Sun Wukong mengusap keringat di dahinya: “Aku butuh waktu untuk menerima ini.”
“Baiklah, kita bicara sambil berjalan.” Bai Shuo melanjutkan memimpin jalan: “Hubungan antar Prajurit Samsara bermacam-macam. Sebagian seperti yang kau katakan, saling waspada, saling curiga, bahkan saling strategi. Tapi ada juga yang bersedia berkomunikasi dengan syarat keamanan diri mereka terjamin. Tapi tetap harus siap dengan skenario terburuk - di sini tidak ada yang mustahil.”
“Yang membedakan Prajurit Samsara bukan hanya tim, tapi juga batalyon yang lebih besar, aliran, bahkan klasifikasi.”
Ini adalah intelijen yang diperoleh Bai Shuo setelah mencocokkan data yang dikumpulkannya dengan catatan Chang Xu.
"Tidak lama sebelumnya, tim inti dari sisi teknologi dan sisi kekuatan yaitu 'Paradoks' dan 'Dewa Perang' terlibat dalam pertarungan kelompok level tertinggi. Jangkauannya mencakup puluhan dunia, perang antar ratusan tim kecil. Dalam perang itulah cikal bakal Tim Harapan, kelompok peternakan 'Diam' dihancurkan total. Kalau tidak, kita semua sekarang akan menjadi babi ternak anggota senior."
"Kapten... ceritakan padaku sejarah Tim Harapan dulu."
Sun Wukong terus berpikir dalam diam, tiba-tiba mengajukan pertanyaan.
"Tidak banyak yang perlu diceritakan, sebagian besar ada di buku harian ini, peninggalan anggota senior bernama Chang Xu." Bai Shuo mengeluarkan buku catatan dari ruang angkasa, memberikannya padanya: "Bisa dibaca setelah kembali, beberapa data cukup berguna."
"Chang Xu? Yang kalian sebut..."
"Orang baik palsu." Bai Shuo menyelesaikan kalimatnya; "Tapi, benar-benar sosok yang luar biasa."
"Hmm?"
"Saat pertarungan kelompok tertinggi, Tim Diam terseret dalam pertempuran tujuh kelompok. Peternak senior dibunuh oleh tim bawahan 'Dewa Perang', hanya menyisakan beberapa pemula dengan poin negatif. Secara logika seharusnya berakibat fatal. Tapi Chang Xu justru mengumpulkan semua pemula, termasuk dari kelompok yang hancur lainnya. Dengan delapan kotak peluru dan beberapa alat tingkat D, bertahan bersama pasukan Sparta di Thermopylae selama tiga hari, menyelesaikan misi utama yang hampir mustahil."
“Hanya dengan membayangkannya saja sudah tak terbayangkan, Chang Xu benar-benar pria yang luar biasa. Hanya dengan berteriak: 'Ingin tetap hidup?!' dia bisa menyatukan semua orang yang tak berdaya.”
Bai Shuo menghela napas: "Enam belas pemula dari lima tim berbeda yang seharusnya mati bersatu, hampir setengah tewas, tapi sisanya selamat."
“Tak terbayangkan...” Sun Wukong mengusap kepalanya yang mulai sakit.
“Iya, tahu julukan Chang Xu? Orang baik palsu, Prajurit Samsara paling tidak berbahaya...” Bai Shuo tertawa: “Prajurit tingkat rendah paling terkenal, di mana pun, orang baik palsu yang tidak berbahaya, semua orang menyukainya.”
Tiba-tiba teringat tangisan putus asa pria itu sebelum mati, Bai Shuo menggeleng: “Sudah, pikirkan sendiri perlahan-lahan.”
“Memang, benar-benar luar biasa.” Sun Wukong menatap ke atas melihat bola cahaya putih yang seolah abadi: “Apa sebenarnya yang diinginkan benda itu?”
“Siapa yang tahu? Mungkin para Prajurit Samsara bintang sembilan tahu, atau baru akan tahu setelah melampaui bintang sembilan. Tapi suatu hari nanti,” Bai Shuo menoleh: “Kita akan tahu sampai sedetail-detailnya.”
“Omong-omong, sekarang kita mau melakukan apa?” Sun Wukong kebingungan melihat sekeliling.
“Mereka telah memasuki area sisi kekuatan yang sepenuhnya berbeda dari sisi sains, sementara Bai Shuo berjalan perlahan di depan kios, terus membungkuk untuk mengobservasi barang-barang aneh di atas kios itu.”
“Suplai kekurangan.” Bai Shuo berkata padanya: “Menyuplai beberapa kekurangan dalam pertempuran.”
“Kekurangan?” Sun Wukong bertanya penuh minat: “Kapten juga punya kekurangan?”
“Kenapa, banyak tanya, mau memberontak?” Bai Shuo bercanda: “Aku tentu punya, sampai sekarang masih terjebak di puncak tingkat tiga bintang, itu kekurangan terbesarku.”
“Antara tingkat tiga bintang dan empat bintang, sebenarnya terhambat oleh apa...” Bai Shuo memegang dagu bergumam: “Apa yang membuat dewa utama menganggap kekuatanku memiliki cacat? Kelemahan yang tidak kuketahui...”
“Bagaimanapun, menurutku sudah sangat kuat.” Sun Wukong yang sedang tidak ada kerjaan mengeluarkan ember keluarga sisa semalam dari ruang angkasanya dan terus mengunyah, bergumam dengan mulut penuh.
“Terlalu mahal, katanya! Tiga gulungan Necromancy sama sekali tidak sebanding dengan satu plot A-level ditambah tiga rune tingkat Perak!”
Suara pertengkaran terdengar dari kios tak jauh, itu suara dan kebiasaan bicara yang familiar bagi Bai Shuo. Jika tidak salah ingat, itu Index si Prajurit Samsara sisi magis yang pernah sangat membantunya?
Di wilayah tak jauh, remaja tersebut dengan pipi mengembang menahan meja dengan kedua telapak tangan, memandang penjual di balik meja: "Dan aku sama sekali tidak mau yang ilusi ini! Penjualan terikat seperti ini, paling dibenci!"
“Oh.” Wanita muda yang berjualan itu duduk di kursi, dengan tenang memegang pisau besar ber-siluet ekstrim sambil memotong kuku, terlihat sama sekali tidak peduli pada reaksi Indix: "Tidak bisa ditawar lagi. Jika deal, plot A-level plus tiga rune tingkat Perak boleh dibawa, kalau tidak silakan pergi!"
“Hmm...” Remaja tersebut mengembungkan pipi, memandangnya dengan ketidakrelaan salu mengeluarkan suara menggeretak gigi yang menyeramkan.
Tiba-tiba ada suara di samping Bai Shuo: "Lama tak berjumpa, sepertimu semakin kuat ya."
Suara tak terduga itu seolah muncul dari kekosongan udara. Keberadaan si pembicara tidak terdeteksi oleh persepsi Bai Shuo, namun tubuhnya sudah berada di sebelahnya.
Rekan satu tim Indix, pria yang selalu dipanggil "Si Rambut Rumput Laut" oleh Indix. Meski Bai Shuo tidak tahu namanya, tak diragukan lagi ini adalah petarung yang jauh melebihinya.
Tak disangka, dia masih ingat Bai Shuo.
Setelah tertegun sejenak, Bai Shuo teringat pemilik suara itu lalu tersenyum mengulurkan tangan: "Benar, lama tak berjumpa..."
“Sendirian?”
“Beli barang bareng tim. Tak kusangka bisa ketemu kenalan.” Bai Shuo menunjuk Sun Wukong: “Tapi, belum sempat tanya nama.”
"Hmm, bukankah aku sudah bilang?" Pria kekar berambut hijau tua tertegun sejenak lalu menyebutkan namanya.
"Margaku Matou," katanya sambil mengucapkan nama lengkapnya.
"Matou Shinji."
"Puuut... Hmm, hmm, hmm..."
Bai Shuo tidak bereaksi, namun Sun Wukong di sampingnya memuntahkan nugget ayam hingga sisa makanan nyaris tersangkut di tenggorokannya. Dengan batuk keras ia bertanya tak percaya: "Matou Shinji yang mana?!"
Sikap tidak sopan Sun Wukong tidak membuat lawan bicaranya marah. Malah ia menunjukkan ekspresi pasrah yang sepertinya sudah biasa melihat reaksi semacam ini: "Yang sedang kamu tebak itu."
"Maaf, maaf, aku kehilangan kontrol." Sun Wukong mengusap mulutnya sambil tanpa alasan jelas bergeser ke belakang Bai Shuo.
"Ada apa?" Bai Shuo bertanya bingung pada Sun Wukong.
"Tidak, hmm, tidak ada." Sun Wukong membersihkan sisa makanan di wajahnya. "Tersedak tadi."
"Tidak mau mengobrol?" Matou Shinji secara tak biasa mengajak bicara.
Mengingat mereka bertemu dengan kenalan - setidaknya harus menyapa, Indeks pernah sangat membantu Bai Shuo sebelumnya. Kebetulan bertemu, Bai Shuo ingin mencari kesempatan untuk berkonsultasi tentang beberapa kesulitan dalam latihan spiritualnya.
Sekalian melihat apakah bisa menemukan kelemahan dirinya.
"Indeks, ketemu lagi." Bai Shuo berdiri di belakangnya dan bersuara, membuatnya kaget. Setelah menoleh dan melihat Bai Shuo, ia mengangguk lega: "Illidan!"
“Aku bukan Illidan!” Bai Shuo menutupi wajahnya dengan putus asa: “Seberapa besar keteguhanmu pada Illidan ini?”
“Bukan Illidan? Sihir untuk mengubah elf menjadi iblis itu sangat langka, apalagi...” Begitu menyentuh bidang keahliannya, Indix lupa situasi sekitarnya, menyandarkan tangan di pinggang sambil mengucapkan istilah-istilah yang tidak dimengerti Bai Shuo.
