Bahkan teriakan sekarat dan pekik kematian tak mampu menenggelamkan dentuman baja bergemuruh. Di pusat medan perang, serangan Bai Shuo bersinar bagai kilat listrik. Segala makhluk yang mendekat langsung tercabik-cabik, bahkan tubuh Huang Zhong pun mulai terluka di beberapa bagian.
"Badai Pedang? Tidak mungkin..." Changsun Wu menempel di menara panah, mengunyah permen karet dengan wajah tertegun. Ia bergumam, "Istri, cepat lihat sang Master Pedang!"
"Itukah... kekuatan sang Kapten?" Oktoria memandang cahaya perak yang berkilau di pusat medan perang. Tangannya mencengkeram pedang erat-erat, namun rasa kalah tiba-tiba menyergap hatinya.
Meski sudah mencapai puncak kemampuan bela diri manusia, tetap tak sanggup menandingi serangan badai petir semacam ini. Jika dirinya yang menghadapi, pasti akan hancur berkeping-keping dalam sekejap.
"Wah, Salju Mengalir... begitu banyak Salju Mengalir..."
Liang Gong asal membalik-balik majalah fashion yang diberikan Chen Jingmo. Namun di sudut matanya, terpancar cahaya kerinduan.
Kekuatan...
Hingga kerusuhan cahaya pisau akhirnya berhenti, dalam debu yang menyebar hanya tersisa napas berat yang pekat. Meski tak jelas terlihat, Huang Zhong yakin pisau berat kuning di tangannya telah dipenuhi retakan, luka di sekujur tubuhnya yang terbelah pisau terus mengeluarkan darah segar.
Di kejauhan, separuh tubuh Bai Shuo telah diselimuti embun beku, bahkan rambut pendeknya ternoda warna perak. Udara dipenuhi jejak aura dingin, keringat yang membeku di kulit telah berubah menjadi serpihan salju rumit!
"Es dingin dan Petir... hebat sekali..." Dia menghembuskan napas putih, terengah ringan. Setiap kali bertarung dengan pisau dinginnya, terasa kedinginan yang menusuk tulang dan godaan listrik yang mematikan rasa, membuat senjatanya hampir terlepas.
Bai Shuo menggerakkan jari-jarinya yang kaku, mencabut kembali senjata baru. Wajah berembun beku itu dipenuhi niat membunuh: "Tapi... sampai di sini saja!"
Bersamaan, jenderal berambut putih itu bersuara parau: "Nyawamu akan kuputus oleh Huang Hansheng ini!"
Dentuman bergema serentak. Pisau Huang Zhong tiba-tiba memancarkan kilau seperti es dingin. Jejak aura dingin yang menyebar membekukan genangan darah di bawah kaki, sementara krisis yang dirasakan Bai Shuo melonjak drastis.
Tingkat bahaya musuh terus meningkat bagai api yang berkobar, namun memancarkan kedinginan yang menusuk dan niat membunuh!
“Ini…tiada tanding…” Suara Bai Shuo di tenggorokan terpotong oleh bilah pedang yang menghadang. Pedang berat yang tiba-tiba melesat ke depan tubuhnya mengeluarkan deru yang mengguncang jiwa, memancarkan hawa dingin yang membekukan segala makhluk. Bilah dingin itu menyapu-nyapu cahaya membutakan, memabukkan pikiran sambil membunuh dalam dingin yang mencekam.
Dentuman baja yang tak henti-hentinya terdengar dari dalam kemilau es. Sorotan dingin yang mempesona menjalin niat membunuh misterius dan keindahan di antara darah dan kekuningan tua, seketika hendak menguburkan Bai Shuo di dalamnya!
Saat dibelit niat membunuh, tenggorokan Bai Shuo kembali mengeluarkan teriakan parau: “Tidak Bergerak...”
Teknik yang berbeda dengan 'Baja' diaktifkan. Berbeda dengan 'Baja' yang sepenuhnya memperkuat otot, 'Tidak Bergerak' meningkatkan pertahanan total!
Bai Shuo merasakan pusing sejenak. Saraf, otak, dan jiwanya sepenuhnya terbebaskan di bawah mantra yang menggelora. Dunia terasa diam total, namun juga seperti berevolusi dengan cepat.
Bersamaan dengan pengaktifan mantra, seolah sekejap pikiran namun juga seperti aliran waktu seribu tahun, dalam perasaan kacau-balau ini satu-satunya yang bergerak hanyalah musuh, hanyalah pedang panjang di tangan musuh.
Dua puluh pikiran adalah seketika, dua puluh seketika adalah satu jentikan jari. Dalam sekejap jentikan jari yang sangat singkat ini, Bai Shuo justru merasakan aliran waktu yang deras, evolusi segala makhluk, suara dan gambar tak terhitung bergerak cepat dalam pikirannya. Satu-satunya yang tak bergerak hanyalah hati yang tak ternoda debu.
Biarkan segala makhluk menyerbu, debu duniawi mengotori, hati asali tetap tak tergoyahkan.
Inilah makna 'tidak bergerak'!
Temukan celah dalam serangan mematikan, lihat kelemahan dalam pertahanan sempurna, sambil menghindar, luncurkan serangan pasti yang membunuh pada musuh!
Seketika, cahaya dingin yang berkedip intens dan suara gemuruh menyebar. Dalam kilatan cahaya yang menyilaukan itu, Bumi bergetar, udara terbelah menjadi aliran udara kacau yang menyebarkan hawa dingin menusuk.
Dalam cahaya kedinginan itu, tiba-tiba muncul warna darah segar. Darah yang menyembur itu seketika berubah menjadi debu kristal es, melayang-layang ditiup angin kacau. Semakin banyak, akhirnya menjadi percikan yang tak terbendung.
Dentang logam baja akhirnya berhenti. Pecahan baja yang terlempar menancap di bumi. Kini suara berat lain yang menembus udara terdengar sangat jelas.
Dalam debu yang dipenuhi hawa dingin itu, pisau berat cakram kuning penuh retakan berputar lemah keluar, akhirnya jatuh ke tanah. Namun dalam sekejap, senjata itu hancur berkeping-keping.
Seluruh medan perang sunyi senyap, semua orang menatap ke pusat gravitasi medan perang yang dipenuhi embun beku. Pada detik ini, semua terdiam membisu.
Suara tubuh yang terjatuh ke tanah terdengar jelas. Dalam debu yang perlahan menyebar, siluet cahaya samar melangkah keluar sambil membawa tengkorak.
Pria yang matanya tertutup itu penuh darah musuh. Di tangan kirinya menggenggam pedang panjang patah, sedangkan tangan kanannya teracung tinggi.
Sebuah kepala berambut putih perak dengan wajah garang muncul dalam pandangan semua orang. Mata yang masih menyiratkan ekspresi tak percaya itu telah kehilangan semua vitalitas.
Bai Shuo menarik napas dalam-dalam, mengeluarkan teriakan yang menggetarkan seluruh medan perang: "Jenderal musuh! Telah kupenggal!"
Bersamaan dengan riuh rendah medan perang dan gemerincing senjata, terdengar suara khidmat dewa utama: "Membunuh jenderal Huang Zhong, memperoleh 3000 poin hadiah dan satu kartu plot tingkat-D."
Dengan tewasnya Huang Zhong, moral Pasukan Sorban Kuning melesat naik. Situasi di medan perang menunjukkan perubahan baru, tapi Bai Shuo sama sekali tidak peduli.
Dengan senyum dingin, ia berdiri gagah di medan perang, menyombongkan keberadaannya ke segala penjuru. Dirasanya berbagai pandangan yang tertuju padanya - kagum, terkejut, heran, gembira, amarah, rasa takut...
Aku ada di sini. Sang mangsa yang kalian incar tak lagi menyembunyikan jejak. Lalu tim pemburu... Di manakah kalian sekarang?
Di tengah keriuhan medan perang yang penuh pembunuhan, Bai Shuo tertawa terbahak-bahak, mengejek para pemburu yang bersembunyi dalam bayang-bayang.
Saat buruan yang kalian sebutkan justru menertawakan kalian terang-terangan di siang bolong, di manakah kalian sebenarnya?
"Ayo..." Bai Shuo membungkuk sambil tertawa, seolah sudah mencapai puncak kegembiraan: "Hingga saat ini, apa lagi yang kalian tunggu?"
Melalui tabir darah yang beterbangan, Bai Shuo merasakan sosok familiar yang muncul di belakang kerumunan, dengan pandangan lapar yang sama persis.
Gadis yang mengenakan setelan koboi baru memegang tusuk sate bertabur cabai. Berdiri di luar medan perang sambil mengunyah daging tak jelas asalnya, menunjukkan ekspresi wajah yang kesal.
"Sial... harus berurusan lagi dengan banteng kasar ini... Jiao Long yang cari untung sendiri paling kubenci... paling kubenci..."
Bergumam lesu, ia melemparkan tusuk kayu kosong ke genangan darah di tanah, lalu mengusap mulutnya sembarangan: "Seberapa buas pun, pasti enak dimakan... Hmm, hmm..."
