Kilau keemasan samar menghalang di depan Chen Jingmo, bagaikan roda raksasa yang berputar perlahan. Dingin menusuk dan kilat dalam awan hitam tercerai-berai oleh putaran roda, akhirnya meledak menjadi embun perak dan percikan listrik yang meninggalkan luka besar di permukaan Bumi.
"Tampaknya di saat genting, aku tetap harus turun tangan." Bai Shuo dengan lembut menidurkan Chen Jingmo, membersihkan debu dan darah di wajahnya: "Kau rawat dulu Ottolia, aku yang akan menyelesaikan ini."
“Kau, kau, kau... kau...” Chen Jingmo menggenggam tangan Bai Shuo, gagap bertanya: “Bagaimana kau bisa lolos?”
Bai Shuo berpikir sejenak, lalu merapikan rambutnya yang agak kacau: “Situasi mencurigakan, aku minta bantuan tokoh hebat untuk membuka portal teleportasi.”
“Ada beberapa hal ingin kubicarakan, tapi bukan sekarang.”
Bai Shuo berbalik memandang Caiyun yang tinggi di atas ular awan, berkata pada Chen Jingmo di belakang garis: “Tunggu sebentar.”
※※※
Beberapa menit sebelumnya, di tebing Laut Timur, siluet cahaya di udara bertanya: “Layakkah? Masuk lagi berarti menghadapi niat membunuh.”
Bai Shuo perlahan bangkit sambil tersenyum: “Harus kulakukan, meski harus mengorbankan segalanya.”
Ia waspada memandang siluet misterius di langit: “Bodhisattva mau menghalangiku?”
Siluet kabur itu tersenyum samar: “Tak ada karma antara kita, kenapa harus kuhalangi?”
“Kedatanganku hanya untuk menunjukkan jalan terang...”
Seperti server game yang tiba kedatangan akun tak terdaftar yang membersihkan monster atau mengganggu plot, maka GM pun turun tangan.
Berbeda dengan algoritma biner sederhana, karma di dunia kacau ini terlalu kompleks. Menghapus akun adalah opsi terakhir dengan risiko konsekuensi tak terduga. Dewa pun tak bisa memprediksi perubahan yang tiba muncul dari evolusi dunia.
Maka, ganti metode lain agar variabel tidak jatuh ke dalamnya, baik untukmu, baik untukku, baik untuk semua - ini benar-benar baik.
Maka Bai Shuo harus diam setelah menarik diri, jangan terus mengacaukan takdir surgawi. Kalau tidak, di bawah keterkaitan karma, plot yang hancur akan mengubur Bai Shuo dan kawan-kawan.
Karena itu pantas disebut Bodhisattva yang sibuk mengurus negara, beliau mengeluarkan kekuatan ilahi untuk menuntun Bai Shuo. Tapi sekarang, cara ini mungkin gagal.
Kalau begitu, ganti metode lain saja.
"Pergi selesaikan Takdir Surgawimu."
Siluet cahaya di langit tiba-tiba bersabda: "Karena Takdir tidak mengizinkanmu menarik diri, selesaikanlah misi surgawimu."
"Sebab dan akibat harus seimbang. Karena telah mengacaukan takdir, selesaikan misi hakikimu untuk mengembalikan perubahan yang menyimpang ke posisi semula."
Takdir Surgawi...
Sejak awal muncul, dewa besar ini terus menyebut istilah ini. Menurut pemahaman Bai Shuo, Takdir Prajurit Samsara adalah tugas dari dewa utama. Secara logika, seharusnya dia masuk dunia ini tanpa misi...
Maka Takdir pribadinya adalah...
Keluarga Labu yang sudah dia lupakan!
Kilatan inspirasi muncul di otak Bai Shuo, matanya membelalak: "Begitu rupanya, aku mengerti!"
Siluet cahaya di langit tersenyum, tangan yang selama ini menyatu di depan dada akhirnya melepaskan segel, menunjuk lembut ke Bai Shuo: "Sudah paham? Kebetulan searah, pergilah sekarang..."
Di antara jari-jari, seolah surga-bumi terbalik, waktu mengalir deras. Bai Shuo hanya merasakan lamunan sesaat, dalam ilusi kacau yang tak terkendali, tubuhnya mundur tiga langkah. Saat membuka mata kembali, tubuhnya telah berada di angkasa.
Di bawah tubuhnya, ular raksasa dari kabut tebal menjulurkan lidah bercabang, memancarkan hawa dingin tak tertandingi. Pembalas dendam yang murka hampir berhasil membalaskan dendam, melancarkan serangan mematikan terakhir pada gadis yang terikat dalam jaringan.
Saat ini, Pahlawan Super turun dari langit!
※※※
Setelah Bai Shuo menghilang dari tempatnya, siluet yang terbentuk dari kekuatan ilahi itu tidak pergi, melainkan menoleh ke kejauhan.
Pandangannya menembus lapisan awan dan gunung, debu dan badai, meliputi seluruh Benua Dong Sheng Shen Zhou dalam penglihatannya.
Beberapa saat kemudian, ia menarik kembali telapak tangan, menyusun mudra di depan dada, bergumam: "Meski kesempatan kurang, tapi hati asali kokoh, cukup tegas. Setelah pencerahan ini, jika tidak mati, seberapa jauh bisa mencapainya?"
Seembusan angin sepoi-sepoi kemudian, di tebing tak tersisa siluet cahaya apa pun.
※※※
Dalam tidur pulasnya, Ottolia mendengar dentuman Boom yang bertubi-tubi. Dengan susah payah ia membuka mata, melihat Chen Jingmo yang sedang merawat lukanya di sampingnya.
Ia berusaha membuka bibir, namun hanya suara serak yang keluar.
"Jangan bicara." Chen Jingmo perlahan menyangga tubuh bagian atasnya, mengeluarkan salah satu hadiah misi yang diperoleh Bai Shuo dari tugas sebelumnya dari ruang angkasa.
"Salep Hua Tuo", hadiah tugas yang diperoleh Bai Shuo setelah membantai Wang Hu. Awalnya terlihat tidak berguna, namun tak disangka setelah kembali ke Ruang Dewa Utama dan melalui identifikasi dewa utama, ternyata ini adalah ramuan penyembuh luka yang cukup langka.
Mengusir status negatif, mencegah memburuknya luka, serta memiliki fungsi pemulihan stamina dan luka secara bertahap, bertahan selama tiga jam.
Meski pemulihannya tidak sebaik obat-obatan mahal, namun saat ini ini adalah ramuan perpanjang nyawa perang dengan rasio harga-kinerja terbaik.
"Di sana..." Tatapan Ottolia tertuju ke arah dalam hutan lebat tempat suara Boom terus bergema.
"Kapten yang datang menyelamatkan situasi ada di sana~" Chen Jingmo mengikat perban di lengannya sambil tersenyum: "Jangan khawatir, tapi lukamu masih cukup parah, dua tulang rusuk patah, lengan kanan juga patah."
Ottolia menghela nafas lega, menunjukkan senyum lemah yang gagah: "Sepertinya, aku masih belum bisa menandingi kapten."
"Ngapain juga bandingin diri sama dia? Mungkin setelah dua tugas lagi, kamu bisa mengalahkannya." Chen Jingmo menjitak pipinya dengan iseng; "Nanti aku harus mengandalkanmu untuk perlindungan... Tapi sekarang biar aku yang balas dendam, jangan kira aku nggak tahu kamu menjitak pipiku."
Aksi isengnya yang penuh keberanian terbongkar, ekspresi wajah Ottolia langsung canggung, ekspresi wajahnya memerah, tatapannya mulai tidak karuan karena malu.
“Ingat baik-baik.” Chen Jingmo tersenyum: "Ini balas dendam wakil kapten~"
※※※
Cahaya keemasan membelah badai dan kabut tipis, dalam hamparan putih yang berantakan, siluet Bai Shuo menerobos langit, menginjakkan langkahnya secara tiba-tiba di tengkorak ular raksasa.
Dentuman keras menggema, ular kabut yang terkondensasi kesakitan. Kepalanya seolah dipukul palu besi, terbenam dalam tanah, sementara Bai Shuo mencengkeram leher Caiyun dan melesat ke langit.
Cahaya samar-samar merajut pola rumit di sekujur tubuhnya, bagaikan bayangan pagoda yang menyelubungi. Roda raksasa berputar, mengurung tubuh Caiyun di dalamnya.
Ribuan kekuatan terus menarik tubuhnya, sementara belenggu di tenggorokannya membuatnya sulit bernapas. Dalam amarah, sisik naga hijau kebiruan muncul di permukaan kulitnya, namun hancur berkeping-keping oleh jurus beladiri Bai Shuo 'Memetik Bunga' yang berlumuran darah.
Seperti peluru yang dihujamkan dari langit, telapak kaki keduanya terbenam dalam tanah. Daya dorong dahsyat membuat Caiyun yang tak terlatih fisiknya pucat pasi, retakan terdengar dari telapak kakinya.
Tanpa sepatah kata, Bai Shuo kembali membungkuk, menghujamkan tubuh Caiyun lebih dalam ke tanah. Bunyi retakan beruntun terus terdengar dari lekukan yang terbentuk.
Dalam deruan angin kencang, lima jari Caiyun yang berusaha membentuk segel hancur berkeping-keping di bawah kepalan tangan Bai Shuo, membentuk bentuk terdistorsi yang kehilangan sensasi di tengah kesakitan membara.
Badai dan kabut tebal yang menyelubungi kedua pihak terus-menerus dipisahkan dalam barrier Bai Shuo.
Caiyun merasakan kekuatannya begitu keluar dari tubuh seolah memasuki saringan, ribuan kekosongan halus menyedot energi yang belum terbentuk struktur. Dalam sekejap, ia terjebak dalam kondisi pasif total.
Lebih tepat disebut sebagai upaya menahan serangan sepihak.
Sejak awal pertempuran, koneksinya dengan kekuatan alam luar telah terputus oleh barrier Bai Shuo. Metode mengarungi awan untuk komunikasi dengan langit-bumi pun lumpuh, sementara kekuatan darah langsung hancur berkeping-keping oleh energi mikro tak terbatas dalam barrier begitu muncul.
Barrier bernama 'Jianrendao (Jalan Dunia)' bagai kumpulan individu yang membentuk entitas massal, melahirkan lapisan-lapisan pusaran konflik di bawah kehendak Bai Shuo yang menyedot semua kekuatan sebelum mantra Caiyun terbentuk.
Penindasan telanjang ini merupakan manifestasi 'Hukum Hati' Bai Shuo yang telah melampaui tingkat empat bintang. Setelah menyelesaikan lantai pertama tingkatan tertinggi, barrier-nya kini sanggup menekan segala energi - keluar-masuk energi sepenuhnya dalam kendalinya. Kecuali lawan memiliki level jauh melampauinya atau menggunakan kekuatan di atas empat bintang untuk merobek barrier, medan pertempuran ini mutlak menjadi wilayah kekuasaannya.
“Tangan yang mencengkeram leher Caiyun masih belum melepaskan genggamannya, sementara Bai Shuo menyalakan amarah di hatinya dengan ‘Hati’, kilau keemasan kemerahan yang menakutkan di kedua matanya muncul kembali, tercermin di pupil Caiyun, cahaya tajam menusuk masuk ke pikiran kacau-nya.”
“Darah yang menodai tangannya sepanjang perjalanan berubah menjadi niat membunuh merah darah, menyusup ke dalam persepsi Caiyun.”
“Di telinga Caiyun, suara Bai Shuo seakan menyatukan teriakan keras ribuan orang, rasa takut dan gelisah dimanipulasi secara khusus oleh Bai Shuo hingga mencapai puncaknya.”
“Nama!”
“Seperti melihat sesuatu yang sangat menakutkan, pupil Caiyun membesar, tanpa sadar mengeluarkan namanya sendiri dari tenggorokan yang hampir tercekik.”
“...Caiyun.”
“Begitu suara itu keluar, roh Caiyun yang terguncang oleh Bai Shuo kembali terkonsentrasi akibat rangsangan rasa aib. Ketakutan di matanya menghilang, digantikan cahaya kebencian yang bahkan membuat hati Bai Shuo bergetar melihat kegilaan yang siap membakar diri sendiri hingga habis.”
“Seperti mendapat serangan tak kasat mata, tubuh Caiyun tiba-tiba mengeluarkan suara berat, mulutnya menyemburkan kabut darah - tanpa awan, darah segar menjadi pengganti. Kabut darah penuh kekuatan itu mulai membengkak dahsyat seketika, membungkus keduanya.”
Seperti kabut darah yang pekat.
Setelah kabut darah menelan mereka berdua, rotasi ganas bagai samudra dalam segera dimulai. Setiap partikel terkecil kabut darah berubah menjadi jarum tajam yang berputar dan menusuk tubuh Bai Shuo.
Dentuman keras yang tak henti bergema, kabut darah yang terbentuk dari kumpulan jarum tak terhingga dan barrier roda raksasa saling bertubrukan. Seperti dua baja kasar yang terus bergesekan, mengeluarkan suara melengking yang membuat gigi ngilu.
