"Tugas mendadak: 'Membunuh He Jin' selesai. Dapatkan 1 kartu alur cerita tingkat B. Misi utama berubah: Pastikan formasi utama Pasukan Sorban Kuning lolos, karakter plot Zhang Jiao selamat..."
“Benar…” Bai Shuo tidak bisa menahan tawa gila: “Memang begini… Begitu alur cerita kacau, Misi utama juga bisa berubah…”
Seperti sekarang, formasi utama Pasukan Sorban Kuning mulai menerobos kepungan. Setelah kematian pemimpin pasukan ekspedisi He Jin, misi menjaga markas besar Pasukan Sorban Kuning kehilangan makna.
Di bawah tekanan ganda dari Tim Pemburu dan pasukan ekspedisi, misi kematian bertahan tujuh hari pun ikut berubah.
Pada hari ketiga awal cerita, Zhang Jiao yang seharusnya tewas di tangan pasukan ekspedisi berhasil lolos dari takdirnya. Sejarah selanjutnya menjadi tak terprediksi setelah perubahan alur ini.
Akhirnya Tim Harapan menemukan secercah harapan di tengah kekacauan - harapan untuk bertahan hidup.
Tapi pertama-tama, harus menyelesaikan jenderal-jenderal yang datang dari segala penjuru… Seperti sekarang, Bai Shuo yang terengah-engah menyadari dirinya kembali terkepung.
Lelaki angkuh yang menunggang kuda mendekat perlahan, rambut acak-acakan seperti jarum. Matanya membakar semangat pertarungan: “Aib besar! Membunuh komandan di depan mata Macan Jiangdong ini!”
Pria bermuka merah menyala muncul dari belakang dengan aura menggetarkan. Naga Hijau Guan Dao di tangannya mengarah ke tengkorak Bai Shuo: “Pemberontak seperti kau, biar Guan Yunchang yang mengakhiri!”
“Di sini juga ada pertarungan?” Pria perkasa yang menggendong tombak besi mengusap hidungnya: "Kalau ada acara bagus seperti ini, aku Zhang Yide tidak boleh ketinggalan."
Bai Shuo tiba-tiba tertawa, mata yang tersegel kain menyapu sekeliling: "Macan Ganas Jiangdong: Sun Jian, Guan Yu, Zhang Fei... siapa lagi?"
"Siapapun yang ada, cepat maju..." Ia mencabut tongkat besi dari tanah dan mengangkatnya ke bahu, tulisan mantra di dadanya berkedip samar: "Masih ada orang yang menungguku..."
Seperti akhirnya menemukan mangsa tersembunyi, auman beku terdengar dari kejauhan: "Bento!"
Monster hitam pekat setinggi lebih dari 2 meter muncul di medan perang, meski tangan kosong namun sikap membunuhnya lebih monster dari siapapun. Tubuh besi tuangnya hanya mengenakan celana dalam kecil, lengan berlumuran darah kental, telapak tangan mencengkeram tengkorak yang dicabut dari tubuh orang. Wajah buruknya menyeringai dingin, mengeluarkan auman bergemuruh, melangkah lebar menuju arah Bai Shuo. Sekadar mengayunkan lengan sudah cukup menerbangkan kerumunan orang ke depan, menghancurkan.
Pada saat ini, situasi Perang tiba-tiba berubah.
"Semuanya datang lengkap... sungguh bagus..."
Senyum Bai Shuo tetap sama, tangan mengenggam erat senjatanya.
"Saat seperti ini, cukup lakukan satu-satunya hal yang harus dilakukan..."
※※※
Di depan barisan Pasukan Serban Kuning yang sedang bercepat, tiba-tiba muncul badai berputar yang menyapu pasir beterbangan dan lapisan api merah darah yang berubah menjadi semburan api raksasa seakan siap meledak setiap saat.
Bola vakum yang terus berputar menggerakkan api yang muncul dari Kekosongan, angin kencang membawa api tak berbasis yang menyebar dengan ganas. Kekuatan angin dan api saling terjalin, dalam sekejap volume membengkak ratusan kali lipat. Api neraka yang garang digerakkan oleh pusaran angin menyambar ke arah formasi Pasukan Serban Kuning.
"Lapor Dekan! Ada yang menyalakan api!" Yang pertama menyadari tanda-tanda halus itu justru Liang Gongzheng yang terus mengunyah mantou. Ia mengusap ingusnya di pelana kuda, jari lengketnya menunjuk siluet samar di kejauhan sambil berteriak kasar: "Menyalakan api bukan anak baik!"
Dalam bahasa gila yang dipenuhi kesadaran kacau itu, semburan api melesat dari tanah menerjang langit, akhirnya berubah menjadi pusaran merah darah seperti batu guling yang menerjang formasi lapisan yang sedang bercepat.
Semburan api sebesar puluhan meter berputar dengan cepat, dipenuhi angin panas lebih dari 300 derajat dan api yang berputar-putar, cukup untuk menyusup ke paru-paru manusia dalam sekejap, membakar kulit dan organ dalam hingga hancur. Meski panasnya menurun drastis dibandingkan bentuk terkonsentrasi saat penyebaran api yang cepat, api tetaplah api. Ketika 70% kulit seseorang terbakar, pengobatan modern sudah tak bisa menyembuhkan, apalagi api yang mengalir deras seperti uap ke dalam alveolus paru-paru?
Cukup tertelan oleh Penyerapan semburan api, orang biasa akan langsung terbunuh total, berubah menjadi mayat setengah matang yang mengenaskan.
Bibir Sunshou Wu yang menganga membiarkan udara terbakar dari kejauhan masuk ke mulutnya, mengeluarkan suara serak: "Wocao..."
Semburan api yang bergulir cepat ke depan seperti bayangan, namun memancarkan panas yang mengerikan. Dari dalam semburan api, terdengar tawa melengking dan gila - seperti mendengar jeritan dari formasi lapisan di depan, atau mendengar lelucon yang mengena di titik gatal, tertawa lepas penuh kenikmatan.
Di hadapan pusaran angin merah darah yang ganas, manusia terlihat begitu kecil, seperti semut yang mini. Namun dalam formasi lapisan kuning, ada satu titik hitam yang tak pernah mundur, malah perlahan maju ke depan, bagai karang yang kokoh. Meski diterpa angin panas dan percikan api di wajahnya, ia tetap tak berhenti.
Jubahnya yang kekuningan berkibar, rambut gondrongnya seperti surai singa. Ia melangkah menuju pusaran angin yang menyebar luas. Tongkat dewa apinya teracung tinggi, cahaya api samar-samar mulai membelit dan terkumpul seiring ayunan tongkat. Api yang diterbangkan angin ganas ini tak terikat oleh kekuatan naga yang mengerikan, cukup dengan mengandalkan jumlahnya yang mencemaskan yang dibawa angin, sudah mampu menyiksa manusia biasa hingga mati.
Kini, di bawah tongkat yang berputar dan mengayun, api yang melayang dalam angin tertarik oleh kekuatan tak kasat mata. Dengan spontan membelit bagian atas tongkat. Tongkat di tangan Zhang Jiao terus menyedot api dari badai, hingga akhirnya berubah menjadi dua cahaya api samar yang melingkari tongkat, bagai ular aneh yang saling terjerat. Bersama ayunan tongkat, mereka semakin cepat menyedot api yang bertebaran.
Saat Zhang Jiao tiba di depan pusaran api naga, lebih dari sepertiga api telah diserap tongkatnya, terkonsentrasi menjadi dua cahaya api raksasa. Dalam raungan rendah Zhang Jiao, cahaya itu tiba-tiba meledak.
"Jubah longgar yang berkibar-kibar dalam angin kencang tiba-tiba berhenti seketika. Pada detik itu, Zhang Jiao mengayunkan tongkat panjang di tangannya seperti kapak raksasa. Api yang membelit tongkat itu meledak seluruhnya, berubah menjadi bilah-bilah terkonsentrasi yang langsung memanjang seketika."
"Api-api itu menyebar lalu menyusut, kemudian menyebar lagi bagikan kerucut tak berujung yang dengan mudah menusuk keganasan pusaran angin. Bola vakum yang berputar cepat di dalamnya hancur terkena tebasan. Api bagaikan naga mengamuk melesat dari ujung tongkat, menyayat badai di samping tubuh Jiao Long, tetap menerobos puluhan meter dalam aliran angin kacau sebelum akhirnya bubar setelah menyelesaikan misinya."
"Pengganggu yang menyebalkan lebih baik minggir..." Jiao Long menekan topi bundarnya yang melayang-layang dalam angin, menunjukkan senyum aneh: "Ah, lebih baik langsung Bunuh saja..."
Pada saat seperti ini, yang menghalangi di depan hanyalah musuh.
Terhadap musuh tak perlu kata-kata, hanya ada pilihan hidup atau mati.
Tongkat panjang di tangan Zhang Jiao tiba-tiba diayunkan, seolah menggambar garis lengkung di udara: "Matilah kau!"
Di ujung tongkat yang mengaum itu terkumpul api kuning terang, bergolak tak menentu. Bola api yang siap meledak itu melesat dari tongkat, menjilat-jilat udara seperti nyala lilin yang tiba-tiba melonjak, mengeluarkan suara dengungan aneh.
Hanya bola api sebesar kepalan tangan yang meninggalkan jejak panjang terdistorsi di jalur pergerakannya, udara yang dipanaskan, pasir yang meleleh, dan bau hangus dari udara yang terurai secara instan.
Seperti monster yang terus menyerap segala sesuatu di sekitarnya, bola api itu sendiri sudah berada di ambang ketidakstabilan ekstrim. Hanya perlu sentuhan kecil untuk...
Boom!
Seolah sama sekali tidak menyadari keanehan bola api tersebut, Jiao Long dengan santai mengulurkan telapak tangannya. Pola mistis berkilau di tengah telapak tangan, membuat bola api gemetar seperti makhluk hidup sebelum akhirnya hancur diremas dalam genggaman.
Percikan api membakar tanah kuning menjadi kaca aneh, sementara suara letupan bubuk mesiu yang gagal menggema. Bola api yang dikendalikan Zhang Jiao ditetralisir oleh kekuatan di luar manusia. Meski penguasaan apinya jauh melebihi Jiao Long, nyatanya harus tercerai-berai di hadapan kekuatan api rune.
Itu adalah...
"Napas naga..." Jiao Long menatap pola mistis yang berkedip di telapak tangannya - benda terpenting dalam tubuhnya, juga harta tersembunyi di dalam jenazah sang kapten.
Setelah kematian Prajurit Samsara bintang enam yang bisa berubah menjadi naga, darah naganya telah membusuk, bahkan kristal naganya pun dicabut secara paksa dari tengkorak. Hanya rune yang tersembunyi di kedalaman tubuh gemuk inilah yang lolos dari penjarahan.
Rune tingkat Perak: Api Sifat Binatang yang Garang, Napas Naga!
