Pria selingkuh, paling paling paling... menjengkelkan!
Chen Jingmo tengkurap di kasur, berguling-guling liar seperti kucing liar di musim semi, mencakar sprei sambil mengeluarkan suara kesal dan frustasi.
Setelah merebut ciuman pertamaku, malah memeluk Ottolia di tempat umum...
"Bajingan!" Chen Jingmo melempar bantal dengan ekspresi wajah muram: "Pria itu semua lobak playboy! Lihat cantik langsung lupa daratan! Matilah! Matilah! Matilah!..."
Setelah menghabiskan stamina pada bantal malang itu, Chen Jingmo merintih lemah di atas kapas.
"Hiks... Aku sudah kasih kesempatan penjelasan! Masih tidak datang... Jangan-jangan kau benar-benar selingkuh... Aku bisa menjadi Hitam lho..."
"Sepertinya dia memikirkan sesuatu," senyumnya memancarkan aura hitam, jarinya meraih bantal di sebelahnya. Dalam suara sobekan kain, jari putih dan halus itu seperti pisau tajam membelah bantal. Kapas putih berhamburan seperti organ tubuh yang hancur dari bantal yang sudah ribuan lubang.
Niat membunuh yang samar-samar membuat suhu ruangan turun drastis. Bai Shuo yang berada di pasar transaksi pun merasakan perutnya agak dingin.
"Perutku sakit karena makan sembarangan?" Gumannya sambil mengusap perut, terus berjalan.
Membeli Hadiah untuk dibawa pulang, menjelaskan dengan baik... Pasti Jingmo akan mengerti... Ya... Mungkin...
Bai Shuo berpikir dengan pasrah.
※※※
Bel pintu berbunyi enam belas menit setelah Bai Shuo pergi. Chen Jingmo melompat dari tempat tidur seperti tersengat listrik, mengintip melalui lubang pengintip untuk melihat situasi di luar.
Bai Shuo dengan dagu sedikit bengkak hijau kebiruan berdiri di luar, seperti memeluk sesuatu, menunggu dengan wajah gelisah.
Akhirnya datang juga? Senyum tak disadari muncul di wajah Chen Jingmo. Tangannya meraih gagang pintu, tapi membeku di tempat saat melihat kapas yang menempel di lengannya.
Dalam bayangan cermin ruangan, terlihat seorang gadis berambut acak-acakan penuh kapas dan pakaian tidak rapi berdiri di depan pintu - pemandangan yang sangat berantakan.
Astaga... penampilanku jelek sekali...
Maka dimulailah proses merapikan yang rumit dan melelahkan. Chen Jingmo seperti boneka yang diputar pegas, dengan cepat merapikan penampilannya. Rambut yang awalnya berantakan disisir rapi, lalu ia berganti pakaian baru.
Seperti yang diketahui umum, waktu yang dibutuhkan perempuan untuk berdandan dan berganti pakaian selalu terasa sangat lama...
Persis ketika Bai Shuo mulai khawatir terjadi sesuatu pada Chen Jingmo dan tak sabar ingin menendang pintu, daun pintu yang terkunci itu terbuka sedikit. Dari celah itu terlihat ekspresi wajah Jingmo yang canggung.
"Ada apa? Aku tidak mau dengar permintaan maaf..." Ucapannya terhenti di tengah jalan saat melihat benda yang digendong Bai Shuo.
"Kamu..." Wajahnya berubah gelap: "Mau apa datang ke sini sambil menggendong boneka seks?"
Di pelukan Bai Shuo, benda yang digendongnya itu...
...adalah boneka seks berukuran manusia dewasa dengan wajah ayu, kulit putih porselen, dan tampak sangat memesona.
Entah dilengkapi fitur suara manusia, getaran pijat, atau pemanas otomatis, yang jelas benda dalam pelukan Bai Shuo saat ini memang tak lain adalah boneka seks.
Perlahan Chen Jingmo membuka pintu lebar-lebar. Urat di dahinya berdenyut-denyut. Kepala yang tertunduk membuat Bai Shuo tak bisa melihat ekspresi wajahnya.
"Kamu datang ke sini cuma ingin pamer boneka seks barumu?"
Bai Shuo langsung menyadari situasi genting ini. Cepat-cepat ia berkata: "Jingmo, aku..."
“Matilah kau!” Chen Jingmo mengeluarkan suara yang membuat Bai Shuo merinding, kepalan besi menghantam hingga Bai Shuo terlempar lagi. Serangan total kali ini membuatnya melayang puluhan meter sebelum jatuh ke tanah.
Meski demikian, Bai Shuo tetap protektif melindungi boneka tiup dalam pelukannya dari kerusakan. Dengan susah payah ia merintih: “Dengarkan dulu penjelasanku...”
“Dengar kamu menghinaku?!” Chen Jingmo menggeretak gigi di sampingnya: “Mau mati lebih cepat?”
Kepalan besi kembali menghunjam, kali ini untuk membuat Bai Shuo mengingat konsekuensi melukai hati gadis polos.
Pada saat-saat terakhir, suara Bai Shuo terdengar: “Ini hadiah untukmu!”
Kepalan terhenti. Chen Jingmo menatap kosong: “Apa?”
Bai Shuo terengah-engah mengangkat boneka di pelukannya yang mirip manusia asli sebagai perisai: “Ini... untukmu?”
“Aku?” Chen Jingmo mundur selangkah, memandang tak percaya pada sosok ayu tanpa jejak aura kehidupan itu.
“Iya, cocok banget sama kamu.” Bai Shuo mengangguk wajar.
Chen Jingmo teringat kejadian dengan Ottolia, wajahnya memerah sambil geleng-geleng: “Nggak, aku... meski pernah sama Ottolia... aku bukan lesbian...”
Bai Shuo mengintip dari belakang boneka dengan wajah bingung, menatap Chen Jingmo: “Ada apa denganmu dan Ottolia?”
Chen Jingmo tak pernah bercerita tentang hubungan antara dua gadis demi menyesuaikan gelombang jiwa Ottolia, dan Bai Shuo pun tak mengetahuinya.
“Ti-Tidak, tidak ada.” Chen Jingmo menggelengkan kepala dengan wajah memerah, sambil menggigit bibir untuk menyembunyikan perasaannya: “Lagipula, untuk apa kau memberiku boneka tiup?!”
Bai Shuo bangkit dari lantai, memeluk boneka ramping nan indah di dadanya: “Ini bukan boneka tiup biasa...”
Mendengar kata ‘boneka tiup’, ekspresi Chen Jingmo kembali gelap, sambil mengepal tangan: “Apa ada fungsi ‘advanced’ lain? Harus kau jelaskan secara detail kepadaku?”
“Salah ucap, oke? Dengarkan dulu!” Bai Shuo menghela napas dan menyela: “Pahamilah dulu ini apa!”
“Boneka humanoid portabel tipe jarak dekat. Rangka dari logam memori kekerasan tinggi, ototnya terbuat dari serat magis, senapan runduk berat pun tak bisa menembusnya. Tak ada organ pencernaan atau sistem lainnya.” Bai Shuo menunjuk boneka di tangannya: “Jangan lihat bentuknya ringan, sebenarnya sangat berat.”
“Pedagang perempuan berkuncir merah berkacamata itu berkata, ini digunakan untuk Prajurit Samsara tipe jarak jauh tingkat rendah yang terjebak dalam jarak dekat guna mengulur waktu. Setelah dipasang mikrokomputer atau mantra lainnya, bisa memiliki kekuatan tempur tingkat satu bintang. Ada juga komponen peningkat yang dijual paket, tapi karena kurang berguna, aku tidak membelinya.”
“Tapi untuk kerja sama tim denganmu, seharusnya cukup.” Bai Shuo mengangkat boneka kecil itu: “Saat sendirian, meski bisa Pertempangan, pasti merepotkan kan? Aku beli ini.”
Chen Jingmo memandang wajah Bai Shuo dengan ragu-ragu, menerima boneka berat nan mungil itu: “Benarkah?”
“Tentu benar. Apa aku terlihat seperti penggemar boneka tiup?” Bai Shuo menghela napas: “Malangnya harus menerima hukuman... Sungguh memprihatinkan.”
“Hmph, pantas.” Chen Jingmo memeluk boneka jarak dekat setinggi badannya, melirik Bai Shuo dari sudut mata sebelum akhirnya berlari kecil memberinya salep tebal.
“Kumaafkan kali ini.” Chen Jingmo memalingkan wajah, berbisik pelan.
Bai Shuo tiba-tiba ingin mengikat dua kuncir rambutnya. Ia mundur dua langkah: “Tidak mau mencoba? Setidaknya uji dong?”
"En, benar juga." Chen Jingmo mengangguk, kedua tangannya mencengkeram telapak boneka bentuk manusia, tubuhnya memancarkan cahaya redup. Setelah cahaya sirna, di telapak boneka humanoid itu muncul sepasang sarung tinju hitam yang aneh.
Bentuk pertama Persenjataan Kegelapan adalah dengan memperkuat tubuh sang perajin melalui gelombang jiwa, serat otot yang mirip struktur manusia juga mulai bergerak perlahan di bawah gelombang jiwa Chen Jingmo.
Dalam pandangan Bai Shuo, boneka bergadis muda yang cantik dan mungil itu secara aneh memutar lehernya sebentar, lalu melangkah maju satu langkah, dan...
Jatuh tersungkur.
"Aduh... kesalahan, kesalahan..." Chen Jingmo mengeluarkan suara canggung.
Bai Shuo segera bergegas membantu mengangkat boneka itu sambil menyipitkan mata: "Sepertinya masih kurang sesuatu... Koordinasinya terlalu buruk."
"Oh iya! Ada ini!" Bai Shuo mengeluarkan kartu rune hitam dari ruang angkasa gelangnya.
Darah Perdana.
Kartu Rune Perunggu yang mampu mengubah kekuatan Prajurit Samsara menjadi darah segar, rune yang awalnya ditujukan untuk transfusi darurat ini dikeluarkan oleh Bai Shuo.
Dia memegang kartu rune itu, berputar perlahan mengelilingi boneka yang ditempati Chen Jingmo.
"Kamu sedang apa?" Chen Jingmo bertanya dengan nada agak malu.
“Tidak, tidak apa-apa.” Bai Shuo berhenti di belakangnya, lalu membuka pakaian boneka itu. Kulit putih salju pun terlihat.
"Eh... Apa yang kau lakukan..." Chen Jingmo kaget, merasakan telapak tangan Bai Shuo mengelus kulit boneka. Panas dari telapak tangan itu terdeteksi oleh panjang gelombang jiwanya, membuatnya gelisah.
Telapak tangan hangat itu terus menjelajahi kulit boneka, mengabaikan suara Chen Jingmo. Bai Shuo dengan cermat memeriksa kesehatan boneka.
