Kini, kilatan listrik ungu akhirnya tiba di depan kapal terbang, terpisah ratusan meter, kedua orang saling memandang dari kejauhan, semangat pertarungan heroik dan ejekan arogan menyatu, serentak tersenyum.
"Baju perunggu Iskandar telah dipenuhi bekas tebasan pedang, pukulan palu, dan tusukan, namun ia tetap berdiri tegak di atas kereta perangnya." Pedangnya yang penuh takik mengarah ke siluet Gilgamesh: "Kali ini, aku akan mengambil tengkorakmu."
"Kebodohanmu mulai membuatku muak..." Senjata Noble Phantasm merah darah muncul di tangan Gilgamesh. Tiga bilah pedang yang saling bertaut seperti pilar kerajaan berputar dengan gemuruh Boom yang dalam.
Bersamaan kemunculannya, dunia mulai berotasi. Inilah pedang pemenggal dunia - Tenchi Kai Ri: Kaihotsu no Hoshi!
"Dan, bau dewa campuran haram yang melekat padamu membuatku mual."
Angin tak berujung di ketinggian langit mengalir dari segala arah. Pasir kuning panas menyala muncul dari kekosongan. Meski malam, sinar matahari garang dan membara tiba-tiba muncul. Seketika, jalan penaklukan yang terukir di hati Iskandar dan ribuan pengikutnya melesat keluar dari sejarah yang tertutup debu.
Formasi hitam muncul dari atas pasir kuning. Tertarik oleh cahaya mimpi, para Hero yang telah mendedikasikan diri pada keluasan jalan penaklukan melangkah keluar dari langit.
Pasukan Sang Raja, memenuhi panggilan!
Dengan gejolak semangat dan fanatisme, mereka mengikuti siluet tubuh Iskandar. Semata karena darah berapi-api yang membakar di dalam hati, mimpi abadi yang tak pernah padam dalam jiwa manusia.
"Masih ingat kataku dahulu?"
"Iskandar sekali lagi berdiri di depan formasi lapisan tak terbatas, berteriak lantang: 'Mimpi manusia takkan pernah berhenti!'"
"Ini adalah Ambisi Liar penaklukan, ambisi untuk menginjak wilayah tak terbatas! Jika tak takut remuk jadi pecahan, cobalah lawan!"
"Prajuritku! Ikuti aku...MENGHANCURKAN!"
Dunia berguncang oleh raungan ribuan orang. Di bawah pimpinan Iskandar, Pasukan Sang Raja memulai serangan frontal lagi.
Seperti genderang penaklukan yang ditabuh kembali, meteor-meteor jatuh dari langit. Di bawah langit besi yang angker, kerak bumi pecah, langit terbalik!
Raungan yang menyobek badai tak bisa menenggelamkan deruman berputar Ea. Formasi serangan tak terbatas pun tak membuat secercah rasa takut muncul di mata Gilgamesh.
Di tangannya ada takhta penghancur dunia, pedang Ea pemisah segala sesuatu. Dalam teriakan yang menerpa, rambut emasnya berkibar seperti api membara. Pedang Ea yang diangkat perlahan itu mulai memancarkan cahaya kehancuran.
Saat Gilgamesh mengayunkannya, pernyataan dingin menggema dari ribuan teriakan: "Bintang Pembuka Pemisahan Langit dan Bumi!"
Saat Pasukan Sang Raja yang menyerbu bertemu dengan aliran deras badai pemisah dunia, seolah segala bantuan eksternal di dunia telah lenyap, hanya menyisakan dua cahaya berbeda warna yang bertabrakan.
Seperti benturan antara lava dan ombak lautan, barrier mulai bergetar, mengerang, lalu hancur.
Pasir kuning mengerang di bawah tapak kuda besi, badai tercabik oleh teriakan keras pedoman hingga meninggalkan goresan putih.
Ribuan nyawa bersinar paling terang sepanjang hidupnya sesaat, lalu sirna dalam kegelapan.
Kilatan cahaya yang membelah dunia menembus formasi serangan frontal, menerobos barrier, menusuk langit malam hitam pekat, akhirnya lenyap tanpa bekas.
Pasukan tak terhingga telah menjadi debu beterbangan, pedang Ea tingkat EX mencincang Pasukan Sang Raja, menghancurkan jalan penaklukan Iskandar.
Roda Kegagahan dihancurkan, kilat ungu menghilang, Iskandar di langit terjatuh namun dibelit rantai langit yang dilempar Gilgamesh, akhirnya terpancang di Bumi.
Dalam pertempuran ini, Iskandar, kalah.
"Hmm... haha..." Terikat rantai langit, Iskandar tersengal-sengal tertawa: "Musuh sekuat ini, benar-benar membangkitkan kegembiraan!"
"Jangan sia-siakan tenagamu." Gilgamesh memandang dari atas keadaan menyedihkan Iskandar dengan senyum dingin: "Ikatan rantai langit bukan untuk anak haram berdarah dewa sepertimu yang bisa dilepaskan."
Cahaya kedinginan menghujam dari langit, menusuk keempat anggota tubuhnya, memakukan sang raja di atas tanah.
"Haha... Terlihat juga ya?" Iskandar terengah-engah, meski tubuhnya tertusuk tetap tertawa: "Ayo, sebagai pemenang, ambil nyawaku sebelum aku mati!"
"Hal seperti ini tak perlu kau minta dari cacing gagal sepertimu." Gilgamesh memegang pedang kuno berbentuk aneh yang mengarah ke inti spiritual di dadanya: "Matilah kau."
Seketika, Noble Phantasm yang dingin menghujam dari langit, menembus dadanya dengan siulan tajam, menusuk jantungnya.
Seolah tak ingin melihat detik-detik kematian Iskandar, setelah menarik kembali Noble Phantasm-nya, Gilgamesh berbalik pergi.
Matangnya menangkap siluet SABER yang berjalan melalui kobaran api, senyum mengejek mengembang di wajahnya.
Tampaknya permainan ini akhirnya akan berakhir.
Di tempat kejadian, siluet yang tiba terlambat akhirnya muncul di hadapan Iskandar.
"Maaf, karena beberapa hal aku tak bisa menyaksikan prosesnya, tapi akhirnya sampai juga di akhir cerita."
Sun Wukong berjongkok, memandangi Iskandar yang terengah-engah: "Ada pesan terakhir?"
"Kakak, lama tak jumpa." Iskandar tersenyum: "Tahukah kau, tadi aku melihat warna laut tak berujung."
Napasnya semakin lemah, terputus-putus, tapi masih bersuara: "Lautan megah yang menggulung tepi pantai tanpa akhir..."
"Pasti indah sekali." Sun Wukong memandang gugusan bintang yang terpantul di pupil matanya: "Cukup luas untuk kau jelajahi."
“Ya, berlari kencang...” Iskandar menunjukkan senyuman terakhirnya, seperti abu yang terbakar kembali, pupil matanya memancarkan api terakhir, seolah kembali ke waktu yang telah berlalu selama bertahun-tahun. Raja Penakluk yang hampir mati itu menggenggam tangan Sun Wukong, mengeluarkan suara terakhir:
“Putra Zeus dan Amon, penguasa dunia, raja yang tak terkalahkan, di sini berkumpul dengan Dewa langit!”
Cahaya beterbangan, sang Raja Penakluk yang pernah membawa peti besar mencari pasar elektronik di tengah malam itu perlahan berubah menjadi cahaya yang tersebar, terbang ke langit.
Sun Wukong melihat telapak tangan di genggamannya perlahan sirna, tiba-tiba menggenggam erat, meremukkan titik-titik cahaya di tangannya, tatapannya membara seperti api amarah.
Dalam semalam, ia kehilangan dua teman. Karena sudah hilang, tak ada penyesalan atau pemulihan. Yang bisa dilakukannya adalah tidak kehilangan lebih banyak lagi.
Mutlak, tidak akan kehilangan lagi.
Menggigit gigi, ia berjalan menuju kedalaman reruntuhan dan lautan api. Saat itu juga, suara mesin "Boom" bergemuruh dari atas kepalanya.
Suara yang sangat familiar ini...
“Helikopter?!” Sun Wukong menengadah, melihat puluhan helikopter Rusa betina yang menutupi langit melintas di bawah sorotan api.
※※※
“Helikopter?...”
Bai Shuo mengangkat kepala, bintang-bintang di langit terhalang oleh bayangan hitam pekat, seolah paus berenang di udara, puluhan helikopter muncul di ujung cakrawala. Dalam deru rendah baling-baling, mereka muncul dari ufuk, lampu sorot menyilaukan bagaikan monster raksasa yang bangkit dari tidur dan mulai mencari mangsa.
Pada saat ini, helikopter yang muncul di atas Kota Fuyuki...
"Dari Menara Jam, atau Gereja?" Bai Shuo menatap puluhan sorotan lampu di langit, menyipitkan mata: "Kekuatan Penahan ya..."
Perang Piala Suci antar Hero telah melampaui skala yang diizinkan, bahkan menyeret seluruh penduduk Kota Fuyuki ke dalamnya——Meriam utama [Tak Dikenal] yang ditembakkan dari ruang angkasa tak terhingga menggores luka dalam di Bumi, bahkan menyebabkan perubahan lempeng tektonik.
Laut Bawah Sadar, kesadaran Araya yang menguasai jiwa di ruang-waktu ini akhirnya berhenti diam.
Saat Perang Piala Suci memasuki fase akhir, helikopter yang penuh 'Pelaksana' akhirnya tiba di langit Kota Fuyuki.
Tujuannya adalah membersihkan 'misteri' yang mengancam para magus dan bid'ah yang telah menciptakan kehancuran besar.
Di medan perang yang telah mulai memasuki akhir ini, muncul lagi variabel aneh.
Sosok kekar perlahan muncul dari kobaran api, setelah menembus kepulan asap dan nyala api, Sun Wukong yang melihat situasi Bai Shuo dan Chen Jingmo langsung menunjukkan ekspresi wajah yang sangat buruk.
“Dia……”
“Tidak mati, dan takkan mati.” Bai Shuo menggendong Chen Jingmo yang tertidur: “Ini hanya istirahat sementara.”
“Keadilan, dia mati.” Sun Wukong memandang kondisi dua orang itu, bersandar lelah pada pilar kerajaan yang tak utuh sambil menghela nafas: “Si gila itu...”
“Akan bangkit kembali.” Bai Shuo menatap mata Sun Wukong: “Pasti.”
Dari ruang angkasa dia mengeluarkan gulungan perban bertulisan mantra, dengan cermat membalut tubuh babak belur. Otot yang terikat kencang tampak pucat, tapi memberinya kembali sedikit kekuatan fisik.
Di bawah perban, terukir pola darah segar dari keempat anggota tubuh hingga dada, bagaikan totem dan tulisan suci di Aula Utama Kuil, khidmat namun mengandung lolongan mencekam.
“RIDER mati?” Bai Shuo bertanya tanpa mengangkat kepala.
Sun Wukong mengangguk: “Ya, kusaksikan sendiri, mati.”
“Tinggal tersisa satu, Holy Grail akan...” Tiba-tiba Bai Shuo mengangkat kepala: “Tidak! Materialisasi Holy Grail sudah dimulai!”
Meskipun energi sihir Sang Penuntut Balas diserap CASTER dan tidak mengalir ke Holy Grail kecil, namun energi lima Hero yang mati - Prajurit Pistol, Ksatria, Pembunuh, Prajurit Kemarahan Tempur, dan Magis - yang masuk ke Holy Grail kecil (tubuh Illy) sudah cukup untuk memunculkan Holy Grail besar!
Ia merasakan aliran ley line yang penuh energi sihir di bawah Bumi mengalir seperti air menuju suatu arah. Di antara darah segar dan reruntuhan Sungai Mion, energi magis yang bergolak perlahan terkumpul di suatu titik jauh.
Tepat pada keit ini, manusia bernama Irisviel akhirnya mati. Keajaiban Wadah Keajaiban Universal termanifestasikan dari energi sihir.
Cahaya keemasan murni lahir dari kekosongan. Seketika, tubuh Irisviel hancur menjadi abu. Di antara debu, Holy Grail keemasan muncul melayang di udara.
Seperti yang diprediksi Bai Shuo, 'pintu' di balik Holy Grail terbuka. Lumpur hitam memancar dari mulut piala keemasan, membawa kejahatan yang termurni, menetes ke tanah.
……
"Perlu percepat kecepatan!" Bai Shuo bangkit tiba-tiba, matanya menatap cahaya keemasan di kejauhan: "Harus dipercepat!"
Ia menatap Sun Wukong: "Temukan Emiya Kiritsugu sebelum dia memahami esensi lumpur hitam dan menghancurkan Holy Grail..."
"Rebut sarung pedang itu!"
