"Bakat terbesarku bisa menguasai memanggang sate kambing tanpa diajari, masih mau cicip?" kata Liang Gongzheng penuh semangat: "Cuma lima poin hadiah."
“Ada kesempatan aku ingin mencoba.” Ia menggeleng sambil melemparkan straight flush terakhir di tangannya, lalu membuka telapak tangan: “Lihat, kamu tidak mungkin menang. Kartu remi bagiku akhirnya cuma permainan yang hasilnya sudah jelas dari awal.”
Liang Gongzheng menatap kartu-kartu berantakan di meja. Alih-alih mengocok, ia bertanya dengan nada tak bermoral dan kacau: “Kalau begitu, bisakah kamu memberitahu kartu apa yang akan kuambil berikutnya dari tumpukan ini?”
“Paradoks ini cukup menarik, tapi sama sekali tak bermakna,” Tuhan Konspirasi menjawab penuh kesabaran: “Jika kuberitahu kamu akan mengambil Hati Merah, mungkin malah kamu ambil Wajik.”
Liang Gongzheng mengambil kartu bergambar Keriting dan meletakkannya di lapisan paling atas tumpukan: “Jika masa depan belum ditakdirkan, bagaimana kamu bisa yakin menang dariku?”
“Aku hanya penasaran, kenapa kamu menolak jadi dewa bawahan-ku dan memilih kembali ke Tim Harapan? Sepertinya orang sepertimu tidak punya ikatan apa pun dengan 【berbentuk salib】.”
Liang Gongzheng memandangnya dengan pandangan meremehkan: “Soalnya menurutku kapten tim-ku lebih ganteng darimu.”
Untuk pertama kalinya, Tuhan Konspirasi mengusap dagunya dengan ekspresi terkejut, lalu tertawa: “Jadi kamu memilih melanjutkan permainan kartu yang mustahil dimenangkan ini?”
“Kamu mau mengingkari janji?” Liang Gongzheng menyipitkan mata: “Bukannya dulu bilang yang ingkar berarti cucu?”
“Setiap periode waktu misi, ditentukan oleh kemenangan dalam satu permainan kartu. Jika aku menang, kamu harus tetap tinggal di 【Maha Tahu】. Jika kamu menang, boleh pergi. Bagaimanapun juga tidak boleh berdiri berseberangan dengan Tim Harapan.” Tuhan Konspirasi mengulang perjanjian mereka: “Karena sudah berjanji, aku takkan mengingkari.”
Liang Gongzheng terus mengocok kartu tanpa menoleh, dengan waspada menyimpan semua kartu ke dalam sakunya: “Aku akan mengalahkanmu.”
Menggunakan permainan kartu untuk mengalahkan Tuhan Konspirasi yang ahli tipu muslihat dan judi – jika tersiar kabar ini, akan menjadi lelucon terbaik di Ruang Dewa Utama.
Tuhan Konspirasi di belakang meja tersenyum tanpa bicara, menyaksikan persiapan kepergiannya: “Ezekiel dan yang lain seharusnya sudah kembali. Situasi kapten kalian akan mereka sampaikan langsung padamu.”
“Oh.” Liang Gongzheng membuka pintu, menoleh ke Tuhan Konspirasi yang sedang berpikir di belakang meja, berkata dengan tulus: “Sebenarnya ada kalimat yang lama ingin kusampaikan.”
“Oh?” Orang di belakang meja mengangkat mata.
“Kamu orang baik, tapi kita benar-benar tidak akur...”
※※※
Dalam kesunyian, pintu di belakang Bai Shuo menutup perlahan, mengembalikan aula yang hening ke keadaan tertutup.
Bai Shuo yang keluar dari aula wajahnya kedinginan. Di belakangnya, Sun Wukong terlihat bingung, sementara Ottolia memandang siluet tubuh Bai Shuo dengan ragu-ragu.
Akhirnya, dia mengumpulkan keberanian dan mempercepat langkah mendekati Bai Shuo: “Kapten...”
“Aku baik-baik saja.” Bai Shuo menoleh melihat Ottolia: “Aku dalam keadaan kewaspadaan, jangan khawatir.”
Nada tenang namun kedinginan itu memadamkan keberanian Ottolia. Ia menunduk lesu tak tahu harus berkata apa.
Setelah mengetahui Liang Gongzheng tak bisa ditemukan kembali, Bai Shuo mengajukan permintaan kebangkitan Chen Jingmo kepada Zhao Hun.
Namun tak disangka, mengenai kondisi Chen Jingmo, Zhao Hun justru mengeluarkan pernyataan tak terduga:
“Memang, selama jiwa utuh saat kematian, melalui benda terkait dan energi sihir altar kebangkitan, aku bisa menghidupkan kembali. Tapi...”
Ia menatap Bai Shuo: “Kapan kau dengar Tuhan Kematian meminta Tuhan Kematian lain menghidupkan warganya? Apa logikanya?”
“Apa maksudmu?”
Zhao Hun menunjuk matanya: “Kau sudah menempatkan Chen Jingmo di inti tak tergantikan dalam barrier-mu. Itu artinya kau mengklaim kepemilikan atas jiwa ini. Hidup, mati, atau tetap seperti ini - semuanya tergantung keinginanmu.”
“Seperti hakmu atas tubuh ini, bahkan aku tak bisa ikut campur.”
Pria renta itu mengetuk dadanya: “Kesempatan kebangkitannya bukan padaku, tapi padamu.”
Karena kekecewaan mendalam, Bai Shuo tak lagi menjaga etiket: “Kalau bisa menghidupkannya sendiri, buat apa aku kemari?”
“Itu karena sifat ketuhananmu sendiri kekurangan.” Zhao Hun menggelengkan kepala: “Jiwanya bukan manusia biasa kan? Jika tebakanku benar, ini pasti darah senjata.”
“Apa maksudnya?” Bai Shuo menangkap secercah harapan, mengangkat kepala bertanya: “Kau punya cara?”
“Ada.” Zhao Hun membuatnya melihat harapan kembali: “Kau bisa ambil jalan pintas. Jika tak bisa memberikan nyawa pada jiwa yang mati, senjata bisa ditempa ulang.”
“Tempa ulang, aku paham.” Setelah diam lama, Bai Shuo bergumam sendiri: “Apa aku salah?”
Zhao Hun balik bertanya sambil menggeleng: “Bisakah kau melihatnya mati dengan mata kepala sendiri?”
“Tidak.”
“Bisakah kau biarkan secercah terakhir harapan ini menghilang?”
“Tidak.”
Zhao Hun tersenyum: “Lalu mana ada benar salah? Yang kau lakukan sudah yang terbaik, tak ada yang bisa lebih baik darimu.”
“Aku paham.” Bai Shuo dengan sendu berbalik bersiap pergi.
Suara Zhao Hun terdengar dari belakang: “Ini untukmu.”
Sebuah lempengan besi tak utuh mendarat di telapak tangannya. Lempengan hitam pekat yang seolah terendam energi kematian itu seperti pecahan dari pedang utuh, dingin menyentuh kulit.
Bai Shuo tak punya hati untuk mengamati lempengan itu, menoleh bertanya: “Apa ini?”
“Mainan kecil, kurasa kau akan suka.” Zhao Hun menghindari jawaban frontal, hanya melambaikan tangan: “Jika ada waktu, datanglah berkunjung. Tak ada ruginya melihat-lihat.”
“Meski tak terlalu menguntungkan, tapi kurasa kau akan menyukai tempat ini.”
Bersamaan dengan suaranya, pintu hitam pekat yang besar perlahan menutup. Setelah Bai Shuo dan yang lain menghilang, Zhao Hun yang diam justru menunjukkan kerapuhan dan kerentaan yang luar biasa.
Siluet Aaron muncul tanpa suara dari kegelapan. Ia berdiri berdampingan sambil memandang semburan cahaya api kekacauan di altar kebangkitan, berbisik: "Kau melupakan aturan 【】. Tidak boleh berbohong pada rekan."
"Aku tidak menipunya." Zhao Hun menunjukkan senyum licik: "Dari awal sampai akhir, aku tidak pernah berkata tidak bisa menghidupkan kembali Chen Jingmo."
Bagi Zhao Hun yang telah mengendapkan aura usang selama waktu yang panjang, ini hanyalah retorika paling sederhana.
"Mengapa?" Aaron bertanya.
"Aaron, tahukah kau?" Zhao Hun tidak langsung menjawab. Ia menatap kubah rumit nan megah di atas: "Saat kau bilang telah menemukan penerus sempurna untukku, sungguh aku sangat senang..."
"Lalu hasilnya?"
"Memiliki ambisi, rasionalitas, sifat asli dan keberanian yang cukup untuk memikul tanggung jawab. Aku puas."
"Kalau begitu, mengapa masih menyulitkannya?" Aaron menggeleng: "Dia anak muda yang luar biasa. Ini mungkin menimbulkan celah antara kalian."
"Ingatkah upaya yang kita curahkan saat mendirikan Menara Babil dulu? Tujuh ratus tahun menjelajahi berbagai dimensi mencari material, membangun menara pendakian dewa ini dengan keringat darah. Bahkan proyek tahap akhir menghabiskan tiga abad penuh."
“Ini adalah hal yang paling membanggakan dalam hidupku.” Zhao Hun membelai batu altar yang dingin: “Anggap saja sebagai keras kepala seorang tua, atau keinginanku untuk meminggirkan pemula. Sangat sulit bagiku menerima kenyataan bahwa jerih payah seumur hidupku akan diambil alih dengan begitu mudahnya.”
“Bahkan jika aku hampir mati, perasaannya tetap sama.”
Tubuh renta sang tua memancarkan jejak aura layaknya mayat hidup, namun tatapan matanya kokoh tak terbantahkan.
Dia akan segera mati. Dia sadar, Aaron juga paham.
Hanya saja Aaron merasa khawatir, anak-anak muda takkan menyukai ujian tak jelas seperti ini, apalagi saat 【】tak memberikan apapun kepada mereka.
Dalam keheningan, Aaron seakan teringat sesuatu dan bertanya ragu: “Sebenarnya apa yang kau berikan padanya?”
Zhao Hun menatapnya dengan tatapan mengejek: “Bukankah kau sudah tahu? Atau hanya tak rela percaya?”
“Pecahan inti tak tergantikan dari Altar Kebangkitan?” Aaron tak percaya dengan kedermawanan Zhao Hun yang seperti menghamburkan harta: “Rupanya kau benar-benar ingin menjadikannya 'Tuhan Kematian-Kehidupan' yang baru.”
“Bukan 'Tuhan Kematian-Kehidupan'.” Zhao Hun menggeleng sambil berbisik: “Dia akan menjadi 'Raja Bumi Penyimpanan' yang baru.”
Setelah hening cukup lama, Aaron menghela napas panjang: “Aku akan pergi dulu.”
“Cepatlah pergi. Buang-buang waktu dengan orang sekarat macam aku untuk apa.” Zhao Hun tersenyum santai mengucapkan selamat tinggal: “Sampai jumpa.”
Aaron mengangguk muram, siluetnya perlahan menghilang: "Selamat tinggal."
※※※
Ketika Bai Shuo bertemu Aaron lagi, pertemuan itu terjadi setelah rapat berakhir.
Dalam rapat itu, Bai Shuo pertama kali melihat begitu banyak petarung tingkat 7-8 bintang berkumpul, sayangnya sebagian besar tidak menunjukkan sikap seorang master seperti dingin bagai salju atau karisma tak tertandingi.
Namun di luar perkiraan Bai Shuo, tidak ada yang menunjukkan ketidakpuasan atas bergabungnya Tim Harapan. Mungkin karena menyadari pentingnya peran Bai Shuo, semua orang menunjukkan keramahan yang cukup.
Kehangatan yang moderat ini sedikit memperbaiki suasana hatinya. Meski saat ini dia sendiri tidak berminat menangani urusan-urusan ini, Sun Wukong yang lebih ahli dalam pergaulan justru aktif mengambil alih.
Harus diakui, Paman Sun Wukong yang berpengalaman di masyarakat ini cukup lihai dalam urusan pergaulan. Dalam waktu singkat, dia hampir berbincang dengan semua kapten dan wakil kapten dari 14 tim inti, membangun niat kerjasama awal sekaligus berkenalan dengan banyak teman seperti kakak berotot.
Rapat tidak serumit yang dibayangkan Bai Shuo. Intinya hanya mengumpulkan semua orang untuk berkenalan, minum teh, dan memperkenalkan anggota baru agar tidak terjadi insiden memalukan dimana sesama anggota tidak saling mengenal.
【】 sangat mendorong dan fokus mengembangkan hubungan persahabatan antar anggota internal. Sebagian besar menyatakan kesediaan untuk menyisihkan waktu memberikan latihan penguatan pada Tim Harapan serta bantuan item.
"Suasana jauh lebih baik dari yang diperkirakan, ini benar-benar di luar dugaan Bai Shuo."
Setelah kenangan itu berakhir, Bai Shuo yang tersenyum kaku akhirnya kembali mendapat kesempatan berbicara berdua saja dengan Aaron.
"Sepertinya situasinya tidak terlalu baik?" Aaron menepuk bahunya: "Rencana penguatan konkret akan dikirimkan padamu dalam beberapa hari ke depan. Janji 【berbentuk salib】 bukanlah omong kosong."
"Oh ya," Aaron menepukkan tangan: "Maukah kamu menemui BOSS utama?"
"Komandan Batalyon 【berbentuk salib】...?" Menghadapi undangan yang agak mendadak ini, Bai Shuo bertanya dengan perasaan campur aduk: "Kapan?"
"Tentu saja, seketika ini juga."
