Ribuan tebasan bertumpuk seketika mampu mengubah musuh menjadi tumpukan daging tak berbentuk, bahkan vampir non-manusia pun hanya bisa merasakan ketakutan akan kematian yang akan datang.
Rentetan ledakan akhirnya berhenti, dari kejauhan, Tobalukain terhempas ke dinding oleh kekuatan serangan, dada yang tercabik mengeluarkan lumpur darah dan organ tubuh yang hancur berkeping-keping.
Tangan kirinya benar-benar terputus oleh serangan tebasan tangan, kedua kakinya telah lama berserakan di koridor gelap, dada-nya terbuka lebar-lebar, organ dalam yang tercabik-cabik perlahan mengalir keluar dari lubang besar, retakan raksasa muncul di jantung-nya, lumpur darah merah menyembur keluar. Kemampuan regenerasi alaminya memperbaiki jantung-nya perlahan, tapi mungkin takkan pernah sembuh sempurna.
Wajah vampir haus darah terbelah luka dalam oleh serangan tebasan tangan, luka melintang di tulang pipi menyobek bibirnya. Saat ia bernapas sia-sia, gelembung darah menetes dari sana. Inilah monster yang tetap bisa bernapas meski hanya tersisa satu paru-paru penuh luka.
Kini ia tenggelam dalam kehancuran dan keputusasaan, erangan rendah dan suara parau keluar dari tenggorokannya. Pita suara yang rusak membuat suaranya terdengar seperti AC tua yang berisik.
Itu adalah ratapan putus asa dan ketakutan. Dalam langkah Bai Shuo yang perlahan mendekat, ia ingin meluapkan rasa takutnya, tapi justru semakin terjerumus ke jurang kehancuran total... Kematian tak lagi terhalang...
Seperti halusinasi, ia melihat tubuh Bai Shuo yang sedang maju tiba-tiba berhenti sejenak.
Bai Shuo yang hampir benar-benar mendekat tiba-tiba berhenti bergerak, berdiri tak bergeming di kejauhan.
Tiba-tiba, suara ledakan terdengar. Celah-celah mengerikan terbuka di lengan dan tubuhnya, darah menyembur deras. Sarira yang tersembunyi di otaknya secara instingtif menyembuhkan luka-luka di tubuhnya, mencegahnya mati akibat kehabisan darah.
Seperti balon yang pecah, kulitnya terus-menerus retak. Darah merah darah menyembur ke segala arah, muncrat ke sudut ruangan dan mengenai wajah Chen Jingmo.
Gadis yang dilanda ketakutan itu terdiam sejenak. Rasa familiar terasa di mulutnya. Seolah tak percaya, dia mengangkat tangan dan mengusap bibirnya.
Itu adalah aroma yang pernah sangat dikenalnya - darah.
Rasa lezat menyebar di rongga mulutnya. Manisnya yang memabukkan membuatnya terpana. Sesuatu yang tertidur di dalam hatinya mulai bangun, perlahan membuka mata.
※※※
Bai Shuo mendengarkan suara mengerikan dari dalam tubuhnya - suara retakan yang menyebar di tulang-tulang, dan sensasi menyakitkan otot yang hampir robek.
Ini sudah batas maksimal...
Bai Shuo berusaha keras mengangkat tangan untuk menghancurkan jantung yang berada 30 cm di depannya, tapi menyadari bahkan mengangkat telapak tangan pun sudah tak mampu.
Senyum getir mengembang di wajahnya. Kehilangan semua tenaga, tubuhnya ambruk tak berdaya di lantai.
Ruang angkasa kembali sunyi. Tertawa tak percaya terdengar - vampir haus darah itu sedang tertawa.
Meski sudah berubah menjadi seperti ini, tetapi Yiran masih bisa mengeluarkan suara tawa samar, pergumulan dua kali antara hidup dan mati, serta rasa takut yang semakin mendekati kematian membuatnya tertawa tak terbendung: "Ha...ha..."
Meski menghadapi monster seperti ini, tetapi dia tetap bertahan hidup!
Sukacita bertahan hidup membuatnya tak bisa mengendalikan diri, tubuh Bai Shuo yang begitu dekat perlahan mengeluarkan darah - hal yang paling dibutuhkannya saat ini, seperti hadiah dari takdir, hanya perlu menggigit putus arteri lehernya untuk menikmati darah, darah segar yang akan menghidupkannya kembali.
Dia tertawa aneh, merayap di tanah seperti cacing, perlahan mendekati Bai Shuo yang tak bisa bergerak, membuka bibirnya yang terkoyak lebar hingga batas maksimal seperti ular, mengarahkan gigiannya ke arteri leher yang hanya berjarak 30 cm, lalu menggigit dengan keras. Suhu tubuh itu begitu dekat.
Dia merasa menggigit sesuatu yang dingin, dingin dan sekeras baja, perlahan memasuki mulutnya, mengangkat tengkorak kepalanya.
Tiba-tiba menyadari benda apa yang masuk ke dalam mulutnya, harapan terakhir di hatinya dihancurkan dengan kejam, digantikan oleh keputusasaan yang memuncak.
Air mata kehancuran mengalir dari sudut matanya, dia mengeluarkan erangan sakit dan putus asa, membuka mata dengan pandangan memohon ke arah gadis di hadapannya.
Gadis bernama ‘Chen Jingmo’ memegang senjata dingin, perlahan membuka pengaman, melihat tatapan memohon dan putus asanya, sudut mulutnya merekah dengan senyuman penuh minat.
Itu adalah senyuman paling polos, tanpa noda apapun, lahir dari kedalaman hati.
Menampakkan senyum polos layaknya anak kecil, di matanya terpancar keingintahuan yang pekat.
Seperti anak penasaran yang membakar semut dengan api, membedah belalang dengan cutter, membelah perut kucing lucu, melempar hamster jinak ke air mendidih, menyaksikan perjuangan menyakitkan mereka, senyumnya tetap polos dan indah.
Kekejaman tanpa kejahatan, inilah kepolosan kanak-kanak yang paling menakutkan.
"Boom~" ‘Chen Jingmo’ tersenyum polos, mengeluarkan onomatope lembut dari mulutnya, seolah sedang bermain permainan masa kecil, jari rampingnya menekan pelatuk.
Peluru perak meluncur dari laras, menembus tenggorokan vampir haus darah ‘Tobalkain’, masuk melalui rongga mulut ke belakang kepala, lalu membuka tempurung otak, mengubah tengkoraknya menjadi bubur daging remuk.
Cairan merah muda terciprat di wajahnya, membuat senyumnya semakin murni bagai debu yang menempel saat bermain.
※※※
Dari mana harus kumulai? Ini adalah kisah panjang yang singkat.
Chen Jingmo dulu hanyalah seorang mahasiswa jurusan ekonomi di suatu universitas, cantik mempesona, murni tak bercacat, bagai bunga murni yang mekar di dunia kotor ini.
Karena keunggulannya, atau mungkin karena terlalu menonjol, ia menarik terlalu banyak kecemburuan dan fitnah. Seperti separuh awal kebanyakan drama inspiratif, kecemburuan sejawat, kesulitan yang dibuat-buat, penghinaan dan tekanan, rumor dan cibiran. Di tempat yang tak terlihat kebanyakan orang, ia menghadapi peristiwa terselubung penuh kebencian ini dengan kebingungan, menangis dalam diam...
Chen Jingmo yang penakut dan pemalu tidak seperti kebanyakan alur cerita yang bertemu pangeran berkuda putih yang menyelamatkannya dari penderitaan. Justru dalam intimidasi dan kesulitan sehari-hari, ia melangkah di jalan kehancuran...
Dalam dunia kotor yang dingin ini, 'Chen Jingmo' telah rusak.
Suatu hari, merah darah memenuhi seluruh asrama. Darah yang merembes dari celah pintu membuat penghuni asrama berteriak memanggil polisi. Para penegak keadilan yang membobol pintu melihat satu-satunya selamat di dalam asrama - Chen Jingmo yang berdiri menangis tak berdaya di genangan darah.
Tak ada yang percaya dialah pelakunya, tapi sidik jarinya terdeteksi pada pisau buah di TKP. Bukti tak terbantahkan juga tersisa pada lima jenazah korban.
"Tapi dia sudah tidak mengingat apapun, memberontak tak berdaya melawan belenggu kedinginan, berulang kali menjelaskan kesuciannya, namun yang ditemui hany tatapan penuh kedinginan, penghinaan dan belas kasihan."
Pada akhirnya, mahasiswi Chen Jingmo menjadi Chen Jingmo si sakit jiwa.
Dalam dunia yang dipenuhi kejahatan ini, gadis yang rusak terkurung sendirian dalam sel, menunggu putusan akhir, sementara nyawanya layu bak bunga kehilangan tanah dengan cepat, hingga suatu hari suara khidmat bergema dalam pikirannya.
"Apakah kau menginginkan kehidupan baru?"
Keesokan harinya, orang-orang menemukan bunga layu yang telah gugur, sementara di dunia lain, kehidupan baru membuka mata.
