“Ini…” Liu Bei menempelkan telinga ke dinding, peringatan aneh muncul di hatinya: “Pasukan Sorban Kuning bersiap…”
Suara besar tiba-tiba terdengar dari mulut pengintai berkuda: "Pemberontak bersiap melakukan breakthrough!"
Pengintai yang terlihat tergesa-gesa menunggang kuda, melaju langsung ke tenda komando utama. Wajahnya basah keringat, penuh kegelisahan.
Beberapa saat kemudian, seluruh formasi utama pasukan ekspedisi mulai bergemuruh. Suara ribuan kereta kuda dan prajurit yang berlarian menyatu, semangat pembunuh yang tersembunyi di balik layar mulai menyebar.
Pasukan Sorban Kuning ternyata meninggalkan benteng terakhir mereka dan melakukan breakthrough!
Meninggalkan basis terakhir, membuang semua beban tambahan, hanya membawa perlengkapan dan pedang paling sederhana. Baru saja mereka memulai pergerakan cepat, dengan tekad menjadi bandit pengembara untuk menerobos kepungan penuh niat membunuh.
Zhang Jiao yang awalnya bertekad dikubur bersama 'Zaman Keemasan Huang Tian'-nya di tanah ini, tiba-tiba menemukan harapan baru. Ia meninggalkan semua usaha, membawa prajurit yang setia, menyerang titik terlemah pengepungan.
Di bawah terik matahari, debu keriuhan membubung tinggi seperti naga yang menyamar merayap berkelok.
Pria buta yang berdiri di titik tertinggi perkemahan terbengkalai menghadap arah breakthrough Pasukan Sorban Kuning, tetap tenang dan santai.
Suara penuh keraguan bergema di pikirannya: "Banyak nyawa mungkin melayang."
"Ya, akan banyak yang tewas." Bai Shuo mengangguk.
"Basis terakhir pun tidak dipertahankan lagi?"
“Jika bertahan mati-matian di sini, tempat ini hanya akan menjadi nisan yang mengubur idealismenya.”
“Bagaimana jika misi gagal? Jika tidak ada orang di sini, tempat ini bisa dengan mudah ditembus.”
“Tempat dimana Zhang Jiao berada adalah formasi utama Pasukan Sorban Kuning. Selama dia tidak mati, Pasukan Sorban Kuning tidak akan punah.”
“Aku tidak mengerti…” Citra Chen Jingmo berguling-guling secara kekanak-kanakan dalam kegelapan pikirannya: “Kalau dia begitu hebat, kenapa bisa terdesak sampai seperti ini?”
“Zhang Jiao memang pria seperti itu. Mengabarkan pada semua orang bahwa Langit telah mati, membawa mereka menciptakan masa keemasan Langit Kuning. Sekalipun sudah terpojok di tepi tebing, tetap ada yang rela menguburkan diri bersama idealismenya. Selama dia tidak mati, api Pasukan Sorban Kuning tidak akan padam.”
“Basis hilang bisa direbut kembali, logistik habis bisa dirampas lagi. Bahkan prajurit mati pun bisa direkrut ulang. Selama Zhang Jiao masih hidup, Pasukan Sorban Kuning takkan pernah lenyap.”
Citra Chen Jingmo dalam pikiran menyemburkan bibir: “Tapi, kurasa kau hanya mengada-ada...”
“Haha, terkadang pria memang makhluk yang suka mengada.”
Bai Shuo tertawa sambil melambaikan tangan ke arah pasukan Sorban Kuning yang menjauh. Dari kejauhan, Changsun Wu yang sedang memegang teropong membalas dengan anggukan, lalu meletakkan teropongnya dan menerjang ke dalam formasi pelarian pasukan Sorban Kuning tanpa menoleh.
“Serahkan bagian sana pada mereka...” Bai Shuo menepuk-nepuk bajunya lalu melompat dari menara panah: “Tempat ini... serahkan pada kami...”
※※※
Debu kuning di atas Bumi mulai melayang akibat guncangan misterius, dentuman berat menggema dari kedalamannya. Udara panas membakar semakin menguji kesabaran. Di kejauhan, pintu gerbang perkemahan perlahan terbuka. Cahaya menyilaukan yang dipantulkan baja berubah dingin dan tajam, menyatu menjadi kilauan dingin yang menggetarkan, bergerak lambat ke depan.
Guncangan Bumi semakin jelas terdengar, dentuman keras ribuan langkah yang menginjak tanah secara serempak.
Pasukan ekspedisi pun bergerak. Pasukan kavaleri pertama-tama menerjang dari sayap samping infanteri, menyerbu ke arah pasukan Kain Kuning. Cukup dengan mengikat mereka di tempat, pasukan besar yang mengepung dari segala penjuru akan mudah menumpas mereka yang tak punya pijakan geografis.
Tepat di depan jalur pasukan, perkemahan Kain Kuning yang dikira sudah ditinggalkan tiba-tiba membuka pintu gerbangnya perlahan.
Mengangkat bendera kuning besar nan berat, ksatria bermata tertutup mengendalikan kudanya, maju perlahan dari perkemahan yang kosong.
"Tampaknya menggunakan senjata teknologi melampaui era cerita memang meningkatkan kesulitan alur. Bahkan pasukan kavaleri pun muncul." Bai Shuo menarik napas dalam udara panas, bergumam santai di atas kudanya.
Kuda hitam di bawah pangkuan yang dikenal sebagai kuda terhebat menghembuskan napas keras, berjalan perlahan di bawah kendali penunggangnya. Meski membawa penunggang dan bendera besar yang berat, tak sedikit pun menunjukkan tanda kelelahan.
Dari kejauhan, punggung kuda terlihat seperti landak dengan puluhan pedang dan golok tergantung di samping pelana, bergoyang perlahan seiring langkah kuda.
Seperti kontras yang paling konyol: di depan adalah lautan manusia dan hutan tombak yang dingin, sementara penunggang kuda penyendiri ini terus bergerak maju perlahan.
Bai Shuo yang menggendong bendera berat itu tersenyum: "Rasanya sangat enak..."
※※※
Di dalam tenda tak lama sebelumnya.
Menghadapi khayalan liar Bai Shuo yang mengejutkan, Zhang Jiao menggelengkan kepala perlahan sambil menatap peta: "Bahkan jika kita mengorbankan segalanya, selama pasukan inti yang menerobos terkepung, kita mungkin akan hancur total."
"Pasukan penumpas punya banyak jenderal, prajurit terlatih, senjata tajam... Jika hanya bertahan atau menerobos biasa, bisa dikatakan tak ada peluang menang."
Bai Shuo menyilangkan tangan, menyambut sinar matahari yang menembus jendela angin: "Karena itu kita harus menciptakan sedikit 'kecelakaan' untuk mereka."
"Kecelakaan apa?"
"Misalnya... Jenderal Besar He Jin tiba-tiba mati?" Bai Shuo tiba-tiba tertawa, jarinya melayang di atas peta dan berhenti di markas besar pasukan penumpas: "Saat menerobos, serbu masuk dan penggal kepalanya..."
“Setelah kehilangan komando, para anggota yang saling berselisih akan kacau seperti bubur dalam wajan... Meski hanya kacau sejenak, itu cukup bagi pasukan penerobos untuk benar-benar keluar dari kepungan.”
Zhang Jiao mengangkat kepala memandangnya, teringat sesuatu: "Tapi, siapa yang akan pergi?"
"Karena ini strategi yang kususun, tentu aku yang pergi." Bai Shuo tersenyum: "Membunuh jenderal musuh di tengah ribuan pasiran, hanya membayangkannya saja sudah membuatku bersemangat..."
Zhang Jiao memandang arah yang ditunjuk jari Bai Shuo, diam membisu. Setelah lama akhirnya mengangguk: "Baik."
Seperti yang diduga Bai Shuo, tiba-tiba terdengar suara khidmat di telinganya: "Tugas mendadak: 'Bunuh He Jin', hadiah 7000 poin hadiah dan satu kartu alur cerita b setelah selesai, mungkin menyebabkan perubahan misi utama..."
Seperti permainan, Zhang Jiao mempercayakan seluruh nyawa Tentara Sorban Kuning padanya, dan dia pun bersiap melakukan langkah besar.
Pemburu yang bersembunyi di kegelapan, pasukan penumpas yang mengintai, ditambah batas tujuh hari terkutuk dalam tugas dewa utama. Baru hari ketiga, Bai Shuo sudah mencium aroma kekalahan.
Meski pernah meraih kejayaan yang tak terduga, 'Tim Harapan' tak bisa menghindari situasi kekalahan total.
Menunggu kematian dengan pasrah?
Bai Shuo telah bergulat delapan tahun dalam kegelapan paling pekat, menunggu kematiannya dengan mati rasa. Sejak mendapatkan kehidupan baru, dia tak mau lagi menggantungkan segalanya pada keberuntungan yang ilusif.
Takdir sendiri harus dipegang sendiri, bahkan di dunia reinkarnasi yang penuh krisis ini, Bai Shuo juga ingin hidup dengan gemilang.
"Aku sudah berjuang bertahun-tahun, bukan untuk dibunuh orang." Bai Shuo mengendarai kudanya perlahan, mendengar gemuruh berat derap kuda perang yang menerjang dari kejauhan.
Siapa ingin membunuh harus punya kesadaran akan dibunuh, amarah karena diremehkan dalam hati mendorong Bai Shuo melakukan tindakan gila.
Jika ingin mengambil nyawaku, silakan coba... Siapa sebenarnya yang akan mati?
Pasukan kavaleri yang melesat membentuk formasi anak panah yang tajam, menyerbu ke arah Bai Shuo. Hanya sekejap, formasi hitam itu bisa menyobek ksatria sendirian menjadi berkeping-keping.
Jarak terus menyempit, niat membunuh yang tajam saling bertautan. Pemimpin pasukan berkuda itu tersenyum dingin, mengangkat pedang pembantai. Di matanya, ksatria buta itu semakin dekat sampai akhirnya hampir bertubrukan.
Saat mata pedang saling bersilangan, teriakan bergemuruh seperti petir meledak dari mulut Bai Shuo. Gelombang suara yang mengguncang bahkan membuat ksatria terdekat merasakan pusing aneh.
"Langit Biru telah mati, Langit Kuning akan bangkit!"
Dalam dentuman keras, mata pedang yang tergantung di pelana kedua sisi tiba-tiba tercabut. Bunyi baja bertabrakan menyatu, dalam sekejap kuda-kuda telah saling berpapasan.
Bendera kuning besar yang berat telah menancap dalam ke tanah saat pertempuran dimulai, darah segar yang beterbangan mengotori bendera kuning tersebut, mengotori tulisan hitam dengan warna merah. Menghadapi angin panas yang membakar, bendera tersebut mengeluarkan suara gemerisik keras.
Di dataran tempat debu dan tanah kuning beterbangan, dua prajurit kavaleri yang bersilangan dengan Bai Shuo menyemburkan darah merah pekat, lalu jatuh lemah dari punggung kuda.
Pada momen persilangan itu, mata pisau yang dingin telah memutus tenggorokan mereka sepenuhnya.
Dengan gerakan santai melemparkan darah dari kedua pedang panjangnya, kecepatan Bai Shuo mulai meningkat. Tanpa peduli pada pasukan kavaleri yang berbalik di belakang, ia berlari kencang menuju formasi pasukan infanteri di kejauhan.
Tertawa gila seperti iblis, digerakkan oleh kuda, kecepatan Bai Shuo semakin cepat hingga akhirnya berubah menjadi sosok bayangan hitam yang melakukan serangan mendadak ke formasi prajurit.
Tawa mengerikan disertai kata-kata penuh niat membunuh bergema di telinga semua orang.
"He Jin! Aku datang untuk membunuhmu!"
