Di langit muram yang terasa hendak runtuh, awan hitam tiba-tiba meledakkan celah raksasa. Di tengah hujan deras, semburat sinar matahari samar terlihat, sehelai pita merah menyala seperti api perlahan menampakkan ujungnya dari balik lapisan awan.
Itu adalah Hun Tian Ling yang mampu mengacaukan samudera dengan sekali kibasan...
Bersamaan dengan itu, sinar keemasan menusuk awan hitam bagikan jarum, disusul auman kepedihan yang mendalam dari dalam awan, seolah-olah ditimpa gunung raksasa. Tubuh besar Naga Hitam nyaris terjatuh dari lapisan awan.
Setelah mencapai puncak pengaktifannya, gerakan-gerakannya mampu memutar langit-bumi - itulah Qian Kun Quan.
Naga Hitam yang enggan menyerah kembali mengaum, mendung di langit menyatu kembali. Rintikan hujan tak terhingga berubah menjadi senjata yang menyerbu anak yang tegak berdiri di tengah awan hitam. Hujan deras yang berat terhalang oleh pita merah api, menguap seluruhnya menjadi uap air.
Kain sutra merah yang membungkus Nezha berdenyut seperti jantung, membengkak. Cahaya yang lebih panas dari api dan lebih merah darah menyebar, langit hitam tercabik oleh sorotan api. Hitam dan merah bergumul di langit. Hingga akhirnya, awan hitam yang memenuhi langit muncul retakan melintang yang tak tersembuhkan.
Keunggulan wilayah Naga Hitam telah sepenuhnya diatasi. Selanjutnya, hanya ada pukulan sepihak.
Kucing kecil di tangan Ottolia tiba-tiba melompat dari telapak tangannya, mendarat di tepi tempat tidur, lalu mengeluarkan suara "meong" ke arah Chen Jingmo.
Jiwa putih murni dari pil Yihun Wan masih mengingat perintah Chen Jingmo.
Chen Jingmo tersenyum, mengeluarkan kapsul besi kecil dari ruang angkasa, lalu memasukkannya ke mulut kucing itu.
Dengan menggigit kapsul, kucing lucu nan menggemaskan itu melambaikan cakar kecilnya ke Chen Jingmo, lalu berbalik dan melompat keluar kamar.
Di tengah hampa, kucing kecil itu mengayunkan keempat anggota tubuh pendeknya. Kemudian perangkat luncur yang tertanam sejak pembuatan terbuka. Tubuhnya memang dirancang sebagai senjata bionik untuk deteksi jarak jauh, fungsi ini telah terintegrasi.
Xiao Bai yang berubah menjadi kucing terbang mengaktifkan mesin jet mini di keempat cakarnya. Daya dorong besar mendorong si kucing melesat di ketinggian rendah menuju perairan itu dengan gaya terbang.
Mesin yang berputar hingga puncak secara gila-gilaan mengkonsumsi energi baterai dalam tubuh, hanya dalam dua menit telah membakar setengah dari kapasitas daya. Jumlah yang cukup untuk menggerakkan truk pengisian daya sejauh 500 kilometer.
Konsumsi energi dahsyat menghasilkan kecepatan yang mencapai batas ekstrim. Kucing kuning kecil melukis garis lengkung redup dalam kegelapan, tiba di perairan asing itu dan terjatuh ke laut.
Menyimpan parasut luncur dan mesin di keempat anggota tubuh, kucing kecil berenang lincah di lautan. Keunggulan tidak membutuhkan udara memungkinkannya menyamar di bawah laut.
Menunggu dengan tenang.
Pertempangan di langit masih berlanjut, tapi bisa dikatakan sebagai pembantaian sepihak.
Naga Hitam yang mengaum terbelit menjadi bentuk pretzel oleh selendang merah menyala. Nezha yang memegang Cincin Qiankun terus mengayunkan lengannya. Cincin seberat gunung itu berulang kali menghantam kepala naga, meninggalkan luka besar di tubuhnya. Darah naga kental meresap selendang merah, menetes dari udara.
Di lautan yang tenang tiba-tiba muncul lapisan membran biru tua luas mengambang di permukaan laut. Benda lebih tipis dari kertas ini - membran pengambil air - mustahil ada di era ini.
Kapsul portabel pengumpul air yang awalnya dirancang untuk mengumpulkan embun udara di daerah kering, namun bagi Prajurit Samsara dianggap kurang praktis karena terlalu banyak cara lain untuk mendapatkan air minum.
Hanya Chen Jingmo yang suka mengobrak-abrik berbagai barang kecil di daftar penukaran dewa utama yang memperhatikan mainan kecil tak berguna ini.
Awalnya dibeli karena pertimbangan antisipasi atau tertarik dengan harga satu digit, ketika disusutkan hanya sebesar jari, Chen Jingmo asal membeli dan melemparnya ke sudut paling pinggir ruang angkasanya, tak menyangka bisa berguna di saat seperti ini.
Melalui pengamatan teropong, tetesan darah naga jatuh dari langit ke membran penampung air, membuat senyuman di wajah Chen Jingmo semakin lebar. Gadis polos ini menghitung jari sambil bergumam: "Kaya... Kaya... Darah makhluk tingkat enam bintang saja sudah bisa dijual mahal di pasar transaksi, tidak sia-sia datang kesini..."
Sesekali tetesan darah naga jatuh ke air laut, ekspresi wajah Chen Jingmo langsung gemetar. Ia merasa sakit hati - itu semua adalah poin hadiah yang terbuang.
Darah naga yang kental direkatkan oleh material khusus, tidak mengalir atau menyebar, perlahan mengotori sebagian besar membran penampung air seluas 200 meter persegi dengan warna merah. Dikonversi jumlahnya setara dengan lebih dari setengah ember, volume ini membuat Chen Jingmo tersenyum bagai bunga, menghitung jari-jarinya berapa poin hadiah yang bisa didapat.
Sampai Ottolia menarik tangannya dan berseru lebih keras: "Cepat panggil Xiao Bai kembali..."
Setelah mengalami penguatan Magic Bladder, persepsi Ottolia terhadap kekuatan nyawa semakin tajam. Dalam persepsinya, ada sesuatu yang mengerikan dan kuat akan lolos ke dunia ini!
Tanpa ragu-ragu, Chen Jingmo memberi perintah melalui komunikasi radio. Membran kulit besar di bawah kendali Cakar Kucing dengan cepat menyusut, membungkus darah naga sambil terus melakukan kompresi volume, akhirnya berubah kembali menjadi kapsul kecil.
Kucing kecil kuning kembali menggigit kapsul, keempat anggota tubuhnya berakselerasi. Setelah membuka sayap luncur, ia melesat di atas permukaan laut menuju tepi pantai.
Pada saat Xiao Bai menginjakkan kaki di tepi pantai, naga hitam pekat yang jauh lebih besar dari naga di langit muncul dari samudra dalam, mengintai dengan amarah di kedalaman laut sambil memandangi Nezha yang terus melancarkan serangan di angkasa. Putranya jatuh lemah dari langit ke laut, sisik naganya yang hitam sudah tidak lengkap, tubuhnya hancur berdarah-daging, sementara urat naga terpenting telah dicabut.
Ayah yang murka ingin menerjang ke langit untuk menyobek-nyobek manusia berani yang melukai keluarga sedarahnya menjadi remukan, tapi ia tak berani.
Di belakang Nezha masih ada bayangan yang lebih mengerikan, Taiyi...
Raja Naga yang sudah terbiasa menjilat dan berlutut di istana surgawi telah kehilangan darah mendidihnya. Terlalu banyak pertimbangan yang harus dipikirkan - seluruh klan naga besar harus ia selamatkan dengan menunduk pada istana surgawi.
Ia tak bisa bertindak gegabah, bahkan jika yang terbunuh adalah dirinya sendiri!
Di samudra dalam yang tak terlihat air mata mengalir, naga hitam raksasa menggesekkan tubuhnya dengan sedih pada anaknya, terisak-isak sambil menggulung anaknya yang tak sadarkan diri menyelam ke laut dalam.
Lambat laun... pasti akan datang hari... kau akan kubuat membayar harganya! Demi nama ku sebagai ayah!
Ini adalah sumpah yang terukir dalam darah hati setelah keputusasaan dan kemarahannya.
Anak di angkasa merasakan permusuhan dari laut dalam, tersenyum sinis sambil menyimpan barang rampasan perangnya lalu pulang.
"Dia ingin membuat sabuk dari urat naga untuk ayahnya, mungkin dengan begitu ayahnya tidak akan marah padanya lagi?"
"Bukankah kakak berambut emas itu berkata orangtua paling menyukai hadiah dari anak? Kesempatan baik ini datang sendiri, dia harus membuat ayahnya bahagia."
"Anak yang polos itu terbang menuju Benteng Chentang yang masih diselimuti misteri, sementara sirnanya badai saat ini hanyalah pertanda datangnya badai yang lebih ganas."
"Pada detik itu, takdirnya berbelok ke jalur yang telah ditakdirkan, tak bisa diubah lagi."
"Chen Jingmo menghela napas lega. Jika naga tua itu mendeteksi keberadaan Xiao Bai tadi, pastilah sang naga putih akan dicincang seketika oleh amarah Raja Naga."
"Tapi sekarang, dia bersorak girang sambil memerintahkan Xiao Bai kembali ke medan perang untuk terus mengumpulkan barang rampasan."
"Sisik naga. Sarang naga, daging naga... Semuanya barang bagus!"
"Gadis yang bersemangat itu memeluk Ottolia dengan kurang sopan sambil bernyanyi:"
"Hari ini hari yang indah~"
※※※
"...Semua keinginan terkabul~"
"Nada serak dan melengking yang penuh kegembiraan yang mengerikan perlahan menyebar di Kediaman Yuanwai. Liang Gongzheng melangkahi mayat-mayat sambil menyanyikan lagu sumbang, menuju kamar satu-satunya yang masih ada manusia hidup."
"Mayat-mayat budak jahat yang bergelimpangan akhirnya menelan karma bertahun-tahun di tangan Liang Gongzheng yang tidak bisa disebut adil."
"Tapi masih ada... masih ada satu orang yang belum mati."
Liang Gongzheng menggaruk-garuk rambutnya yang acak-acakan sambil berjalan di halaman, hampir tersandung mayat, berteriak keras: "Ada orang di sini? Aku mengantar pesanan makanan~"
"Yuánwài, bentomu sudah sampai~ Makanlah selagi hangat~"
Liang Gongzheng tersenyum dingin, telapak tangannya menyapu jendela-jendela sambil bersuara serak; "Di mana ya? Sayang kelinci kecil~ Buka pintunya~"
Yuánwài gemuk bersembunyi di belakang pintu, gemetar duduk di lantai, berusaha menutupi bibirnya. Hanya dari celah jendela yang diintipnya, pemandangan itu hampir membuatnya hancur mental.
Para hamba mengamuk sambil mencakar tubuh mereka sendiri meninggalkan bekas darah, terus menerus sampai akhirnya mencongkel mata atau membelah perut, mengeluarkan organ dalam, lalu mati.
Seolah ada monster mengerikan tak kasat mata yang melakukan Penyerapan nyawa-nyawa, merah menyemburat memenuhi udara, bagaikan neraka.
Sang pembawa kematian itu menyanyikan lagu sumbang sambil mengetuk-ngetuk pintu satu persatu, mencari jejak manusia hidup.
Ia bergumamkan doa ke segala dewa yang terpikir, berharap bisa selamat, berharap monster itu cepat pergi.
Bunyi pukulan keras di kusen pintu bergema.
“Di sini? Tidak ada…” Liang Gongzheng hanya melihat sekilas lalu keluar dengan kecewa, situasi ini membuat Yuanwai yang bersembunyi di balik pintu hampir menangis bahagia.
Akhirnya bisa selamat! Bagus! Bagus sekali!
Ia menghela nafas lega, mengangkat kepala dan mengusap keringat dinginnya, tapi tiba-tiba melihat wajah penuh darah tersenyum muncul dalam pandangannya.
“Wah!” Teriak Liang Gongzheng seperti sedang iseng, namun jeritan panik Yuanwai yang mentalnya hancur justru lebih keras darinya.
“Anak baik~ Katakan padaku~” Liang Gongzheng membelai kepala Yuanwai yang terjatuh: “Ma Liang di mana?”
