Bagaimana mungkin... anggota baru ini...
Hati Paman Xu dipenuhi amarah dan kebingungan atas serangan tiba-tiba Bai Shuo, juga kekecewaan yang dalam.
Saat ia terjatuh, sosok bayangan hitam menerobos kabut perak nitrat. Namun langkah kaki halus itu tak bisa menipu telinga Bai Shuo. Begitu mendengar suara, ia langsung menendang Paman Xu di sampingnya lalu menarik pelatuk ke arah sumber suara.
Senjata dalam mode tembak otomatis melukai parit penuh lubang peluru di dinding, namun tak kunjung bisa mengejar langkah sosok bayangan hitam. Vampir haus darah yang buruk rupa itu mendesis kesakitan akibat perak nitrat yang membakar tubuhnya, namun tertawa histeris. Hanya dalam sekejap, dia sudah melesat ke posisi tempat A-Xu baru saja berdiri.
Andai bukan karena tendangan Bai Shuo, telapak tangan yang sudah berubah menjadi arang itu akan dengan mudah mencabut jantung Paman Xu.
Tapi sekarang...
Saat magasin kosong, Bai Shuo langsung melemparkan senapan serbu di tangannya ke sosok bayangan hitam yang tak sempat berbelok.
Popor senjata yang diayunkan penuh itu menghantam keras bahu sosok bayangan hitam, menyemburkan kulit kering yang mengeras dan nanah berbau busuk.
Saat mengenai sasaran, di telapak tangan Bai Shuo yang lain muncul sebilah pisau. Mengingat sensasi umpan balik dari serangan sebelumnya, Bai Shuo menahan napas kotor di tenggorokannya. Pisau itu langsung menusuk area pinggang vampir.
Begitu pisau menembus lapisan tipis sesuatu, tiba-tiba tak bisa maju lagi, seakan tersangkut di dinding.
Bai Shuo merasakan lengannya terjepit di dinding... Tidak, terkunci oleh telapak tangan vampir.
Tangan yang hangus dan melepuh mencengkeram pergelangan tangannya dengan erat, lalu tiba-tiba memuntir. Suara tulang-tulang patah terdengar, Bai Shuo mengeluarkan jeritan tertahan sebelum dilempar ke sudut dinding.
Vampir berbau busuk itu menyeringai ke arah Paman Xu. "Lagipula masih banyak waktu untuk mengurus si buta dan anjing betina itu," pikirnya siap memetik "harga" penghinaan dari anak haram terkutuk ini terlebih dahulu.
Hampir seketika, dia sudah berada di depan Paman Xu. Wajahnya yang melepuh oleh perak nitrat mengeluarkan senyum mengerikan. Dalam sekejap, telapak tangan yang memegang pistol itu dipatahkannya sebelum diinjak dengan keras.
Dalam derikan yang tak tertahankan, Paman Xu menjerit-jerit kesakitan. Tangan kanannya telah berubah menjadi gumpalan "bubur" daging, tulang putih mengerikan menyembul dari daging dan otot yang remuk.
"Masih ada..." ujar vampir bertubuh hangus itu dengan suara serak dan melengking, "Tangan kiri!"
Perlahan membungkuk, tangan hangusnya menggenggam erat tangan kiri kurus Paman Xu. Tiba-tiba cengkeramannya mengeras. Suara gesekan tulang remuk terdengar, pecahan tulang menusuk keluar dari luka. Tangan hangus itu bergerak perlahan ke atas hingga seluruh lengan bawahnya berbentuk aneh.
Dengan lega, vampir haus darah mencekik leher Paman Xu, mengangkatnya perlahan sambil menatap mata penuh kebenciannya: "Matamu... sangat menyebalkan..."
Vampir berbau busuk itu mendekat dengan wajah mengerikan, ibu jari tangan satunya menekan perlahan di mata kirinya: "Haruskah kucungkil..."
Tangan yang mencekik tenggorokan membuat wajah Paman Xu membiru. Dengan susah payah dia bersuara: "Sial... Aaah!!!"
Jari yang tulangnya terlihat karena terkikis perak sulfat tiba-tiba menancap ke rongga matanya. Cairan putih menyembur dari lubang yang pecah, ibu jari itu mengaduk-aduk sampai akhirnya menarik keluar bola mata kering yang berbentuk aneh.
"Hahaha..." Dalam tawa gila, tangan yang mencekik leher Paman Xu mengayunkannya ke dinding. Benturan keras itu seolah ingin menghancurkan otaknya, membuatnya bahkan tak bisa menjerit.
Dengan kejam dan santai, vampir itu mematahkan lengan Paman Xu yang tersisa sambil tertawa histeris.
Bai Shuo meraba-raba di lantai, menjelajah ke arah yang diingatnya. Tapi tangan yang masih utuh itu hanya menemukan puing dan bau darah.
Senjata kedinginan diletakkan perlahan di tangan kirinya oleh telapak tangan yang gemetar, lalu suara yang berubah karena rasa takut dan panik terdengar di telinga Bai Shuo. Suara yang hampir tak terdengar oleh manusia biasa justru jelas baginya, membuatnya tersenyum tipis.
"Aku ingin bertahan hidup... Sekali... Sekali lagi..."
Itulah tangisan gemetar Chen Jingmo, keberanian yang meledak dari rasa takutnya!
Sambil menangis perlahan, dia menaruh pistol di tangan Bai Shuo. Lengan rampingnya menyelip melalui ketiak Bai Shuo, kedua telapak tangan menopang tangan kirinya yang utuh, perlahan meluruskan arah. Bai Shuo bahkan bisa merasakan jantung yang berdebar tak tenang di dada-nya.
Di saat-saat terakhir masih ada kekuatan untuk bertarung, bahkan sekadar perlawanan binatang terpojok pun, tak ada hal yang lebih indah dari ini.
Dia tersenyum mencium aroma samar di hidungnya: "Ya... Bertahan hidup..."
Menggenggam erat pistol di tangannya, dia merasakan dua jantung berbeda berdetak dalam irama yang sama. Gerakan kedekatan batin bekerja sama, seperti kolaborasi mereka beberapa waktu lalu - membidik... menembak!
Saat peluru melesat, Bai Shuo menghela napas perlahan. Apapun hasilnya nanti, dia sudah memiliki kesadaran dan pola pikir untuk menghadapinya. Mengakui kemungkinan kematian, tapi takkan pernah mengakui takdir konyol ini.
“Nyawanya sama sekali tidak mungkin berakhir di sudut paling pinggir ini. Setelah mendapatkan kehidupan baru, bagaimana mungkin direnggut begitu mudah oleh monster semacam ini?”
Gumaman rendah terdengar dari tenggorokannya, suara yang hanya bisa didengarnya sendiri bergema perlahan.
“Ayo, Monster... Takdirku takkan berakhir di sini!”
Dentuman keras menyertai peluru amarah yang melesat dari laras senapan. Berputar menembus ruang yang panjang, suara nyaringnya menghancurkan tulang-tulang sekeras baja, tapi gagal mengenai tengkorak yang menjadi bidikan utama.
Vampir haus darah yang buruk rupa itu langsung merasakan krisis saat dentuman terdengar. Meski terhambat oleh beban di tangannya, ia masih bisa menghindari titik vital mematikan. Peluru menembus bahunya sebelum menubruk dinding dan berubah menjadi proyektil mengkerut.
Serangan nekat kedua orang itu akhirnya menarik perhatian vampir. Luka di bahunya membuat Paman Xu yang hampir pingsan di tangannya terlepas dari tepi jurang cekikan, jatuh ke tanah dengan suara gedebuk.
Memandang bahunya yang mendesis, vampir itu memutar wajah gosongnya perlahan. Dua pupilnya memancarkan cahaya merah darah. Dengan suara parau melengking, ia berbalik sambil berkata: “Tak sabar menikmati siksaan?”
“Awalnya ingin membiarkan kalian menikmati rasa takut menjelang kematian lebih lama……”
Sekadar berbicara saja, luka yang mengeras di wajahnya langsung pecah, mengeluarkan nanah berbau busuk. Namun terlihat otot-otot di bawah luka yang perlahan bergerak memperbaiki diri.
Makhluk yang berdiri di tengah genangan darah ini adalah vampir haus darah yang bisa bertahan hanya dengan darah. Hanya dengan merendamnya dalam air suci, menghancurkan kepalanya dengan peluru perak atau salib, memotongnya menjadi bagian-bagian kecil, lalu membakarnya dengan termit hingga menjadi abu dan menaburkannya di persimpangan jalan, barulah makhluk aneh dan monster ini benar-benar mati.
