“Sekarang, belok kiri dari sini, carilah pemuda bernama Bai Shuo yang tengah fase 'chuunibyou', lalu katakan padanya metode menyelamatkan wanita itu, lalu lewati plot ini hingga selesai, setelah itu kau benar-benar merdeka.”
Tanpa mempedulikan kemampuan penerimaan Xia Chu, bayangan pria dalam api itu berbicara kacau tentang banyak hal: “Begitulah, tanggung jawab merawat garis sebab-akibat yang 'benar' kuserahkan padamu.”
Tiba-tiba, biji mata Xia Chu bergemuruh. Ia menatap pendatang dihadapannya seolah teringat sesuatu, tak kuasa berseru: “Kau...”
Persis saat kalimat itu hendak terucap, siluet cahaya manusia api yang samar-samar mengulurkan jari.
Jari samar itu menyentuh titik antara alis Xia Chu, seketika rasionalitasnya mundur bagai terhipnosis, membiarkan suatu keinginan disalurkan ke dalam otaknya.
“Kalimat itu tidak boleh diucapkan ya, kalau sampai ketahuan, bukankah jerih payahku sia-sia?”
Ekspresi wajahnya yang samar menunjukkan senyuman aneh: “Pada akhirnya aku tetap harus mengerahkan energi dewa untuk bertarung, benar-benar merepotkan...”
Bayangan yang hampir sirna menyelipkan Medali lingkaran ke telapak tangan Xia Chu, menatap tatapan kosongnya, memverifikasi kembali apakah instruksi hipnosis pada jiwanya telah berlaku.
Seperti baru terbangun dari mimpi, Xia Chu mengangkat kepala, dengan tidak akur dengan akal sehat mengabaikan pria yang hanya sejengkal di depannya, berjalan menuju arah yang telah ditentukan.
Menyaksikan siluet Xia Chu menghilang, ia tersenyum samar: “Remaja tersebut yang ajaib, pergilah menciptakan keajaiban.”
Proyeksi baja dan api perlahan sirna, dari langit terdengar suara terakhir pria itu.
“Kalau begitu sekarang, bagaimana kalau kita pukul Nietzsche? Setiap melihat wajahnya, rasanya ingin menghajarnya dua kali...”
Pada akhirnya, segala sesuatu lenyap tanpa jejak.
※※※
Di kedalaman kobaran api, terus-menerus bergema suara retakan tulang dan tubuh manusia yang terlempar.
Di tengah reruntuhan, telapak tangan Sun Wukong menusuk angin dengan desisan tajam, menyudahi nyawa Pelaksana tersembunyi terakhir.
“Tak kusangka membunuh prajurit rendahan masih dapat poin hadiah?” Sun Wukong menatap genangan darah di tanah: “Ini hadiah apa? Hiburan?”
"Dengan berhentinya gerakan, tubuhnya tegak bagaikan batu di atas Bumi, urat pada lengan kanannya menonjol, seolah belum sepenuhnya beradaptasi dengan Hadiah dari teman ini sehingga terlihat agak tidak nyaman."
Sun Wukong menatap lengan kanan barunya, kekuatan fisik kolosal yang tertidur di dalamnya, dirinya sepertinya belum bisa menggali setengah dari potensi tersembunyi tersebut.
"Gema Khayalan... Cairan Mimpi Sumsum... Komputer Khayalan..."
Merasakan potensi tersembunyi di lengannya, ia tak kuasa bergumam: "Seberapa hebat bakat yang disia-siakan Liang Gongzheng ini ya..."
Mengingat teman yang selalu tertawa bodoh itu, senyum yang mulai mengembang di wajahnya terhenti, keluar desah yang hampir tak terdengar.
Sun Wukong mendengar suara larian, secara insting ia mengambil posisi gerakan pembuka menghadap sumber suara, bagai binatang buas yang siap melakukan serangan.
Di belakang garis pertahanannya, Chen Jingmo sedang tertidur.
"Ini aku..."
Bai Shuo muncul dalam pandangan Sun Wukong setelah menembus asap hitam, senyumnya masih sama namun kini membawa nyawa dari balik energi kematian.
"Sarung pedangnya?" Sun Wukong menutup kuda-kuda, menatap telapak tangan kosongnya.
Telapak tangan Bai Shuo menekan lengan, tiba-tiba menarik sarung pedang emas yang tersembunyi dalam barrier lengan kanan. Dengan dikeluarkannya Avalon, proses pemulihan tubuh berhenti, sementara saat ini lukanya hampir sepenuhnya pulih.
"Tampaknya aku cukup beruntung..."
Ia berusaha keras mengendalikan diri agar tidak kehilangan kendali, telapak tangan yang mencengkeram sarung pedang terlihat pucat pasi seolah ingin meremukkan sarung itu.
Memegang tangan Chen Jingmo, Bai Shuo menarik napas dalam terakhir kalinya dengan suara serak bergumam sendiri: "Pasti akan berhasil..."
Perlahan, sarung pedang mulai meresap ke dalam tubuh Chen Jingmo, cahayanya menghilang perlahan.
Seperti kehilangan seluruh kekuatan lalu tertidur lelap, kekuatan Avalon telah sirna.
Ekspresi wajah Chen Jingmo masih tetap pucat tanpa tanda-tanda kebangkitan.
"Haha, aku agak gugup." Bai Shuo menarik-narik rambutnya sendiri, mengeluarkan kembali sarung pedang sambil tersenyum kosong pada Sun Wukong: "Pasti ada langkah yang terlewat tadi..."
Bibirnya gemetar: "Aku akan coba lagi... sekali lagi saja..."
"Tidak apa-apa, masih ada satu jam lagi, masih sempat... pasti sempat."
Di belakang garis, Sun Wukong menunduk memandangi pecahan batu di kakinya dengan raut tak tega: "Kapten..."
"Diam!" Tubuh Bai Shuo bergetar, menatap wajah pucat Chen Jingmo bagai sedang menangis: "Pasti ada langkah yang salah, kan? Pasti bisa disembuhkan..."
Sun Wukong tak lagi bicara, segmen tulang di tangan yang tanpa sadar menggenggam besi tulangan yang patah itu mulai terdistorsi oleh kekuatan dahsyat, akhirnya hancur berkeping-keping bagai harapan yang mengalami Penghancuran Total, jatuh berceceran dari genggamannya.
Kekuatan Avalon hanya berlaku bagi makhluk hidup, dan Chen Jingmo juga tidak mati.
Antara hidup dan mati terdapat batas tak kasat mata, panjang namun singkat, bisa berlalu dalam sekejap jentikan jari, atau terasa seperti jurang tanpa dasar yang tak berujung.
Karena kekuatan rune, jiwa Chen Jingmo terus terjerumus tanpa henti dalam jurang antara hidup dan mati, jatuh...
Mungkin dengan menengadah dia bisa melihat secercah cahaya itu, namun jarak yang memisahkan terlalu jauh untuk disentuh.
Penebusan yang dijanjikan tak kunjung tiba, harapan yang diumbar hanyalah bayangan semu.
Harapan untuk mendapatkan penebusan, akhirnya hancur...
Lama kemudian, di medan perang kematian yang diselimuti awan hitam ini bergema auman binatang buas, bagaimanakan lagu requiem terakhir sebelum keheningan dan kehancuran tiba setelah kegilaan.
Di dunia ini, ada yang telah mati, ada yang masih hidup namun hanya bisa menyaksikan orang terpentingnya terjerumus ke dalam kematian - yang mati pergi selamanya, yang hidup menjadi mengamuk.
Neraka tidak ada setelah kematian, di sana hanya terdapat Kekosongan abadi.
Neraka sejati ada di dalam hati manusia. Kini, Bai Shuo akhirnya menyaksikan dengan matanya sendiri pemandangan neraka Wu Jian setelah kehilangan segalanya.
Bahkan keputusasaan telah sirna sepenuhnya, hanya tersisa cangkang kosong yang masih menyimpan detak jantung.
Bai Shuo menggenggam tangan Chen Jingmo, sarung pedang berharga itu tergeletak sembarangan di antara reruntuhan batu.
Setelah tujuh tahun dalam kegelapan, dunia kemilau yang dilihat Bai Shuo saat membuka mata semakin memudar, dunia miliknya sendiri mulai hancur berkeping-keping.
Ia menggenggam erat telapak tangan Chen Jingmo, menundukkan kepala mengeluarkan suara parau yang tak berarti.
Saat pertama kali mereka berdua bertemu, tarian miliknya dan dirinya bergema dari gedung HELLSING, kini akhirnya menghadapi pengakhiran.
Dengan lemah ia mengangkat kepala, memandang langit merah darah dan bergumam: "Inilah neraka..."
"Hancurkan semuanya..." Terbaring tak berdaya di reruntuhan, Bai Shuo menatap Sun Wukong: "Musnahkan semua orang."
Senyum kehancuran muncul di wajahnya, dalam biji mata yang menyempit Bai Shuo menjerumuskan diri ke neraka setelah meninggalkan keteguhan masa lalu.
Inilah, satu pikiran menjadi iblis.
Suara terengah-engah terdengar dari kejauhan, seseorang berlari terhuyung-huyung ke arah ini, seolah tali tak kasat mata mencekik lehernya, paru-paru hampir meledak pun takkan berhenti.
Menembus api dan kepulan asap, Xia Chu tersandung balok rumah, lengan terluka lempengan besi.
Terengah-engah ia menengadah, melihat pria yang tersenyum mengangkat telapak tangan - aliran cahaya hitam tak berujung terkonsentrasi di tepi tangan, membentuk kilau pecah.
Tebasan Ombak, akan dilepaskan.
Dengan sisa tenaga, Xia Chu mengaum parau: "Cara menyelamatkannya!"
Pisau cahaya sirna seketika, sementara lehernya tiba-tiba direngkuh telapak tangan bagai besi tuang yang terkunci mati di lehernya, seolah hendak meremukkan lehernya.
Senyum Bai Shuo tetap sama, tapi dalam pandangan Xia Chu bagai senyum dingin gelap gulita: "Apa yang kau katakan tadi?"
Belenggu di telapak tangan mengendur seulas celah, wajah kebiruan Xia Chu terengah-engah: "Aku... aku punya cara... cara menyelamatkannya..."
Tersentuh titik paling sakit oleh Xia Chu, telapak tangan Bai Shuo tiba-tiba mengeras. Xia Chu hampir mendengar retakan kesakitan dari lehernya. Saat mengira ajalnya tiba, telapak tangan Bai Shuo tiba-tiba melepaskannya.
Memandang Xia Chu yang terbatuk-batuk di kakinya, Bai Shuo menarik napas dalam lalu berusaha menstabilkan emosi mengamuk yang hendak meledak: "Waktu tidak banyak. Aku tanya, kau jawab."
Xia Chu memegangi lehernya sendiri, mengangguk: "Hmm... baik..."
"Kau punya metode menyelamatkannya?"
"Ya."
"Siapa yang memberitahumu?"
"Tidak tahu."
"Bagaimana kau tahu?"
"Tidak tahu."
Bai Shuo berjongkok, menunjuk dada Xia Chu dengan jarinya. Cahaya hitam berputar di ujung jari sanggup mencincang jantungnya seketika. Menatap ekspresi pucat pasi Xia Chu, ia bertanya: "Apa maksud 'tidak tahu'?"
Tatapan kosong Xia Chu: "Ada yang memberitahu... tapi aku tak tahu siapa..."
Melihat tatapannya, Bai Shuo diam sejenak sebelum berkata, "Sekarang kau bisa bicara, jangan mengecewakanku."
……
※※※
Dari kedalaman darah dan api, suara dentingan emas terus bergema.
Belati ganda Ganjiang dan Moye hancur untuk keenam kalinya, Pedang (Pseudo) Spiral remuk di bawah Duanren, Lo? Aias Pelindung Langit Berlapis Tujuh yang diklaim setara tujuh lapis tembok kota tertembus untuk ketujuh kalinya oleh Pedang Rasio Emas Harus Menang.
Di antara pecahan yang beterbangan, Duanren menghujam dengan siulan tajam, sementara Emiya Shirou terus mengulang mantra yang tak terhitung jumlahnya: "Proyeksi, isi ulang amunisi!"
Kapak hitam pekat yang berat menyambar dari pinggangnya dengan auman rendah bergemuruh.
Bentuknya seperti kapak besar, tapi juga menyerupai pedang berat.
Ini adalah Noble Phantasm Heracles, panah pemusnah Hydra berkepala sembilan, yang kemampuannya bisa ditiru bahkan dengan pedang besar dan dimaksimalkan hingga batas tertinggi.
Melalui proyeksi Noble Phantasm, dengan merekonstruksi sejarah, bahkan keterampilan bela diri pengguna aslinya bisa dikuasai.
Cukup dengan melihat sekali saja sudah bisa diproyeksikan, meskipun Noble Phantasm hasil proyeksi akan turun level, tetap saja kemampuan yang luar biasa mengerikan.
Inilah kekuatan Emiya Shirou, Penjaga Araya.
