“Stimulasi pil ini bisa membuatku muncul sementara sekitar lima menit.”
Pil kecil di telapak tangannya memancarkan kilau putih dalam pandangan Bai Shuo.
“Tapi jangan sering digunakan, kalau tidak akan menimbulkan resistensi obat.” Ia menarik kembali telapak tangannya dan berkata: “Selain itu, barang ini secara ketat tergolong narkotika, jangan diberikan pada anggota baru yang belum melalui penguatan...”
Ia menunjuk kepalanya sendiri sambil berkata: “Kalau tidak, bisa-bisa mati.”
Tanpa menunggu jawaban Bai Shuo, ia memanfaatkan setiap detik yang tersisa untuk berbicara cepat: “Selain itu, ingatlah untuk menukar kendaraan transportasi, mobilitas Tim Harapan terlalu buruk. Juga, kembangkanlah daya tembak jarak jauh...”
“Aku tak punya waktu mendengar transaksi Tim Harapan dengan 'Salib', tapi jika ingin bergabung dengan 'Pangkalan', kau harus menyerahkan 'surat penyerahan diri'. Saranku, setidaknya pahami data lawan dan perkiraan kekuatannya. Juga, segera gunakan plot A-level untuk meningkatkan otorisasi kapten. Meski terlihat sepele, ini sangat penting...”
Bai Shuo tertegun melihat 'Liang Gongzheng' yang nyaris tak bernafas saat melontarkan segudang nasihat. Saat ia terengah-engah, Bai Shuo menepuk bahunya dengan tatapan seperti melihat monster: “Tenang, semuanya sudah kusiapkan.”
Tak ada sukacita di wajahnya, tatapannya tetap kosong. Dengan ekspresi datar ia menatap Bai Shuo: “Cukup?”
Bai Shuo memahami maksudnya: Dengan kekuatan saat ini, apakah saran-saranku cukup untuk mendapatkan posisi di Tim Harapan?
Hanya yang bernilai yang bisa bertahan. Kehidupan tanpa nilai hanya bergantung pada belas kasihan ilusi orang lain, pada akhirnya takkan luput dari maut.
Bai Shuo melemparkan pisau di tangannya sambil mengangguk: “Cukup.”
Liang Gongzheng mengangkat kepala, hendak mengatakan sesuatu, tetapi menguap lemas. Pada saat yang sama, gelombang spiritual yang baru saja tenang kembali menjadi kacau.
Jelas terlihat, khasiat obat telah habis. Pria kesurupan itu kembali lagi.
"Ah... ngantuk banget." Liang Gongzheng menggaruk sudut matanya, melihat Bai Shuo di sampingnya. Ia menunjuk rambut di kepala yang tiba-tiba memanjang:
"Kapten, kamu makan Pertumbuhan Bahagia? Keliatan seneng banget ya."
Bai Shuo langsung lemas, menahan dorongan untuk menyuapinya NZT48 lagi. Ia menghela napas: "Seberapa keteguhanmu pada suplemen aneh itu..."
"Sudah, sudah." Ia menunjuk meja-kursi di pusat ruang angkasa: "Kalau ngantuk istirahatlah di sana. Jangan sampai tertidur, nanti ada rapat."
Sun Wukong duduk di kursi, menunggu Bai Shuo merapikan penampilannya yang berantakan. Tak tahan ia bertanya: "Kapten, apa benar kau bisa pelajari teknik Sekte Yeiye dalam waktu singkat?"
"Singkat?" Bai Shuo mengusap rambutnya: "Kau pikir aku bisa membuat rambutku tumbuh lima belas sentimeter dalam lima jam?"
Ia menatap bekas luka pertempuran di tubuhnya: "Aku di sana... tinggal lebih dari setengah bulan!"
"Bohong, baru lewat empat jam lebih." Sun Wukong melihat jam tangannya: "Kapten becanda ya?"
“Kalau bisa menguasai enam jalan tingkatan tertinggi dalam empat jam, aku pasti sudah jadi Prajurit Samsara bintang tujuh-delapan sejak lama.” Bai Shuo meliriknya, merobek pakaian compang-camping di tubuhnya dan menukar setelan baru: “Ruang itu di Dragon Ball... Mereka bahkan bisa meniru Kamar Waktu Roh...”
“Aku hampir gila sendirian di gubuk kosong itu.” Bai Shuo memalingkan wajah memperlihatkan urat darah merah di matanya: “Kalau bukan karena masih ada yang harus dikerjakan, aku pasti sudah jadi seperti Liang Gongzheng.”
※※※
Setelah Index benar-benar memastikan Bai Shuo telah menghafal semua materinya, dia menyarankan: Jika ingin menguasai pengetahuan yang baru dipahami, pinjamlah hak penggunaan 'Kamar Waktu Roh' versi tiruan.
Indix yang sudah puas menyalurkan hasrat risetnya pada Bai Shuo cukup senang. Awalnya dia tak peduli dengan poin hadiah dari Bai Shuo, mengingat di levelnya sekarang poin hadiah tak lagi sepenting dulu. Tapi pengorbanan tanpa imbalan adalah hal yang paling dibenci internal 'Salib', baik dari kesepakatan sukarela maupun penipuan.
Jadi Index hanya menerima biang simbolis '8.000 poin', lalu mengembalikan 3.000 poin 'Tunjangan Percobaan' ke Bai Shuo.
Situasi ini membuat Bai Shuo merasa masih berutang sesuatu padanya.
Remaja berambut perak itu segera menyatakan, lebih baik dianggap sebagai hutang budi. Bagaimanapun, dia tetap sangat optimis dengan potensi tersembunyi Bai Shuo; Lagi pula, dia tidak terlalu mempedulikan hal-hal ini. Bagi dirinya, sihir misterius justru merupakan hal yang paling bernilai.
Jika dihitung secara cermat, Bai Shuo sebenarnya mendapat keuntungan lebih banyak dalam transaksi ini.
Dari total 11.000 poin hadiah yang didapat setelah menyelesaikan misi, setelah dikurangi 5.000, Bai Shuo kembali menghabiskan 1.500 poin hadiah untuk membeli 'hak penggunaan Ruang Waktu Spiritual' selama setengah bulan.
Hal yang paling berharga sekaligus paling langka bagi Prajurit Samsara sebenarnya adalah waktu. Banyak hal membutuhkan proses pengasahan yang lama, terutama bagi Prajurit Samsara seperti Bai Shuo yang tidak mengandalkan sistem penukaran. Untuk benar-benar menguasai skill-nya, dia membutuhkan waktu latihan yang cukup panjang.
Kesempatan satu-satunya untuk berlatih di dunia lain selama periode penukaran antar-misi sudah habis terpakai. Dalam situasi seperti ini, pentingnya Ruang Waktu Spiritual semakin menonjol.
Begitu masuk ke dalamnya, tidak akan ada gangguan misi sama sekali. Seseorang bisa fokus sepenuhnya pada pelatihan skill dan kontemplasi teoritis.
Durasi penggunaan maksimal setiap kali masuk bisa mencapai setengah tahun. Jika lebih dari itu, arus waktu yang terlalu terdistorsi akan menyedot penghuninya - efek sampingnya bahkan lebih buruk daripada versi asli.
Selain itu, tidak ada apa pun di dalamnya. Hanya satu orang yang bisa masuk setiap kali. Di tengah dunia yang serba putih itu, orang dengan kesadaran rapuh mudah mengalami gangguan mental. Karena itu, Prajurit Samsara umumnya memilih durasi sesuai batas maksimal yang bisa mereka tahan.
Di tengah hamparan pucat pasi itu, tak ada langit maupun bumi, tak ada apa-apa. Bahkan perasaan berlalunya waktu tak dapat dirasakan. Seluruh dunia hanya menyisakan dirinya sendiri. Jika berlangsung terlalu lama, sangat mudah membuat jiwa seseorang runtuh.
Dalam waktu yang panjang, satu-satunya hiburan Bai Shuo adalah gulungan data ilmu sihir di tangannya. Melalui modifikasi Index, ilmu sihir barrier yang telah dipelajarinya perlahan membangun enam lapisan berbeda di atas dasar Lingkaran Tak Kasat Mata dan roda raksasa.
Ilmu sihir dari Araya Souren pada dasarnya memiliki kemiripan dengan buku sihir yang menjadi fondasi pengetahuannya.
Di tangan Araya Souren, barrier hampir menyempurnakan 'batas dalam dan luar' hingga akhirnya membentuk dunia kecil dengan aturan terdistorsi yang nyaris menciptakan sistem hukum baru.
Sedangkan ilmu sihir yang dipelajari Bai Shuo awalnya bertujuan membangun tubuhnya seperti kuil, terus diperkuat hingga mencapai Rekor Tak Terkalahkan dan tak tersentuh kejahatan.
Dengan tingkat kesamaan yang maksimal dan didukung kekuatan ‘cahaya’ yang mengusung prinsip "inklusif dan koeksistensi universal", kemajuan Bai Shuo berkembang dengan kecepatan yang mencengangkan.
Dengan cepat ia menyusun Enam Tingkatan Jalan yang telah dimodifikasi, membentuk pertahanan bagai benteng di sekitar tubuhnya.
“Fu、Kongou、Dasshutsu、Taiten、Choukyou、Ogen！”
Enam lapisan barrier baru masing-masing mewakili makna berbeda, namun pada intinya ilmu sihir ini tetap mengandung keinginan memaksa yang memandang dunia manusia sebagai neraka.
“Bai Shuo tidak bisa menerima, tapi bukan berarti tidak bisa memanfaatkannya. Yang kurang darinya saat ini justru pemahaman 'segala sesuatu di dunia ini adalah neraka' ini.
'Roda Enam Alam' yang dipahami Bai Shuo telah mandek lama setelah kesempurnaan Jalan Manusia. Namun setelah melengkapi teori langka ini, dengan menganalisis teori dan ilmu sihirnya, dia mulai menyentuh ambang 'Jalan Neraka'.
Jalan Manusia, Jalan Neraka, Jalan Preta, Jalan Hewan, Jalan Asura, Jalan Surga...
Semakin penasaran seperti apa wujud 'Roda Enam Alam' setelah mencapai kesempurnaan.
Di dunia pucat pasi seperti ini, pada akhirnya akan terjebak dalam siksaan kekosongan.
Di hari-hari terakhir, Bai Shuo hampir hanya mengandalkan meditasi kering untuk menjaga hatinya tetap tenang, tidak mengamuk.
Meski begitu, dia nyaris tak bisa menekan kegelisahan dan kegilaan yang terus menggelegak di hatinya. Di lingkungan yang membuat orang gila ini, hanya bisa ditekan sementara.
Tapi akhirnya semua berakhir.
……
"Singkatnya, seperti itulah." Bai Shuo memegang cangkir teh, akhirnya menyelesaikan cerita pengalamannya, memandangi anggota timnya.
Bai Shuo berhenti sejenak lalu bertanya: "Ada keberatan terkait tugas kali ini?"
Sun Wukong mengangkat bahu pertama kali berkata: "Seperti kata si bodoh tadi, cuma surat penyerahan diri. Aku tidak keberatan."
“Aku tidak punya pendapat, tapi benarkah seaman yang mereka katakan?” Chen Jingmo pertama yang memperhatikan hal ini: “Jika ada intelijen, itu intelijen dari pertandingan sebelumnya, kan? Setelah satu tugas terlewati, segala kemungkinan bisa terjadi.”
“Dulu setelah tim itu mencuri gulungan, mungkin ada ketidakakuran internal. Seseorang diam-diam memberikan intelijen mereka ke ‘Salib’ untuk menukar keamanan diri dan kesempatan penguatan.”
“Orang dalam?” Sun Wukong mengangkat alis: “Tak kusangka Ruang Dewa Utama punya orang seperti ini.”
“Wajar saja. Tidak setuju dengan pilihan tim, juga tidak mau jadi musuh ‘Salib’, ingin bertahan hidup lebih baik. Jadi ‘orang dalam’ bukan hal yang tidak masuk akal. Tidak semua tim benar-benar bersatu.”
“Jadi, tugas berikutnya adalah mereka?” Sun Wukong menempelkan wajah di meja, menatap telapak tangannya yang penuh kapalan: “Kapak besarku sudah lapar dan haus!”
Chen Jingmo tidak keberatan, Sun Wukong tidak keberatan, Liang Gongzheng pasti tidak akan protes.
“Kalau tidak ada yang menentang...” Bai Shuo memandang sekeliling, tiba-tiba melihat Ottolia yang masih diam.
“Ottolia?” Bai Shuo memanggil, tapi gadis rambut emas itu tidak bereaksi, masih terpaku menatap udara di depannya seolah merenungkan sesuatu yang sangat penting.
“OTTO-LIA!!!” Bai Shuo meninggikan suara, membuat gadis yang melamun itu kaget.
