”Sekarang, bisakah kau jelaskan apa yang sebenarnya kau rencanakan?”
“Li Xiao, melihat ekspresi penasarmu,” Bai Shuo mengangkat bahu sambil tersenyum: “Anggap saja aku kolektor pencinta kedamaian.”
“Omong kosong!” Li Xiao duduk kembali di kursi, melambaikan tangan: “Cepat pergi, aku mau tidur.”
“Meski terdengar klise, anak muda sebaiknya jangan kebanyakan tidur.” Bai Shuo mengangkat ransel besar dan menyimpannya di ruang angkasa: “Bukankah ada pepatah? Mengapa lama tidur saat hidup, kematian akan memberimu istirahat abadi.”
“Kau yang abadi! Komputer Pusat bilang umurku panjang.”
“Oh?” Bai Shuo berbalik sambil tertawa: “Ramalan ilmiah itu sains palsu, bahkan orang sisi mistis sepertiku tahu...”
……
※※※
Plot hukuman adalah momok terburuk bagi Prajurit Samsara, hanya berada di bawah plot penghancuran tingkat lebih tinggi.
Dunia dimana kesulitan tidak hanya melampaui perkiraan, tapi alur cerita bisa berkembang tak terduga kapan saja.
Tanpa plot yang dikenal, bahkan dimensi yang dimasuki Prajurit Samsara sendiri adalah dunia yang hancur akibat ulah orang lain.
Yang menanti mungkin akhir zaman brutal tanpa oksigen, atau bencana alam maha dahsyat, banjir bandang, atau monster tak terhitung jumlahnya...
Menjadi musuh seluruh dunia, setiap detik menghadapi skenario seperti Final Destination dimana satu kesalahan kecil pun bisa membuat seluruh pasukan musnah.
Jika tugas paksa dadakan adalah krisis merepotkan bagi Prajurit Samsara, maka plot hukuman adalah dunia yang sepenuhnya terbuat dari krisis.
"Ditambah dengan mode gladiator yang mungkin sesekali ditemui, mode pertarungan sampai mati, bahkan mode pertahanan yang mirip dengan game tower defense..."
"Untuk bisa keluar hidup-hidup dari situ, harus memiliki kekuatan terkuat dan faktor beruntung yang melebihi semua orang."
"Sebagai Ksatria Abu-abu dari Batalyon 【Salib】, Xiao mungkin termasuk segelintir Prajurit Samsara di ruang siklus samsara yang tidak takut pada plot hukuman? Bahkan orang yang bisa selamat dari plot penghancuran yang pasti mengarah pada kematian, pastilah menyimpan rahasia yang tidak diketahui orang."
"'Saat paling sialku adalah ketika menghadapi plot penghancuran dengan latar dunia Mitos Cthulhu... skenario yang paling ditakuti semua orang.'"
"Xiao dengan ekspresi wajah enggan mengingat-ingat, bergumam sendiri: 'Jika saat itu aku masuk tanpa melakukan apapun, mungkin sudah mati di kota R'lyeh yang mengambang? Bagi diriku waktu itu, Dewa Jahat Cthulhu cukup untuk membuatku berakibat fatal ratusan kali.'"
"'Tahukah kamu aspek paling menakutkan dari plot hukuman?'"
"'Adalah harapan...' Xiao mengeluarkan jawaban yang membuat Bai Shuo tidak percaya: 'Terkadang, justru karena secercah harapan yang hampir bisa digenggam, keputusasaan menjadi semakin dalam.'"
"'Padahal sudah dalam jangkauan tentakelmu, tapi selalu kurang sedikit. Setelah mengerahkan seluruh kekuatan, baru kau sadar secercah harapan itu hanya terpaut seujung kuku dari genggaman.'"
“Itu adalah hal yang lebih mengerikan daripada keputusasaan, membuat seseorang menyaksikan harapan mati perlahan, cukup untuk menghancurkan seluruh keinginan seseorang.”
“Terkadang, harapan ibarat vaksin yang datang terlambat, sementara keputusasaan adalah pisau yang ditusukkan dari belakang. Hanya selangkah lagi menuju kesuksesan, tapi jarak sehelai itu ternyata adalah batas maksimalmu.”
“Kamu mengerti?” Ia menatap Bai Shuo: “Hanya nyaris bersentuhan dengan secercah harapan, lalu mati dalam pelukan penyesalan dan kesakitan tak berujung, atau terperangkap dalam tingkatan tertinggi dimana bahkan kematian pun tak mungkin.”
Inilah yang paling menakutkan dari plot hukuman - memberikan sekelumit nyawa yang tak berwujud di tengah lautan keputusasaan.
Untuk meraihnya, harus melampaui batas maksimal diri, menyelesaikan pencapaian bak keajaiban.
Siapapun yang mampu melakukan ini pasti adalah pejuang dengan keberuntungan dan kesadaran langka, bagi mereka mode hukuman adalah ujian kelahiran kembali dari api.
Bai Shuo pernah bertanya pada Xiao bagaimana dia selamat dari plot penghancuran.
Jawaban Xiao membuatnya terkejut dan sulit dipercaya.
Dia mengorbankan semua harapan, menggunakan mantra pembalikan yang dipersiapkan Aaron, menyegel seluruh kekuatan, lalu memasuki dunia siluman penuh teror tak terlukiskan dengan status orang biasa setara tingkat satu bintang.
“Seperti yang kuduga, aku menemukan celah…” Xiao tersenyum bangga: “Plot hukuman tingkat satu bintang bukan lagi tentang menghentikan Cthulhu menghancurkan dunia, tapi tetap di Arkham untuk mencegah turunnya Dewa Jahat.”
Kota kecil Arkham yang telah sepenuhnya terkikis oleh kegilaan dan kegelapan dunia paralel dipenuhi dengan penganut bid'ah pemuja dewa jahat, pembunuh psikopat, kaum kerabat dewa jahat, monster kuno, serta hantu.
Para penganut aliran sesat yang sedang melakukan ritual persembahan akan membuat makhluk mengerikan lintas dimensi perlahan bangkit, keluar dari pintu dimensi dan menelan habis kota kecil berenergi kematian ini, sementara persembahan darah terakhir akan memanggil salah satu dari Delapan Dewa Kuno ke dunia untuk menghancurkannya.
Yang harus dilakukan Xiao adalah menghancurkan segala kotoran yang menarik turunnya dewa jahat ini sebelum Dewa Kuno tersebut datang.
Batas maksimal tingkat lima bintang memiliki perbedaan sebesar langit dan bumi dibandingkan batas kemampuan orang biasa.
Setidaknya orang biasa hanya perlu suntikan adrenalin dan kesadaran yang mengamuk untuk menghancurkan semua lokasi ritual dan pintu dimensi dengan pisau dan senjata sebelum dewa jahat turun, lalu mengandalkan sebuah roket di saat-saat terakhir untuk melenyapkan pintu dimensi terakhir.
Tepat ketika sisa-sisa monster itu hampir mencabik-cabik Xiao sepenuhnya, plot penghancuran pun berakhir.
“Xiao mengingat momen menegangkan yang terukir dalam ingatannya, mengangkat jari menunjukkan jarak kecil: "Hampir saja, aku mati."”
“Sejak plot itu, perjalanan Xiao tak lagi ada hambatan. Ia berhasil mengkristalkan Fu Dewa, akhirnya menjadi Ksatria Apokaliptik pembawa kematian.”
“Setelah menekan kekuatan diri ke level terendah, kembali melampaui batas maksimal.”
“Inilah celah yang ditemukan Xiao dari plot penghancuran - setidaknya orang biasa melampaui batas lebih mudah daripada menghadapi Prajurit Samsara setengah dewa.”
“Karena itu, ketika Bai Shuo berdiri di hadapan Aaron menyatakan pilihannya, Aaron terdiam begitu lama.”
“Yakin mau melakukan ini?”
“Bai Shuo mengangguk: "En."”
“Mantra pembalikan sangat berbahaya.”
“Menatap Aaron, Bai Shuo mengangguk lagi "Aku tahu."”
“Melihat tekad Bai Shuo tak tergoyahkan, Aaron berbalik: "Kalau begitu, ikut aku."”
“Bai Shuo mengikuti siluet Aaron memasuki pintu dimensi itu. Satu langkah membawanya ke lapisan terbawah Menara Babel, tempat terdekat dengan inti planet.”
“Di luar dugaan, yang menunggu di sana bukan Aaron melainkan teman lamanya: Index.”
“Remaja berambut perak itu memegang tongkat sihir keabu-abuan, berlian di atasnya berkelap-kelip bagai bintang.”
“Ini adalah poros energi planet. Sebagai lokasi mantra pengekangan, tempat ini yang terbaik.”
Setelah merapikan bajunya, Index berkata: \"Aaron tidak mahir dalam mantra jenis ini, jadi aku yang akan memimpin segel untukmu.\"
Melihat ekspresi bingung Bai Shuo yang disalahartikan, remaja berambut perak itu menepuk dada dengan penuh kesombongan: \"Jangan meremehkanku, aku juga sangat kuat!\"
Entah mengapa, melihat semangat remaja berambut perak di depannya, Bai Shuo tiba-tiba ingin meminta orang yang lebih dewasa untuk memimpin ritual.
Selalu ada peringatan aneh dalam hatinya bahwa Index mungkin akan membuat kesalahan...
Seperti mencari ahli bedah senior di rumah sakit. Usia yang lebih tua akan memberi rasa aman, logika ini sama seperti membutuhkan dokter militer veteran untuk mengobati psoriasis...
Namun di bawah tatapan penuh kebencian remaja itu, Bai Shuo hanya bisa tersenyum dan menepuk bahunya: \"Kalau begitu, aku percayakan padamu.\"
\"Nyawaku ada di tanganmu sekarang.\"
Setelah mengucapkan itu, dengan bantuan asisten ia melepas pakaian dan berbaring di altar yang dingin.
Saat membuka mata, pola berulang di kubah dingin di atasnya menyala bagai gemerlap bintang.
Index tertegun sejenak sebelum menepuk dada kecilnya: \"Aku tingkat enam bintang, tingkat enam bintang lho~ Tenang saja.\"
Di bawah tarikan telapak tangan Index, kubah di atas dipenuhi energi sihir yang mengejutkan besarnya, bagaikan aliran deras yang menggulung pola-pola bak bintang menjadi benda fisik, mendarat di tangan Index.
Sepertinya terlalu bersemangat, wajah Index memerah. Di tangannya, paku panjang yang seolah terkumpul dari cahaya bintang memancarkan kemilau dengan tenang.
Tanpa peringatan, kekuatan pembatasan raksasa muncul di bawah altar, seperti lubang hitam yang mengikat tubuh Bai Shuo di atas altar.
Tangan kecil Index yang dingin menutupi dahi Bai Shuo, suaranya yang belum melewati masa pubertas terdengar seperti gadis kecil saat bersemangat: "Akan dimulai, mungkin agak sakit..."
Dalam pantulan pupil mata Bai Shuo, Index menggenggam erat cahaya bintang gemilang yang telah menjadi benda fisik dan menghantamkannya ke bawah.
Auman kesakitan yang menyayat pun melolong dari mulut Bai Shuo, bahkan pintu tebal sekalipun tak bisa menghalanginya.
Xiao yang bersandar di luar pintu menunjukkan senyum kecut: "Mulai ya..."
Seakan mengingat kenangan masa lalu, bayangan yang tertinggal dalam mimpi buruk sejak lama muncul kembali.
Ia menghembuskan asap rokok dari rongga dadanya, menatap puntung rokok di ujung jarinya yang berkedip-kedip bergumam: "Segel pertama menembus bentuk awal wilayah dewamu..."
Di detik ia selesai berbicara, sekali lagi terdengar lolongan parau dari belakang pintu. Xiao mengerutkan alisnya dengan empati: "Segel kedua menembus jiwamu."
……
Auman parau itu sepertinya tak lagi terdengar, namun penderitaan yang terpendam hingga puncaknya di balik pintu justru menyebar bersama sisa suara yang merobek porda suara itu.
Menarik napas dalam, Xiao menutup mata mengingat urutan dalam ingatannya: "Segel ketiga mengunci cangkangmu..."
Saat gelombang tipis energi sihir menyebar, seluruh kekhawatiran di hati Xiao sirna. Ia mengeluarkan kegelisahan dari dadanya dan tersenyum lega: "Mantra selesai."
Berbalik dan mendorong pintu, ia melihat Index yang sedang membersihkan noda darah di tangannya, serta Bai Shuo yang tubuhnya tertutup kain putih.
Ia menyibak sudut kain putih kotor itu, melihat ekspresi pasrah Bai Shuo di dalamnya: "Kelihatannya seperti mayat..."
