hendak menerobos kembali ke dalam kabut merah untuk mencari Master Qingfeng, Master Lu menghentikanku.
"Shisan, jangan masuk dulu. Aku lebih paham karakter Hong Yan. Meski Qingfeng ada di tangannya, dia takkan membunuhnya." Suara Master Lu tegas.
Mengikuti nasihatnya, kutahan dorongan untuk menyelamatkan Shifu. Kami menunggu kabut menghilang. Sejak tadi energiku sudah mengunci keberadaan Hong Yan, jadi tak perlu khawatir dia kabur.
Kabut merah segera diterbangkan angin. Sosok Hong Yan dan Master Qingfeng pun terlihat jelas di bekas area kabut itu.
“Benar, Master Qingfeng sekarang sudah jatuh ke tangan Hong Yan. Saat ini Hong Yan memegang pisau belati merah yang ditempelkan di lehernya.”
“Hong Yan, lepaskan Shifuku! Kalau kamu berani, hadapi aku satu lawan satu, kita bertarung dengan jantan, hidup mati ditentukan langit!” Melihat Master Qingfeng dalam bahaya, hatiku gelisah tapi tak bisa mencari akal.
Hong Yan menatapku: “Zuo Shisan, kamu bukan orang bodoh. Ada pepatah yang kamu pahami: Hidup itu lebih berharga dari segalanya. Dan ingat, jangan coba-coba menyerangku diam-diam dengan Pedang Pemotong Kegelapan itu lagi. Aku takkan tersandung batu yang sama dua kali.”
“Hong Yan, apa sebenarnya maumu?!” Master Lu di sampingku bertanya padanya.
Hong Yan tersenyum tipis:
“Hehe, maunya apa? Kalau kalian mau dia hidup, ikuti saja perintahku.”
“Apa yang kau mau?” tanyaku pada Hong Yan.
“Sederhana. Zuo Shisan, segera potong kedua tanganmu yang bisa membentuk mudra itu!!” Sorot mata Hong Yan penuh racun dan kebencian. Rupanya dia sudah lama dendam pada tanganku yang bisa mengeluarkan jurus Lóng Hŭ Qī Shè Yìn.
“Shisan, jangan dengarkan dia! Jangan pedulikan nyawaku! Aku toh tak lama lagi. Serang sekarang!!” Teriak Master Qingfeng padaku.
“Zuo Shisan, aku hitung sampai tiga, kalau kau masih tidak menyerang, aku langsung habisi shifumu! Kau boleh bertaruh denganku.” Hong Yan sambil menggoreskan pisau belati di leher Master Qingfeng hingga mengeluarkan darah merah yang menetes dari pisau itu, dia berteriak padaku: “ (yī)!”
“Shisan, dasar bocah jangan pedulikan aku, serang! Kalau kau tebas kedua tanganmu sendiri, semua anggota Aliran Longhu akan mati di tangan wanita ini!!” Master Qingfeng berteriak kencang padaku.
“ (èr)!” Suara Hong Yan membuat seluruh tubuhku gemetar.
Sehari sebagai guru, seumur hidup sebagai ayah. Memandang Master Qingfeng, akhirnya kukendalikan Pedang Pemotong Kegelapan di udara dengan kesadaran untuk terbang cepat ke arahku.
