Sayangnya, dia hanya memiliki kekuatan otot. Selain tenaga monster yang menakutkan, tak ada kesadaran bertarung atau penguatan bantuan yang setara.
Karena itulah, dalam pertarungan melawan Zhang Jiao, dia yang berlevel tinggi empat bintang terhempas terjerat dalam pertempuran. Keganasan luar biasa kekuatannya hanya tercurah ke Bumi, menciptakan retakan dalam, tapi tak bisa terkonsentrasi pada tubuh Zhang Jiao.
"Hunwu yang baru saja dipahami oleh Zhang Jiao tampaknya memiliki banyak celah, kekuatan fisik yang semula melonjak mulai perlahan memudar."
Karakter plot selalu berperan sebagai bantuan, pertempuran antar Prajurit Samsara hanya bisa diselesaikan oleh Prajurit Samsara itu sendiri. Kecuali dalam situasi mencurigakan yang sangat langka, dewa utama tidak akan memberikan celah hukum yang bisa dimanfaatkan.
Jika tren ini terus berlanjut, tanpa bantuan Prajurit Samsara, kekalahan Zhang Jiao hanyalah masalah waktu, dan Waktu sangat mendesak.
Begitu terkepung oleh pasukan penumpas dari belakang garis, maka Misi utama akan benar-benar gagal. Tim Harapan sama sekali tidak memiliki cukup poin untuk dipotong oleh sistem dewa.
Jadi, kegagalan berarti kematian.
"Tampaknya ini menjadi tugas kita." Chen Jingmo memandang ke arah pertempuran yang terjadi di kejauhan, di antara debu angin yang berputar, suara Guncangan Bumi dan percikan api terus bergema.
"Ada keyakinan?" Ia menatap Ottolia di sampingnya: "Sekarang ini Pertempuran kita."
Ottolia tetap diam. Ia bisa melihat bahwa pertempuran ini sama sekali tidak memiliki peluang menang. Dengan kemampuannya, mungkin ia hanya akan remuk oleh pukulan makhluk Monster itu.
Jarak antara satu bintang dan empat bintang sudah tidak bisa ditutupi dengan taktik atau jurus apapun.
"Kamu juga tidak yakin pada kita?" Chen Jingmo tiba-tiba tersenyum, menatapnya.
“Bukan yakin, hanya tidak ada harapan untuk menang.” Ottolia memalingkan kepala perlahan: “Meski salah jika mengalihkan semua tanggung jawab ke kapten, tapi jika kapten masih sadar...”
“Tubuhnya sudah mencapai batas maksimal. Bahkan jika dia sadar, aku tak akan izinkan bertarung lagi.” Chen Jingmo menggeleng pelan dengan senyum: “Mengandalkan orang lain untuk segalanya bukan kebiasaan baik.”
“Maaf, aku tak melihat kemungkinan sukses.” Pandangan Ottolia tertancap pada monster besar seperti raksasa: “Bahkan dengan bantuan jenderal itu, mungkin tetap tak mungkin.”
“Kalau begitu, Ottolia.” Chen Jingmo tiba-tiba menaikkan volume suara: “Apakah kau punya kesadaran akan kematian?”
“Tidak melakukan apa-apa, dan tidak mampu melakukan, itu dua hal berbeda.” Chen Jingmo menatap mata Ottolia dengan serius: “Bahkan jika hasilnya pasti gagal, apakah kau punya kesadaran untuk bertempur?”
Ottolia membuka mulut, tapi tak mengeluarkan sepatah kata pun.
Tiba-tiba dia teringat pertempuran setahun lalu yang hampir membuatnya kehilangan segalanya.
Granat yang tiba-tiba muncul dari kerumunan massa dilempar ke kepala keluarga yang baru saja dilantik - adik laki-lakinya.
Sedangkan Ottolia yang dijebak pembunuh bayaran di kejauhan, tak bisa melakukan apa-apa. Hanya bisa menyaksikan adiknya terluka parah oleh ledakan granat itu, dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit di usia 19 tahun.
Ottolia yang pernah bersumpah kepada ayahnya untuk melindungi adiknya setelah kematiannya dan menjaga warisan keluarga Stuart tidak jatuh ke tangan orang luar, tidak melakukan apapun yang berhasil.
Meskipun fakta memberitahunya bahwa granat akan meledak sebelum dia tiba, sehingga apapun yang dilakukannya telah ditakdirkan.
Hanya pilihan pada detik itu yang membuat Ottolia hingga kini tak bisa memaafkan diri sendiri.
Tidak mampu melakukan, dan sama sekali tidak bertindak, adalah dua hal berbeda!
Dia menyaksikan adiknya terbunuh oleh granat tanpa berbuat apa-apa, karena realitas berkata padanya: "Kau tidak bisa".
Tapi... mengapa tidak dilakukan?
Bahkan upaya terakhir pun tidak diperjuangkan, dia dengan mudah memutuskan benang harapan terakhir sang adik.
Kehilangan satu-satunya keluarga, juga prinsip yang dipegang setengah hidupnya.
Ottolia jatuh dalam keputusasaan, hingga detik terakhir di ranjang kematiannya tak bisa memaafkan diri.
Kini Takdir kembali memberinya satu kesempatan.
Chen Jingmo menatap mata Ottolia: "Ottolia, beri tahu jawabanmu."
Memulai kembali...
Suara bergema dalam hatinya: Inikah kesempatan untuk mengulang segalanya...
Ottolia menahan tangis, gadis yang selalu terlihat kuat menggigit bibirnya, mengeluarkan desahan: "Tolong beri aku kesempatan bertempur..."
“Kali ini……” Dia menggenggam erat pedang di tangannya: “Aku tak akan menyerah lagi……”
Chen Jingmo tersenyum, dengan lembut menggenggam tangan Ottolia, mendekat untuk menatap mata permata miliknya: “Ottolia, atas nama wakil kapten, aku memberikan pengakuanmu sebagai anggota ‘Tim Harapan’.”
“Mengingat tekadmu sudah sekuat ini, itu sungguh kabar baik.”
Wajah putih nan anggun Chen Jingmo perlahan mendekati wajah Ottolia: “Jangan melawan, ini perintah pertama dari wakil kapten.”
Di antara tatapan terkejut Ottolia yang masih basah oleh air mata, dua pasang bibir lembut menyatu, lidah ramping terpental masuk ke rongga mulutnya, menggesek dengan nakal dan menyedot perlahan.
Perasaan linglung yang tiba-tiba membuatnya tak kuasa menutup mata, hingga sensasi seperti terendam air panas menyergap, sentuhan antar bibir tiba-tiba lenyap.
Saat dia membuka mata kembali, Chen Jingmo telah menghilang, namun di kedua tangannya muncul sepasang sarung tinju gelap gulita.
Persis saat kebingungannya, bayangan Chen Jingmo tiba-tiba muncul dalam pikirannya, tersenyum minta maaf: “Maaf ya, keadaan darurat, ini cara terbaik untuk menyesuaikan gelombang jiwa...”
“Ngomong-ngomong, kamu tidak keberatan kan?” Chen Jingmo membuka mata lebar di latar hitam itu, menatapnya.
Ottolia terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara yang tersendat-sendat: "Meski aku mengerti, tapi hubungan antara perempuan dan perempuan semacam ini..."
"Ya, ya." Chen Jingmo mengangguk dengan senyum aneh, memotong pembicaraannya: "Sekarang, bagaimana rasanya? Aku bisa menyesuaikan kapan saja."
Ottolia menunduk dan melihat sarung tinju hitam pekat yang menyelubungi kedua tangannya. Poluri duri perak melingkari telapak tangan, sementara seluruh bagian sarung tinju yang hitam pekat menyebar hingga ke siku, menempel erat di kulit tanpa rasa kedinginan. Ukuran dan sirkulasi udara pun tak ada masalah.
Desain sarung tinju yang aneh ini memiliki tonjolan tebal di bagian buku-buku jari, terlihat memiliki kapasitas melukai yang luar biasa, namun di sisi lain sangat ramping.
Hanya saja...
Tiba-tiba Ottolia merasakan genggaman tangannya menjadi jauh lebih kuat. Genggaman eratnya pada gagang pedang menimbulkan suara halus, seolah dengan sedikit tenaga saja bisa mematahkannya.
Ini adalah salah satu kemampuan dasar Persenjataan Kegelapan - peningkatan kekuatan fisik, sekaligus yang paling praktis.
"Rasanya... cukup baik, tak perlu penyesuaian." Ottolia mengangguk: "Dengan kekuatan seperti ini, bukan tidak mungkin untuk melawan."
Chen Jingmo seolah bisa melihat jelas wajahnya, tiba-tiba tersenyum misterius: "Kekuatan tingkat tiga tak sesederhana itu..."
Persis saat ucapannya habis, Ottolia mendengar suara halus yang berasal dari dalam tubuhnya.
Seperti beban seribu pon yang tiba-tiba menimpa, berat yang belum pernah dirasakan sebelumnya menyelimuti tubuh. Tulang-tulang mengeluarkan suara seperti hendak patah, tubuh yang tak siap tertekuk oleh tekanan berat. Ottolia terengah-engah dengan susah payah: "Ini... ada apa..."
Sarung tinju hitam di kedua tangan mengalami perubahan aneh. Duri perak di telapak tangan mulai menyebar ke segala arah, menjerat dan menutupi seluruh telapak. Dari sarung tinju hitam itu, asap seperti tinta hitam yang menetes ke air mulai menguar perlahan. Tekanan pada tubuh pun perlahan meresap hingga ke sumsum tulang.
"Ini baru permulaan..." Suara Chen Jingmo bergema dalam pikiran: "Mode pembatasan dinonaktifkan, mode peningkatan 20%."
