Dentuman rendah menyebar dari permukaan Bumi, riak yang terlihat mata menyebar di lantai satu. Jembatan Fuyuki yang begitu dekat pun bergemuruh parau.
Spiral manusia dan monster kini telah menelan gadis dalam baju zirah eksoskeleton, mengeluarkan suara gesekan mengerikan seperti mesin penggiling. Dentuman keras keluar dari pusaran angin, tapi segera dicincang oleh pisau cahaya yang tiba-tiba.
Cahaya dari Tebasan Ombak tidak seperti pisau cahaya dari generator pemisah yang membawa hukum Kekuatan Fisik mutlak untuk memisahkan segala sesuatu. Sebaliknya, ia merangkul dahsyatnya ombak lautan yang menyentuh langit di tengah badai di atas laut.
Yang tersembunyi dalam pisau cahaya adalah keinginan tak terbendung untuk menghancurkan segala penghalang - Jurus yang berevolusi dari fenomena langit dan Bumi, bisa dikatakan sudah memiliki bayangan seni bela diri yang menyatu dengan Tao. Berlandaskan keinginan dari ‘hati’ sihir, kini seperti pedang raksasa yang menebas dari awan, mengatasi lapisan tekanan angin demi lapisan, menghancurkan segala sesuatu di depannya.
Raungan rendah yang ditenun angin kencang tercabik oleh gelombang Qi yang dibawa pisau cahaya. Cahaya yang menyebar dari telapak tangan Bai Shuo menusuk tubuh monster raksasa dari jarak puluhan meter. Setelah membuka lubang besar, cahaya itu berputar dengan garang bagai pisau yang meluncur dalam tubuh mangsa. Pisau cahaya yang menembus tubuh monster masih menyisakan 90% kekuatan, meninggalkan jejak dalam di perisai energi Rachel yang sedang beroperasi maksimal. Ujungnya bahkan menembus perisai dan menggores leher gadis itu dengan garis darah.
Di bawah pisau cahaya, teknik 'Gigi Menusuk Gigi' yang memuncakkan kekuatan manusia-monster hancur oleh taktik penghancuran yang lebih brutal.
Partikel energi segera mengisi kekosongan perisai, namun tekanan aura dalam pisau 'Tebasan Ombak' membanjiri pikiran gadis itu, membuat kesadarannya blank.
Monster sebesar mobil caravan telah terbelah dua. Darah segar beterbangan membentuk tirai merah tak beraturan yang menyelubungi pandangan semua orang.
Saik tirai darah melebar, siluet Bai Shuo sudah menerjang ke pusat medan perang.
Di tengah bayangan-bayangan belang, Bai Shuo yang membelakangi cahaya memproyeksikan siluet menyeramkan di wajah Rachel. Saat perisai yang menampung seluruh kekuatan fisik gadis itu tak sempat ditarik dan tak bisa melakukan serangan balik, tubuhnya sudah berada sedemikian dekat dengan Rachel, membuat sang gadis bisa melihat jelas biji matanya yang membara.
Bisikan rendah dari jarak dekat menembus aliran udara yang kacau, melemah lapis demi lapis, akhirnya tertangkap oleh peralatan pada baju zirah eksoskeleton dan langsung terurai. Meski tak memahami artinya, biji mata sang gadis secara insting menyempit. Empat anggota baja tambahan yang dikendalikan oleh program 'prosedur darurat' dalam basis data bergerak dengan kecepatan tertinggi menghadang di depan dadanya.
Suara pria itu adalah...
"Memetik Bunga!"
Persis saat Bai Shuo selesai berbicara, segel di tangan kanannya terbuka seluruhnya. Alat pendeteksi energi dalam tubuh Rachel langsung melonjak ke alarm merah, namun tak berhenti. Tingkat bahaya terus meningkat...
Seluruh kekuatan terkumpul dalam bentuk tangan kanan yang terbentuk dari barrier. Bayangan cahaya itu terlihat seperti membuat tangan bercahaya membengkak berkali-kali lipat. Ilmu yang terukir di dalamnya langsung aktif. Cahaya tak terbatas mulai membakar bersama kekuatan 'Api Naga Murka', menyatu menjadi bayangan bunga teratai api.
Bentuk barrier sudah tidak mampu membatasi kekuatan yang mencapai tingkat sejauh ini. Semua energi tersedot masuk ke dalam bunga teratai seperti lubang hitam, sementara tulang putih yang tersembunyi di balik daging dan darah justru memancarkan cahaya!
Tulang Putih Memetik Bunga!
Segala rupa dan suara hanyalah bayangan semata - kecantikan akan menjadi tulang kering, tulang putih memetik bunga!
Rajah Raja Diam Tak Tergoyahkan di punggung Bai Shuo kini menari dengan ganas, menjadikan seluruh tulang belakangnya sebagai langit dan Bumi, menjelma menjadi tarian penakluk iblis.
Seiring dengan majunya bunga teratai api berwarna merah menyala, anggota badan tambahan baja berubah menjadi bentuk bulat aneh dalam sekejap, akhirnya hancur berkeping-keping menjadi partikel lebih halus dari serbuk besi.
Maju bertahap, menembus lapis demi lapis, empat anggota baja beserta senapan mesin dan 'generator barrier kabut abu' di atasnya tercabik-cabik menjadi serpihan oleh keganasan api.
Perisai energi yang bertahan sebentar akhirnya mengeluarkan suara parau, hancur total menjadi cahaya yang tercerai-berai.
Kemudian, baju zirah rangka luar paduan logam terkuat mulai cekung. Setelah suara menggeram yang membuat gigi ngilu, terciptalah lubang besar yang menganga.
Tangan tulang putih yang telah menembus berbagai penghalang akhirnya menyentuh lembut kulit gadis yang putih salju.
Tulang Putih Memetik Bunga, kecantikan menjelma tulang kering!
Pada saat bersentuhan, kulit putih salju langsung berubah menjadi Hitam dan hancur, menyemburkan cairan kental merah darah. Pecahan organ dalam tergiling menjadi cairan darah kental yang menyembur dari luka.
Tulang rusuk, organ dalam, tulang belakang, punggung - ada lapisan baju zirah kerangka luar...
Tubuh Rachel Taylor tertusuk?!
Jurus Memetik Bunga yang merobek bagian bawah tubuh gadis itu meledak menggelegar di udara belakangnya, menerobos udara menggali parit panjang di aspal jalanan.
Dalam kepedihan yang mendalam, alat penunjang hidup dalam tubuh gadis mulai bekerja. Botol merah penyembuh luka disuntikkan melalui jarum ke sumsum tulang dan organ dalamnya. Suntikan adrenalin, anestesi, dan stimulan dimasukkan dari belakang leher, menerobos ke otak membuat Rachel sadar dari kesakitan.
Saat itu juga, sebuah telapak kaki menginjak keras, menghancurkan 'Pemisah Fase' di lengan Rachel bersama tulang lengan menjadi serbuk.
Sejak serangan tiba-tiba Bai Shuo hingga sekarang, hanya lebih dari satu detik. Zirah kerangka luar tipe Tengu dari teknologi SEER yang dikenakan Rachel telah tercabik-cabik secara brutal.
Bahkan sistem 'SEG tentara' yang paling mematikan - yang bisa mensimulasikan lubang hitam kecil dalam waktu singkat - bahkan tak sempat diaktifkan.
Satu pukulan, puncak tingkat tiga bintang, Rachel Taylor - Prajurit Samsara sisi teknologi, luka parah hampir mati.
Sebuah telapak tangan telah mencengkeram wajahnya, menggenggam tubuhnya tanpa ampun terhadap wajah dingin namun cantik itu, hampir meremukkan tulang pipinya.
Bahkan Bai Shuo terkejut dengan daya rusak jurus 'Memetik Bunga' versi upgrade ini. Akhirnya ia pahami senyum misterius Index saat membantu transformasinya dulu.
Tapi hanya seketika, output daya yang begitu besar membuat Bai Shuo sendiri mulai kelelahan.
Ia terengah-engah sebentar, bersiap menghadapi Hanabi yang mulut lancang dan berbulu itu, namun mendengar suara mekanik dari belakang.
Setelah angin tornado hancur, kekuatan dahsyat memisahkan hubungan Hanabi dengan monster. Menghancurkan monster itu menghasilkan getaran balik yang menyebabkan kerusakan permanen pada Hanabi.
Di belakang Bai Shuo, Hanabi mengangkat senjata besar yang lebih tinggi dari tubuhnya sendiri.
Darah segar dalam jumlah masif disedot dari monster peliharaannya, membentuk pistol besar ber-material kristal?
Siluet penuh efek gentar itu adalah Hakken·Madengokugan - senjata ujian Top dari dunia Monster Hunter!
Senjata pistol legendaris yang diyakini menjadi tempat bersemayamnya jiwa dewa hitam. Tembakan meriamnya bagaikan api hitam pekat yang mampu membakar jiwa...
Senjata raksasa yang seharusnya membutuhkan puluhan ekor naga dominator beserta material tubuhnya untuk dibentuk, kini justru tercipta dari batu merah cair yang berasal dari tubuh monster itu. Alih-alih permata persenjataan berat, yang menghiasi bagian atas senjata ini adalah sebuah Batu Sage seukuran ruas jari kelingking!
Melihat Bai Shuo menoleh, Hanabi menunjukkan senyum dingin yang gila. Meski tak tahu dari mana makhluk ini muncul sampai-sampai indra penciuman dia dan hewan peliharaannya tak mendeteksi, dia sudah bisa menebak status lawannya.
Sebagai Prajurit Samsara dari faksi 'Penjaga Keteraturan', sementara gadis itu berasal dari 'Api Purba', maka pihak yang memanfaatkan situasi dan menyerang mereka tanpa ampun di saat seperti ini pastilah anggota 'Tim Harapan'.
Tapi... betapa kuatnya orang ini...
Amarah dan rasa takut yang bercampur di hati Hanabi akhirnya membentuk senyum dingin yang gila total, mengembang di wajahnya siap menyambut Bai Shuo.
Siapapun kau, matilah kau!
Pada detik itu juga, suara retakan terdengar dari Batu Sage berwarna merah darah di senjata pistol raksasa. Suara ini menandakan pengisian energi Dragonator telah selesai...
Haha, Dragonator! Kekuatan fisik tak terbantahkan dari segala senjata dalam dunia Monster Hunter!
Di tenggorokannya terdengar tawa parau dan melengking, setelah menyerap ribuan jiwa, serangan naga ini bahkan mampu menghancurkan salah satu dari 13 raksasa batu terkuat sang kapten!
Maka, matilah kau sekarang juga!!!
Akhirnya, tembakan yang menyapu seluruh dunia menjadi putih salju melesat keluar dari pistol merah darah.
Seperti aliran lava penghancur dari gunung berapi, tembakan yang mengubah segalanya menjadi abu ini menyelimuti Bai Shuo. Bahkan sisa panasnya saja mampu memanggang tubuh monster yang masih bergerak-gerak di tanah.
Dalam cahaya yang mengubah langit dan bumi menjadi putih salju, terdengar suara kaca pecah, lalu diikuti suara kedua.
Dua kaca pecah? Atau ada apa lagi?
Dari pusaran energi, terdengar suara Bai Shuo melantunkan mantra. Sekejap, api yang melalap segalanya membakar apapun yang berada di depan laras pistol menjadi hancur berkeping-keping.
Beberapa keit kemudian, serangan naga yang mengkonsumsi ribuan jiwa akhirnya sirna. Pistol besar di tangan Hanabi retak-retak karena overload. Kekuatan dalam darahnya terkuras habis, bahkan Batu Bijak pun hancur. Retakan halus muncul di senjata itu sebelum akhirnya benar-benar hancur.
Meski telah menyedot 80% darah Hanabi dan monster, tetap tidak mampu menanggung bakar kekuatan ini.
"Hanabi perlahan melepaskan pegangan, menatap ke depan yang dipenuhi kepulan asap sambil mengeluarkan tawa cemooh yang melengking."
Jejak hangus yang membentang dari bawah kakinya hingga ratusan meter ke depan membelah jalan raya menjadi dua. Aspal meleleh akibat suhu tinggi, mengalir ke segala penjuru. Di pusat gravitasi yang menanggung sebagian besar kekuatan fisik serangan meriam naga, meski tertutup asap tebal, Hanabi bisa membayangkan hasilnya - pasti hancur lebur tak tersisa.
