Di dalam kapal udara di langit, sang mayor menatap api yang membakar di layar. Tak disadarinya, di bawah kakinya, seorang manusia kecil telah menyelinap masuk ke medan perang dan berdiri di pihak lawan.
Kalaupun ada, mungkin dia justru semakin gembira? Yang dia inginkan hanyalah perang. Musuh... semakin banyak semakin baik!
"Masih kurang... masih kurang..." Genggamannya mengepal sambil menatap tanda di peta: "Hasil pertempuran! Berikan lebih banyak hasil!"
Tiba-tiba suaranya menggema: "Pasukan Pengawal Bersiap Mendarat!"
Di bawah perintahnya, para monster yang sudah siap meledak berjalan menuju dek bawah kapal udara.
Menginjak pelontar, ribuan vampir haus darah terpental dari jalur orbit.
Mereka masih mengenakan seragam Reich Ketiga, memanggung senjata, dengan roket 'Kepalan Tangan Besi' di punggung - seolah baru kembali dari medan Perang Dunia II untuk terjun ke pertempuran baru.
Membawa ambisi dan nafsu terakhir Reich Ketiga, ribuan vampir melesat membentuk pola di langit malam, turun bagai hujan dengan rasa lapar tak terbendung!
Kondisi fisik yang melampaui batas manusia memungkinkan mereka berguling lincah di udara, memotong tali parasut, melompat di antara reruntuhan bangunan sebelum mendarat.
Yang menanti mereka adalah dentuman senjata yang terus-menerus dan rendah.
Peluru demi peluru terbang ke atas dari permukaan bumi, lalu menembus tubuh mereka.
Seolah tak perlu mengganti magasin, hujan peluru menembus tubuh beberapa vampir haus darah, merenggut nyawa mereka sebelum sempat mendarat.
Di tengah jalanan yang terbakar, Bai Shuo mengangkat dua senjata api yang terus menyemburkan lidah api, sementara perisai anti peluru tergeletak di sampingnya.
Saat musuh belum sempat mendarat di bumi, ia hanya perlu memanen nyawa sepuasnya.
Dengan senyum keanehan yang dingin, tubuh Bai Shuo berputar membentuk spiral, sementara Tuhan Kematian tak kasat mata di langit ikut berotasi mengikuti gerakannya.
Meski tak banyak berlatih menggunakan senjata api, [Salib] menyimpan kristal memori berisi metode dan pengalaman penggunaan senjata - cukup lima menit, pengalaman ribuan prajurit menarik pelatuk terserap di otak Bai Shuo.
Tak perlu menukar 'keahlian senjata instan' ke dewa utama, setelah beberapa detik adaptasi awal, Bai Shuo telah sepenuhnya mencerna metode ini dengan pengalaman tingkat lima bintangnya.
Meski tak setara dengan 'Ougi Dewa Senjata' milik pembunuh legendaris G, ini cukup menjadikannya penembak selevel prajurit mana pun.
Di telinga Bai Shuo, seluruh dunia seakan sedang berbisik.
London yang mengerang dalam kobaran api, gedung-gedung tinggi yang runtuh dalam perang, suara peluru yang menyembur dari laras senapan, deru yang menembus udara, bahkan dengung mesin kapal udara di langit.
Segala sesuatu telah berubah menjadi informasi nyata yang jatuh ke telinganya.
Vampir haus darah di tengah hampa telah memperhatikan siluet cahaya yang menembak di bawah, mempercepat kecepatan jatuh, mengeluarkan senjata dan roket dari punggung dan pinggang, membalas dengan senyum dingin.
Seketika, jaring tembakan padat telah terbentuk dari tangan para monster dengan kerja sama tim sempurna.
Jaring kematian itu tiba-tiba jatuh dari langit, lalu peluru nyaris menyentuh ujung baju Bai Shuo sebelum memakukan aspal jalan.
Dalam pantulan api, para vampir tak percaya melihat gerakan pria itu, seolah sedang menari!
Dalam jaring tembakan yang terus berubah dan menyusut, Bai Shuo melompat gesit dan lincah, bergerak di antara grid hujan peluru, menyusup melalui celah-celah panas.
Di tangannya, senjata yang menyemburkan api tak berhenti sekejappun. Sebelum magasin peluru di ruang angkasa kosong, Bai Shuo takkan melepaskan jari telunjuk dari pelatuk.
Menginjak ritme perang, Bai Shuo berdansa tempel dengan Tuhan Kematian, lalu mengirimkan kematian yang telah dipersiapkannya dengan hati-hati.
Sebuah peluru perak melesat dari bawah kaki vampir haus darah, tanpa niat membunuh sama sekali, seolah memang seharusnya muncul seperti itu, menembus rongga mata vampir sebelum akhirnya meledak.
Setelah hulu ledak menembus tengkoraknya, tiba-tiba meledak di langit malam, kabut air keperakan menyebar terbawa angin malam.
Kulit vampir-vampir yang terpapar di luar langsung terasa perih menyakitkan.
Itu adalah perak nitrat...
Waktu pendaratan menyiksa bagi para vampir akhirnya berakhir. Setelah memastikan jarak aman, puluhan vampir nekat memutuskan parasut di punggung mereka, terjun bebas dari ketinggian puluhan meter.
Kecepatan mengerikan vampir yang paling ditakuti mulai digunakan. Mereka berubah menjadi bayangan sisa yang melesat di celah-celah bangunan, hingga akhirnya melihat wajah musuh.
Tanpa disadari, pistol di tangan kiri Bai Shuo telah menghilang. Ia kembali mengangkat perisai anti peluru dari tanah.
Dalam sorotan api pertempuran, Bai Shuo memiringkan kepala memandangi monster-monster yang seharusnya sudah mati ini, dengan senyum dingin.
"Selamat malam, para monster."
Disusul tembakan peluru yang tiba-tiba meluncur dari laras senapan. Seketika, api menyembur dari senjata di tangan Bai Shuo, menembus vampir terdepan yang berjarak 10 meter hingga tubuhnya berlubang-lubang seperti saringan.
Peluru perak yang melesat masuk ke dalam tubuh meledak dengan ganas, bagaikan api berkobar yang membakar kayu kering, seketika mengubah bagian yang tertembak menjadi arang.
Setelah memasuki jarak tembak, Bai Shuo sekali lagi merebut nyawa seekor monster.
Tanpa semangat pembunuh yang biasa digunakan vampir haus darah untuk menghindari peluru, meski vampir sensitif bisa merasakan kejahatan orang lain dan menilai pola peluru, dalam pembunuhan tanpa alasan ini mereka kehilangan senjata andalan yang biasa digunakan dalam perang.
Kemudian, mereka melihat ekspresi meremehkan di mata Bai Shuo. Meski telah menjadi orang biasa, di hadapan monster-monster dengan kondisi fisik jauh melebihi dirinya, Bai Shuo tetap mempertahankan kesombongannya.
Menatap tajam pandangan mereka, Bai Shuo tersenyum sinis: "Monster harusnya diam di makam dan membusuk dengan patuh."
Seketika perisai anti peluru terangkat, menghadapi hujan peluru bagai badai, Bai Shuo berlari kencang.
Seperti meteor yang menerjang maju, perisai yang ditopang lengan dan telapak tangan terus-menerus berguncang oleh hantaman peluru, setiap kali seolah ada yang memukul palu besi di depan perisai. Tapi apa pun yang keluar dari studio molekul 【Paradoks】, bahkan selembar kertas tipis pun bisa menjadi senjata yang membelah emas dan batu.
Desain dan model perisai mengikuti pola paling umum dalam penumpasan kerusuhan dan perang. Namun setelah melalui proses penanganan tertentu yang tidak dipahami Bai Shuo, meski material dan strukturnya tidak berubah, semua parameter numeriknya melonjak drastis.
Melalui transformasi dan modifikasi sesuai prosedur, bahkan dengan teknik tingkat satu bintang pun bisa diciptakan perisai kokoh seperti ini. Teknologi memang merupakan keahlian yang sangat ajaib.
Pada permukaan perisai yang terus berpijar oleh percikan api akibat hantaman peluru, muncul lekukan-lekukan kecil namun tak kunjung retak.
Merapatkan tubuh di balik perisai, Bai Shuo terus maju. Sementara para vampir haus darah tak hanya memencet pelatuk senjata mereka.
Jika senjata api sudah menjadi ancaman, maka dekatkan jarak hingga senjata itu tak lagi efektif.
Enam vampir haus darah membentuk formasi serbu dan berlari kencang ke arah Bai Shuo. Monster pemimpin yang wajahnya tertutup kain sudah memperlihatkan senyum dingin. Ia mencium bau amis darah yang terpancar dari Bai Shuo, tak sabar ingin menyantap daging segar.
Saat hampir bersentuhan dengan perisai kokoh itu, ia tak memilih kontak fisik keras. Ia ingin memperlihatkan pada Bai Shuo kecepatan superhuman yang menjadi kebanggaan vampir haus darah.
Tiba-tiba ia melompat dari tanah, memanfaatkan pantulan cahaya api untuk menerjang Bai Shuo di balik perisai.
Dalam kegelapan malam, penglihatan aneh yang terdiri dari api yang berkibar dan bayangan yang bergetar, di mata vampir haus darah yang berbeda dari manusia biasa, mampu melihat bentuk manusia samar di balik perisai.
Setelah menghilangkan cangkang kura-kura ini, bahkan manusia paling mengerikan sekalipun hanya bisa dibiarkan dikunyahnya. Ia tersenyum dingin sambil berteriak dalam bahasa Jerman: "Selesai..."
Kilatan perak tiba-tiba muncul dari bayangan di balik perisai, menembus langit.
Telapak tangan yang kokoh memegang pisau pendek bermata berlapis perak dengan rangka pisau terukir deretan karakter aneh, menusuk tenggorokannya.
Suku kata terakhir itu takkan pernah bisa diucapkannya lagi.
Kilatan yang mengalir bak air terjun tanpa henti menembus lehernya lalu berbelok menyamping, memecahkan tulang lehernya hingga darah menyembur deras.
Dalam sorotan api berkobar, selubung darah yang beterbangan berwarna merah-hitam. Bai Shuo dengan ekspresi wajah datar menarik kembali pisau pendeknya: "Selesai apanya."
Kurang dari setengah detik, kontak tempur berakhir, hidup dan mati langsung terpisah.
Mata pisau membelah udara mengeluarkan lengkingan rendah, karakter terukir di bilah pisau bergoyang mengikuti getaran mata pisau.
Mantra Sansekerta: "Musnahkan segala iblis", mantra pengusir setan paling sederhana namun paling mendalam makna Ogii-nya.
Dalam langkah kaki tak beraturan vampir haus darah, Bai Shuo memegang perisai di satu tangan dan pisau di tangan lainnya: "Masih ada lima..."
Di belakang perisai, Bai Shuo menarik napas dalam, suara gemuruh angin dan petir terdengar samar di antara hidung dan mulutnya. Kontraksi dan regangan otot melepaskan kekuatan keras dan ganas secara tiba-tiba seiring mengembangnya rongga dada.
Perisai besar itu melesat seketika menempuh jarak 2 meter, menghantam seorang vampir haus darah yang sedang berlari kencang. Bai Shuo pun melompat masuk ke dalam kepungan empat monster sisanya.
Rongga dada yang mengembang tiba-tiba menyusut. Auman rendah bagai guruh meledak dalam jarak yang sangat dekat.
Sama sekali tidak seperti suara yang bisa dikeluarkan tenggorokan manusia. Semua monster merasakan seekor naga yang marah mengaum di hadapan mereka. Seketika itu, kehancuran akan segera tiba.
Cahaya perak berkilat sekejap. Mata pisau menebas dengan kekuatan dahsyat yang dikendalikan lengan Bai Shuo dalam jarak sepanjang lengan, menyambar horizontal!
Merasakan kedatangan mata pisau, vampir di sebelah kanan Bai Shuo mengangkat senjata untuk menangkis. Namun ia seketika merasa seperti dihantam batu raksasa.
Menahan? Jangan bercanda...
Meski terlihat tidak besar, material pisau pendek di tangan Bai Shuo berasal dari senjata berat khusus penghancur tank 'Penghancur Tank'. Setelah ditempa hingga batas maksimal di tungku Li Xiao dan ditambahkan berbagai material baru, beratnya justru semakin bertambah sesuai data yang ditinggalkan Bai Shuo.
Meskipun beratnya berkurang setelah dibagi menjadi dua bilah, hanya dengan beratnya sendiri, pisau pendek ini sudah cukup untuk membelah armor tank.
Apalagi sebatang pistol?
Dalam seketika yang direbut Bai Shuo dengan auman rendah ini, cahaya perak mengalir deras, mata pisau menghancurkan penghalang bagai remuk tak berdaya, membelah rongga dada vampir. Bilah 30 sentimeter ini seketika... memenggal pinggangnya!
Masih tersisa tiga.
Dua menit kemudian, Bai Shuo menarik pisau pendek yang terlempar dari tengkorak vampir yang berusaha kabur. Saat mata pisau tercabut, mayat yang tertancap di tembok perlahan meluncur ke tanah.
Tim bersenjata tujuh vampir dihancurkan total dalam empat menit.
Terengah-engah ringan, ia menyimpan kembali pisau pendek ke ruang angkasa sambil meminum ramuan pemulihan stamina.
Dengan membawa senjata dan perisai, ia melintasi London yang membara, terus memanen nyawa vampir.
Maju dengan teguh ke arah yang telah ditetapkan, Bai Shuo bisa merasakan ini baru permulaan.
