Di pusat gravitasi benih-benih, sebuah rune perak seukuran mutiara biasa berputar perlahan. Berbeda dengan 'Kerakusan' di tangan Bai Shuo, rune tingkat Perak ini memiliki struktur kompleks yang memukau, terbuat dari jiwa dan daging-darah naga hitam pekat yang terus berputar, kadang muncul lalu menghilang, dengan ribuan karakter misterius bergerak membentuk pola yang tak tertebak.
Setelah rune dalam relic suci menyatu dengan ilmu di tubuh Bai Shuo, rune dalam api naga tiba-tiba mulai gemetar.
Rune Stigma yang terkondensasi dari tingkatan tertinggi murni tidak memiliki kekuatan fisik, namun saat merasakan rune nafas naga, ia bagaikan binatang buas di puncak rantai makanan yang perlahan memisahkan kehendak, membungkus nafas naga dalam rongga mata Bai Shuo.
Tingkatan tertinggi yang meski lembut namun sangat kokoh itu seketika membungkus benih-benih api nafas naga. Bersamaan dengan invasi tingkatan tertinggi, api di sekitar Raja Diam Tak Tergoyahkan yang sedang mengamuk di punggung Bai Shuo tiba-tiba membubung tinggi. Api karma merah darah berubah menjadi kuncup teratai merah yang bergelombang mekar dan hancur, membentuk sirkulasi misterius yang menyerap api tak berkesadaran dari benih-benih api.
Api naga kaca yang tak lagi garang seperti ditarik kekuatan tak kasat mata, berubah menjadi pancaran cahaya yang memancar dari rongga mata Bai Shuo, lalu menyatu pada pola di punggungnya.
Hanya sekejap, benih-benih api yang mekar sempurna telah sepenuhnya menyatu dengan api di sekitar Raja Diam Tak Tergoyahkan.
Rune Stigma yang masih belum puas mulai menyebar ke rune nafas naga yang telah kehilangan semua kekuatan. Jaringan keemasan merambat di tulang-tulang, memenuhi seluruh rongga mata, meresap ke dalam soket mata, dan membungkus rune nafas naga berwarna perak-putih.
Pada saat bersentuhan, rune napas naga perak putih itu hancur total, berubah menjadi ribuan karakter kecil yang beterbangan di dalam rongga mata Bai Shuo.
Sebagian besar fragmen rune tersebut tertarik oleh Stigma, mengalir ke seluruh tubuh Bai Shuo dan menyatu dengan tulisan suci yang terukir di keempat anggota tubuh dan dadanya.
Pada akhirnya, hanya tersisa sekumpulan rune yang jauh lebih renggang dibandingkan sebelumnya, berputar perlahan di dalam rongga mata Bai Shuo.
Entah mengapa, rune Stigma yang selama ini mengalir bak air terjun tiba-tiba berhenti sejenak. Retakan kecil muncul pada bentuk kompleksnya, lalu sekitar sepersepuluh rune terlepas dari wujud aslinya, terjatuh bebas melalui tulang dahi dan lobus otak, lalu menyatu dengan api napas naga yang tidak lengkap di rongga mata Bai Shuo, membentuk rune perak baru.
Persis saat rune baru tercipta, kelopak mata Bai Shuo yang hangus menjadi abu oleh napas naga muncul kembali. Kekuatan tak kasat mata yang menopang tubuhnya tiba-tiba sirna.
Tubuh penuh luka itu terjatuh ke tanah, tak sadarkan diri.
Proses yang tampak rumit ini hanya memakan waktu di bawah setengah menit. Stigma dalam relic suci telah menyerap seluruh kekuatan api napas naga, melakukan rekonstruksi, dan menyatukannya ke dalam tubuh Bai Shuo.
Chen Jingmo yang selama ini terhalang akhirnya kembali merasakan gelombang jiwa yang familiar.
Pada seketika, dia mendeteksi kutukan yang menyerang jiwa Bai Shuo telah menghilang, dan api naga di rongga matanya juga lenyap tanpa jejak, hanya menyisakan energi asing yang bersemayam di soket mata yang semula.
Meski tak bisa memahami apa yang terjadi, setidaknya Bai Shuo masih hidup.
Yang penting masih hidup.
Dia melepaskan diri dari tubuh Bai Shuo, mengusap sudut mata yang agak memerah, namun tak menangis.
Wanita yang hanya bisa menangis akan menjadi beban, dia sudah bersumpah tak akan lagi menjadi halangan bagi Bai Shuo.
Yang penting masih hidup, selama kembali ke Ruang Dewa Utama, pasti ada cara untuk menyadarkannya.
Dari jam tangannya, dia mengeluarkan air sumur bulan yang belum diencerkan dan menuangkannya ke mulut Bai Shuo, membuat detak jantungnya yang kacau perlahan tenang, mempertahankan nyawa yang rapuh bagai lilin di tengah angin.
"Tidurlah dengan nyenyak..." Chen Jingmo tersenyum, membelai wajahnya yang penuh abu: "Untuk sementara waktu, biar aku yang menjagamu."
Menggendong tubuh beratnya di punggung, Chen Jingmo menyadari kehadiran Ottolia yang berdiri di tengah genangan darah tak jauh dari situ. Sebuah tubuh tanpa tengkorak di kakinya perlahan mengalirkan darah, mengotori tanah kuning yang hangus dengan warna merah.
Wajah Ottolia yang bernoda darah menunjukkan kepedihan dan penyesalan. Melihat Bai Shuo di belakang Chen Jingmo, dia bertanya dengan ekspresi kompleks: "Kapten dia..."
“Chen Jingmo menunjukkan senyuman, malah berusaha menenangkan emosi Ottolia: "Tidak apa, tapi selanjutnya, kita berdua yang harus bertanggung jawab."
Bukan tidak sedih, hanya saja dia telah belajar menghadapi kesakitan dengan tersenyum, seperti Bai Shuo.
Meski tidak bisa sekuat dirinya, setidaknya harus membagikan cahaya warisan darinya kepada orang lain.
"Liu Xue... Liu Xue..." Liang Gongzheng yang wajahnya penuh debu menggotong tubuh dengan kedua kaki hilang dan bagian bawah terbakar menjadi arang, tersenyum konyol: "Aku menemukan si kera besar, lihat..."
"Tuan Sun Wukong..." Ottolia melihat wajah familiar di bahu Liang Gongzheng. Tak lama sebelumnya, pria paruh baya itu masih mencoba menghiburnya agar melupakan rasa sakit hati. Sekejap kemudian...
"Satu lagi yang mati..." Dia menunduk, tak berani melihat wajah Sun Wukong; "Ada yang mati lagi..."
Chen Jingmo tiba-tiba mengerutkan alis, perlahan mengulurkan telapak tangan ke leher Sun Wukong: "Gongzheng cepat taruh dia! Dia masih hidup!"
"Hidup?" Ottolia tak percaya melihat Chen Jingmo, memandang Sun Wukong yang ditaruh hati-hati Liang Gongzheng di bawah tanah - kaki menjadi arang, lengan kanan hilang, tangan kiri berubah abu, ekspresi wajah pucat...
Masih... hidup?
“Masih ada detak jantung...” Chen Jingmo mengeluarkan suntikan adrenalin dan obat pemelihara nyawa dari jam tangannya, menuangkannya seperti aliran air ke dalam tenggorokan Sun Wukong, lalu menempelkan telapak tangan di dadanya merasakan getaran halus yang lambat namun berketeguhan tak mau berhenti.
"Aku tidak menerima petunjuk nilai negatif, dia masih hidup." Chen Jingmo menghela napas lega: "Syukurlah."
"Liang Gongzheng, pastikan menggendong Sun Wukong dengan baik. Jangan terombang-ambing atau diguncang, intinya harus hati-hati..."
Meski menyerahkan Sun Wukong kepada pasien sakit jiwa Liang Gongzheng adalah hal yang riskan, tapi Chen Jingmo pernah memiliki pengalaman bersama dengannya. Di situasi darurat ini, hanya bisa mengandalkannya.
"Loh, ini sama seperti Liu Xue merawatku dulu... Aku tahu, aku tahu..." Liang Gongzheng terkejut sesaat lalu tiba-tiba tertawa.
Ia menepuk dadanya sambil mengangguk penuh kesombongan: "Serahkan pada Dokter Hannibal, tenang saja."
Kembali ia terjebak dalam gejala kejiwaan anehnya. Setelah cosplay Vasily Zaitsev dan Redaniyo, kali ini objek cosplay-nya adalah Hannibal Lecter.
Jelas-jelas setting Hannibal sebagai dokter pembunuh telah dilupakannya, lagipula Hannibal adalah psikiater yang tak bisa merawat pasien...
Meski banyak poin yang bisa dikritisi, dalam situasi genting seperti ini, Chen Jingmo hanya bisa menganggap mayat kuda sebagai obat, menyerahkan Sun Wukong padanya.
Yang terpenting adalah menyelesaikan Misi utama.
Lima belas menit telah berlalu, formasi lapisan pasukan penumpas hampir mengepung dari belakang. Di depan pasukan Serban Kuning yang sedang maju, Zhang Jiao yang diselimuti api sedang bertarung dengan monster otot 'Bento'.
Setelah Kebangkitan Hunwu, Kekuatan Tempur Zhang Jiao yang meningkat telah mencapai ambang empat bintang. Namun dibandingkan monster berkekacauan kesadaran, masih ada kekurangan. Kekuatan fisik murni monster otot itu telah mencapai tingkat yang tak terbayangkan. Jika Prajurit Samsara sisi kekuatan 3 bintang biasa memiliki kekuatan otot 100, Bai Shuo 200, dan bisa ditingkatkan hingga 500 saat diperlukan.
Maka monster yang bahkan tak memiliki kecerdasan normal ini telah mencapai 800.
Dalam hal kekuatan otot murni, mungkin dia sudah tak ada musuh di bawah tingkat lima bintang.
