Setiap saat terdengar suara meteor yang meledak dari pusat pertarungan mereka. Teknik tinju yang menyatu dengan energi dewa telah mencapai tingkatan tertinggi, setiap pukulan disertai niat menghancurkan segala kejahatan. Meski kutukan jiwa naga tak bisa dimusnahkan total, Jiwa Pelindung Bai Shuo berhasil menekan sifat binatang dan keganasan dalam api.
Situasi yang awalnya menguntungkan Jiao Long berhasil diseimbangkan kembali oleh Bai Shuo, membuat hati sang Naga Gelap semakin gelisah.
Dalam dentuman tinju yang merobek udara, lingkaran tak kasat mata Bai Shuo tampak samar. Berbeda dengan teknik pertahanan yang menolak segala elemen, kali ini justru mengurung Jiao Long dalam area jangkauan serangan, mencegahnya menjaga jarak.
Begitu meraih keunggulan mutlak, tak ada kesempatan terengah-engah yang akan diberikan pada Jiao Long.
Apalagi, ilmu energi dewa tak bisa dipertahankan lama. Dorongan sesaat saja sudah membuat kesehatannya mulai menyerah. Ia harus segera mengakhiri Jiao Long.
Pola bertarung Jiao Long mulai condong ke pertahanan. Niatnya jelas: menghabisi Bai Shuo dalam pertempuran panjang. Tapi firasat buruk di hatinya semakin menjadi.
Ia terus merasa si tunanetra ini masih menyimpan sesuatu yang bisa mengancamnya.
Di saat dia beralih ke pertahanan, aura yang sebelumnya tersebar di udara pun ditariknya kembali. Seluruh pori-pori kulitnya mengerut kencang. Jurus-jurus yang awalnya bertumpu pada kekuatan dahsyat mulai berubah menjadi lentur dan misterius. Belitan energi yin yang memikat seperti ular perlahan melilit tubuh Bai Shuo, mencari celah pertahanan terkecil lalu melancarkan serangan mendadak.
Tubuh Jiao Long menghindar dari serangan Bai Shuo bagai bayangan, terlihat masih punya sisa tenaga dalam bertahan.
Tapi dirinya sendiri bisa merasakan stamina tubuhnya terkuras hebat di bawah gempuran Bai Shuo. Tekanan dari niat bertarung yang khusus diciptakan untuk membunuh itu semakin mencekik.
Justru di bawah tekanan ini, tiba-tiba dia tersenyum sinis. Meski sudah mencapai puncak intensitas Prajurit Samsara tiga bintang, berapa lama lagi Bai Shuo bisa mempertahankan kekuatan seperti ini?
Kekuatan yang mampu mengintimidasi Prajurit Samsara empat bintang puncak pastinya meminta harga yang setara - cukup untuk membuat tulang Bai Shuo remuk redam.
Yang dia butuhkan hanyalah mempercepat proses ini, sekaligus menambah bensin ke dalam bara...
Dalam sekejap pikiran, nafas naga menggelegak membakar tubuh Bai Shuo. Di balik tirai api yang menyala-nyala, telapak tangan Jiao Long menerobos blokade Bai Shuo, mengunci semua serangan maksimalnya dalam genggaman.
Suara retakan terdengar bersamaan, punggung tangannya terbuka dengan luka mengerikan, sementara kepalan tangan Bai Shuo juga mengeluarkan bunyi retak yang tak tertahankan. Pada saat yang sama, bahu Jiao Long menghancurkan nafas naga yang telah ditembus Bai Shuo, kakinya menginjak bumi seperti monster yang berlari kencang menabrak dada Bai Shuo.
Gerakan paling berbahaya dalam Baji Quan yang diikuti angin dan petir, di mana seluruh tubuh bisa mengeluarkan tenaga.
Tempel! Gunung! Sandar!
Dalam jeda sesaat memunculkan kekuatan penghancur yang mengerikan, seluruh kekuatan fisik terkonsentrasi menjadi satu, meluncur dari bahu bagaikan truk bermuatan besi berkecepatan tinggi yang menabrak dada Bai Shuo.
Serangan keji membuat dada Bai Shuo mengeluarkan dentuman berat seperti genderang, tubuhnya hampir terlempar namun tangan kiri tetap mencengkeram erat kepalan Jiao Long. Menahan sakit di tulang rusuk, Bai Shuo memuntahkan ludah bernoda darah sambil mengangkat telapak tangan di udara.
Telapak tangan yang menunjuk Langit tiba-tiba mengepal, mengumpulkan kekuatan mengerikan selama jatuh, menghujam seperti palu besi ke arah tengkorak Jiao Long.
Energi dewa Penghancuran Total yang terkandung dalam pukulan ini, bahkan sentuhan ringan saja cukup untuk menghancurkan tengkorak Jiao Long menjadi debu.
Sayang pada detik terakhir, terhalang oleh nafas naga dan badai, lengan kanan yang mengayun kosong menekan lekukan dalam di atas Bumi dari kejauhan.
"Haha..." Jiao Long menatap siluet yang menyerang ke bawah, tiba-tiba menunjukkan senyuman gila.
Kalau begitu suka bertarung sepenuhnya dekat... coba rasakan ini...
Dengan senyum dingin yang aneh, wajah Jiao Long tiba-tiba berubah distorsi. Api menyala tiba-tiba di telapak tangannya, tidak terkonsentrasi di kepalan atau meluncur keluar seperti biasa, melainkan meresap terus-menerus dari pusat telapak seperti monster pemakan manusia, menyebar cepat sepanjang kulit: telapak tangan, lengan, siku, bahu, hingga mencapai wajahnya yang menyeringai. Seketika ia terselubung dalam nafas naga yang buas, memancarkan warna seperti magma. Api naga yang bahkan tak bisa dikendalikannya sendiri menyelimuti setiap inci kulit, dengan kutukan yang meresap tanpa celah ke dalam kesehatan.
Kegilaan dan rasa takut tak berujung dipicu oleh kebencian dalam api naga. Kemarahan dan kutukan Prajurit Samsara 6 bintang yang tertinggal meresap ke dalam jiwa, membangkitkan monster terdistorsi dalam hati, membuat senyumannya semakin tak manusiawi.
Perasaan dikepung rasa takut ini membuatnya terkekeh dengan senyum dingin sambil menjerit-jerit, api naga yang membakar bukan hanya Bai Shuo yang berada sepenuhnya dekat, tapi juga jiwa yang telah lama terdistorsinya.
Penderitaan berada dalam ketakutan dan kebencian tak berujung, niat jahat di dalam hati terus membengkak tanpa henti, sepenuhnya menguasai jiwa. Baru pada saat ini, sifat terdistorsi yang tersembunyi di kedalaman hati Jiao Long benar-benar terungkap.
Bahkan jiwa terdistorsi yang ia sendiri benci sampai puncak pun menguasai kesehatannya. Justru karena ini, ia enggan menggunakan kemampuan yang bisa memberinya keunggulan dalam pertempangan jarak dekat.
Tak ada yang mau menjadi monster, bahkan Jiao Long pun tak mau mengakui jiwanya yang semakin terdistorsi. Setiap kali digunakan, kutukan dalam api naga membuatnya bergerak satu langkah lebih dekat ke arah non-manusia, hingga akhirnya benar-benar menjadi bukan manusia.
"Terkekeh... terkekeh... heh..." Monster dalam api itu tanpa basa-basi menerjang, menyebarkan suhu tinggi yang melelehkan segala sesuatu, membungkus Bai Shuo di dalamnya.
Api yang tiba-tiba menyebar mencakup area seluas 10 meter di sekitarnya.
Inilah kartu truf Jiao Long... 'Tungku' yang menyiksa dirinya sendiri dan musuh secara bersamaan!
Dalam sekejap terhempas ke tengah lautan api, lapisan cahaya keemasan samar muncul di permukaan tubuhnya. Ilmu yang terpateri di tubuhnya secara spontan membentuk pertahanan terhadap nafas naga yang penuh sifat garang dan kebinatangan, bertahan dengan susah payah namun tak mampu menahan kebencian yang telah terdistorsi itu menyusup ke Bai Shuo.
"Menangislah! Berteriaklah! Jadilah seperti aku! Jadilah seperti aku!" Naga Jiao mengaum, terus-menerus melancarkan serangan ke Bai Shuo. Niat jahat yang terdistorsi dan api yang nyata membungkusnya dalam kobaran.
Seketika menjadi sasaran tembak, niat penghancur iblis di bawah energi dewa yang agung terus menerobos kobaran api naga. Namun jiwa tetap bergulat dalam lautan niat jahat yang nyata.
Suara parau keluar dari tenggorokan Bai Shuo: "Menangis... berteriak..."
"Kau..." Desahan kesakitan bernada meremehkan, Bai Shuo terus menyerang dalam kobaran api: "Apa maksudmu bercanda?!"
"Gelombang Jiwa!" Bai Shuo menggeram, panjang gelombang jiwanya terkonsentrasi di telapak tangan, berubah menjadi kilatan listrik biru menyala. Bukan menusuk Naga Jiao, tapi justru menekan keras ke dadanya sendiri.
Kilatan jiwa yang meledak mengalir liar di tubuhnya, mengusir semua kutukan dan niat jahat yang terdistorsi. Kesakitan semakin dalam, namun kali ini Bai Shuo menemukan secercah kepuasan dan kesombongan.
Kulit seluruh tubuh terasa panas dan perih, cahaya yang menyelimuti tubuh perlahan memudar di bawah serangan api, namun Bai Shuo sama sekali tidak merasa takut.
"Takutkah kau... Bahkan dirimu sendiri telah berubah menjadi Monster seperti ini... Sungguh konyol..." Bai Shuo mengejek Jiao Long dengan leluasa, lingkaran tak kasat mata mengembang sempurna membentuk pusaran konflik yang berputar. Gerakan tubuhnya membuka celah kecil di tengah kobaran api, dengan susah payah menahan serangan naga api dan Jiao Long.
Tak mau bertahan pasif, raungan Bai Shuo bergema dari dalam api: "Energi Dewa Agung! Penghancuran Total bagi segala kejahatan!"
Dari dalam pusaran muncul niat kepalan yang penuh pembunuhan dan penghancuran, bersarang di kepalan tangan Bai Shuo bagai baja kokoh yang ditempa api, menanggung ujian kebengisan yang terdistorsi. Makin terasa kokoh keteguhan welas asih dan niat pembunuhan di dalamnya.
Laksana arhat mengayun gada penakluk iblis, bagaikan Buddha melemparkan mangkuk vajra, api pekat seperti zat padat terkoyak oleh niat kepalan yang tak terbendung. Sebuah kekosongan terbentuk, menusuk tajam ke arah tubuh Jiao Long.
Gerakan yang lincah namun penuh beban, mengandung niat pukulan welas asih dan pembunuhan yang berubah menjadi serangan tak terhindarkan. Kilatan listrik dari aura jiwa yang memenuhi segalanya merobek semua kutukan, gerakan sederhana menyusun jurus misterius penuh zen dan aura berdarah.
Telapak tangannya seperti menggenggam namun tak sepenuhnya, membentuk postur seolah menjepit sesuatu di antara jari. Hanya pose sederhana, namun memancarkan aura misteri tak terbatas di dalamnya.
"Memetik Bunga!"
