”Liburan yang langka, jangan bolak-balik kesana kemari dong.”
Bai Shuo merasa dirinya terserang penyakit malas, bersandar di kursi goyang sambil berjemur: ”Ini masa liburan paling berharga, aku tak ingin lagi berperang. Sungguh merusak pemandangan.”
”Jelas-jelas cuma malas bergerak! Benar kan! Benar kan!” Sun Wukong menunjuk Bai Shuo dengan keras: ”Berperang adalah tugas utama kita. Jangan sampai semangatmu tumpul oleh lingkungan seperti ini, Kapten!”
”Silakan katakan apa saja, yang jelas aku tak mau pergi. Aku masih mau berendam di mata air panas.”
Bai Shuo sudah bulat tekadnya. Sun Wukong sadar tak bisa membujuknya, akhirnya pergi sendirian:
”Kalau begitu tunggu saja aku kembali setelah berhasil memburu Lóng! Semua medali guild pemburu, aku datang~”
Duduk di kursi goyang, Bai Shuo tenggelam dalam kedamaian langka ini. Di bawah hembusan angin sepoi-sepoi, ia hampir tertidur.
Merasakan langkah Sun Wukong yang pergi, ia membuka buku yang menutupi wajahnya, memandang ke pintu desa tempat kepergian Sun Wukong sambil bergumam: ”Hei, menggunakan Hokuto no Ken untuk berburu itu curang lho.”
Sayangnya, pria paruh baya yang ingin unjuk gigi di dunia penuh makhluk aneh ini sudah tak bisa mendengarnya lagi.
Bai Shuo membayangkan Sun Wukong menggendong pistol raksasa, setelah mendeteksi bahwa senjata itu tidak praktis, dengan tegas membuang senjatanya lalu mengambil postur Hokuto no Ken menghadapi berbagai anjing naga...
Dia pun langsung mulai mengasihani monster-monster kecil yang malang itu.
Tapi di dunia tempat sebagian besar makhluk bertahan hidup dengan mengandalkan kekuatan fisik dan cakar-gigi, sudah jarang ada yang bisa mengancam Sun Wukong.
Prajurit Samsara yang diberi label 'Netral' oleh Dewa Utama mustahil diserang, kecuali kalau sengaja memprovokasi.
Selama dia tidak bodoh sampai berlari ke hadapan Naga Hitam dengan tubuh penuh daging segar sambil menggoyangkan pantat dan menari, seharusnya tidak masalah. Sudahlah, biarkan dia.
Di bawah sinar matahari, dia tersenyum sambil bersandar di kursi goyang berbisik: "Liburan santai dimulai~"
Dalam kehangatan matahari dan angin hangat yang membawa uap air, kursi malas di bawah pohon perlahan berayun, Bai Shuo pun tertidur.
Hingga sesuatu yang berat merangkak naik ke tubuhnya, dengan canggung merayap di depan dadanya, akhirnya membuat sarang kecil di bajunya lalu tidur nyenyak.
Bai Shuo terbangun oleh gerakan aneh, saat membuka buku yang menutupi wajahnya, nyaris kaget melihat makhluk yang sedang berbaring di dadanya.
Di bawah sinar matahari yang menembus bayang-bayang pepohonan, seekor babi kecil yang didandani cantik oleh Chen Jingmo mengangkat kepala, mendengus pelan ke arah pandangan Bai Shuo: "Ngii... ngii..."
Sejak Bai Shuo datang ke dunia ini, barulah ia sadar bahwa jejak aura yang dipancarkannya ternyata sangat disukai hewan-hewan kecil secara tak terduga.
Ajaran Buddha yang pada dasarnya adil, damai, dan penuh welas asih memang memiliki afinitas alami yang melekat.
Bahkan Zen Pembunuhan yang paling haus darah maupun Jalan Ksitigarbha yang sarat energi kematian tak membuatnya terlihat seperti maniak perusak berbalut selubung darah dan semangat pembunuh yang menakutkan. Sebaliknya, terpancar welas asih yang telah mengatasi konsep hidup dan mati.
Karena itulah, Bai Shuo - yang jumlah korban pembunuhannya sendiri tak terhitung - setelah mengerutkan niat membunuh, justru memancarkan wibawa biksu agung yang tak menyakiti rumput sekalipun dan berupaya menyejahterakan umat manusia.
Bai Shuo bahkan menduga, selama ia tak menumbuhkan niat membunuh dan menjaga ketenangan hati, bahkan Naga Gelombang Petir pun bisa berlari mengitarinya lalu kembali utuh tanpa cedera.
"Ini membuktikan bahwa aku memang orang baik."
Penemuan ini membuatnya gembira. Dengan kedua telapak tangan mengangkat babi kecil berpita di ekor itu, ia tersenyum bertanya: "Benar kan? Benar kan?"
"Ya, kau orang baik."
Tentu saja babi tak bisa menjawab. Yang menyahut adalah Chen Jingmo yang tiba-tiba lolos di belakangnya.
Chen Jingmo yang sedang kesal mengambil babi kecil itu dari tangannya, memeluknya di dada dan mengusap bulu putih di kepalanya. Menunjuk hidung babi itu, dia berkata dengan nada cemburu: \"Yang memandikan, menyisir bulu, dan memberimu makan kan aku. Tapi kamu malah kabur meninggalkan tuanmu.\"
Bai Shuo mengubah posisinya di kursi goyang, menoleh melihat Chen Jingmo yang tak rela: \"Ada apa? Tiba-tiba memberiku 'kartu orang baik'.\"
\"Tidak apa. Si kecil menghilang, membuatku mencari lama. Ternyata ada di sini.\" Chen Jingmo mengangkat babi itu: \"Andaikan tak ada yang bilang melihatnya ke padang rumput, aku tak akan menemukan.\"
\"Benar-benar, padahal aku sangat menyayanginya.\"
\"Karena karakterku baik.\" Bai Shuo tak malu memuji diri: \"Aku ini biksu agung penyelamat umat manusia.\"
\"Lebih tepat disebut rahib cabul.\" Chen Jingmo melotok padanya: \"Saat aku membereskan kamar, tak bisakah kau membantu?\"
\"Aku percaya padamu!\" Bai Shuo mengacungkan jempol, meniru gaya Sun Wukong yang bersemangat: \"Ini kepercayaan total!\"
\"Tak usah! Kepercayaanmu terlalu murahan.\"
Chen Jingmo terus mengkritik dalam hati sambil memeluk erat babi kecil yang terus menggeliat di pelukannya.
"Grunt-grunt!" Babi kecil melompat dari pelukan Chen Jingmo, lalu berputar-putar mengelilingi kursi goyang Bai Shuo. Ekor kecil di belakang pantatnya yang diikat pita kupu-kupu bergoyang-goyang riang karena hati yang gembira.
Melihat pilihan babi kecil itu, Bai Shuo menunjukkan ekspresi kemenangan. Ia membungkuk dan menggendong babi itu di pelukannya: "Lihat kan, ini bakat bawaan, daya tarik alami antara manusia dan alam."
"Mau merasakan lebih dalam?" Bai Shuo menepuk-nepuk pahanya sambil berkata: "Posisi babi ini akan kuserahkan untukmu."
Menyaksikan hewan peliharaannya yang telah ia hias dengan susah payah terus berlari ke pelukan Bai Shuo dengan riangnya, Chen Jingmo sulit menerima kenyataan dikhianati oleh hewan peliharaannya sendiri...
"Lihat, dia sangat menyukai tempat ini." Bai Shuo tersenyum puas ke arah Chen Jingmo sambil memandang babi yang berguling-guling di dadanya.
Gadis yang dikhianati hewan peliharaannya itu berbalik dengan geram: "Simpan saja babimu sendiri!"
"Mau ke mana?" teriak Bai Shuo mengikuti langkah Chen Jingmo yang menuju pintu peternakan.
"Tuan yang dikhianati hewan peliharaannya butuh menghibur diri! Pokoknya tak mau lagi melihat babi pengkhianat ini!"
Setelah mengucapkan kata-kata penuh temperamen itu, gadis itu menghilang di balik pintu peternakan.
“Lihat, marah kan?” Bai Shuo mengangkat anak babi di pelukannya, menatap mata polosnya: “Nanti saat dia kembali, kita akan minta maaf. Kalau tidak, malam ini aku tidak bisa naik ranjang, dan kamu akan naik rak panggang...”
Merasakan jejak aura bahaya, anak babi itu gemetar lalu menggeram pelan.
Chen Jingmo tentu tidak sampai marah pada Bai Shuo karena hal seperti ini. Perempuan yang selalu menyukai kucing dan anjing ini akhirnya berhasil mengadopsi anak babi ini dari pemilik toko kelontong selama masa liburannya.
Persis seperti seseorang yang menghabiskan energi mental dan Koin emas untuk meningkatkan nilai kedekatan hewan peliharaan, tapi malah menemukan bahwa hewan itu lebih akrab dengan orang lain.
Fakta menyakitkan yang sulit diterima, gadis itu sedang depresi...
Sebenarnya kita bisa menganalisis psikologi dan logika gadis itu saat itu.
Gadis yang ditinggalkan hewan peliharaannya berjalan sendu di desa kecil bernama 'Jieyun'. Dalam pemandangan gunung dan air yang indah, gadis sedih itu bagai bunga yang bergoyang di dahan tertiup angin.
Dalam kesedihan khas masa muda yang samar ini, tiba-tiba muncul ide baru di benak sang gadis.
Kalau hewan peliharaan meninggalkanku, lebih baik aku juga membuangnya. Tapi rasanya rugi... Jadi, karena ini dunia Monster Hunter, mari tangkap yang baru!
Hmm, begitu saja.
Gadis itu membeli setumpuk buku data binatang buas dari toko kelontong. Sambil menyelesaikan camilannya di atas ranjang, ia membalik-balik data dengan cepat.
“Anjing Naga? LEWATI! Jelek banget……Anjing Naga Beracun? LEWATI! Alasan sama seperti di atas……Anjing Naga Tidur? LEWATI! Tidak menarik……Anjing Naga Betina……Raja Anjing Naga……”
Hei, ini keluarga besar Anjing Naga ya! Apa Monster Hunter 3 adalah kemenangan Anjing Naga?!
Chen Jingmo dengan tegas melempar buku di tangannya dan menggantinya dengan yang lain.
Nargacuga? LEWATI! Jelek……Rathian? Masih jelek, sama sekali tidak ada aura dahsyat naga!......Rathalos, kamu lebih jelek dari istrimu, hitam legam tidak menarik...
Akhirnya, gadis itu menemukan mangsa berbulu halus, imut, dan terlihat jujur...sepenuhnya sesuai dengan citra hewan peliharaan dalam hatinya.
Dengan aura ketegasan dan kepahlawanan yang langka, Chen Jingmo membeli Ramuan Penglihatan Ribuan Li, Perangkap Mati Rasa, dan Bola Bius wajib penangkapan dalam tiga menit.
Setelah berkonsultasi dengan Ottolia yang sedang belajar teknik berburu di pusat pemula, Chen Jingmo membawa peta dan buku "Panduan Lengkap Spesies Gigi Taring" keluar dari pintu masuk desa.
Dengan membawa tas alat besar, gadis itu tanpa kesulitan melangkah di jalan mencari hewan peliharaan terkuat.
"Kutentukan pilihanku! Beruang Hijau!"
Beruang malang yang hidup di daerah aliran sungai itu belum menyadari masa depannya telah suram.
Ia juga tidak tahu inilah alasan makhluk humanoid bertubuh kurus, tidak memakai zirah kulit, dan berbau harum itu muncul di hadapannya.
Beruang hijau kebiruan yang gemuk dan besar menjilat habis madu lalu meletakkan sarang lebah di tangannya, kemudian mengobservasi gadis yang berdiri di hadapannya dengan hati-hati.
Hmm, tidak ada pedang besar, tidak ada tachi, tidak ada pistol maupun tombak panjang... Bahkan di seluruh tubuhnya selain gelang besi di pergelangan tangan, tidak ada benda logam sama sekali.
Postur tubuhnya kecil kurus, tampak juga tidak seberbahaya pria besar yang menubruknya tadi.
Begitu teringat pria yang berlari tak sengaja menabraknya, beruang hijau merasa lehernya yang terkilir mulai sakit lagi.
Maka ia memukul tanah lapang di depannya, mengeluarkan auman rendah yang memekakkan telinga, menyuruh serangga kecil ini cepat pergi dan jangan mengganggu makan malam Tuan Beruang; tentu jika ingin menjadi makan malam sendiri, itu cerita lain.
Chen Jingmo tentu tidak mungkin menjadi makan malamnya.
Faktanya, setelah mengelilingi area aliran sungai, gadis itu akhirnya menemukan calon hewan peliharaan yang tampak gemuk 'lucu' dan 'penuh semangat'.
Karena itu, hatinya merasa luar biasa bahagia.
Melepas ransel di belakang garis, ia mengangkat gaun panjangnya melompati padang duri, mendekati monster beruang hijau dengan senyum keanehan penuh sukacita.
Mengingat adegan babi kecil yang meninggalkannya menggigil ketakutan oleh beruang, Chen Jingmo merasakan kesombongan karena telah mengalahkan Bai Shuo sang kejahatan.
“Hm, begitu saja.” Dia meninju telapak tangannya sendiri, memantapkan hati, sama sekali tidak menyadari beruang raksasa yang sudah terpancing amarah di hadapannya.
Beruang Hijau yang marah mengeluarkan napas kasar, mengangkat cakar depan, seluruh tubuhnya berdiri tegak lalu mengaum memekakkan telinga ke arah Chen Jingmo: “Auu... Puut!”
Chen Jingmo bersumpah, dia hanya melihat perut putih berbulu yang terbuka di hadapannya, dan tak tahan untuk mencoleknya perlahan.
Lalu beruang itu seolah-olah pinggangnya patah, tubuhnya meringkuk sambil merintih kesakitan.
Bahkan teknik resonansi darah dan penguatan pengerasan pun tidak digunakan.
Kekuatan yang terkonsentrasi hingga puncak terkumpul di kepalan tangan ramping nan putih, menghancurkan udara di depannya sebelum menghantam tepat di perut musuh.
