Salah satu pendatang dari alam dewa, Taigong Wang.
Di antara tiga orang yang datang, Taigong Wang selalu tidak tertarik dengan posisi pemimpin. Sifatnya juga menentukan bahwa dia sama sekali bukan pemimpin yang baik.
Karena terlalu sombong dan ekstrem, di matanya tak ada siapa pun selain rekan-rekan seperjuangan dari alam dewa.
Nuwa juga tak memiliki bakat sebagai pemimpin. Selama ini, yang menjadi pemimpin spiritual bagi bangsawan-bangsawan yang hancur itu adalah pria paruh baya yang tegas dan heroik - Fuxi.
Kini Fuxi telah mati. Taigong Wang menarik diri dari rencana Zuo Ci, menghabiskan setengah malam untuk akhirnya kembali. Tapi tak disangka, setelah kehilangan Fuxi, kerumunan ini masih terus bertengkar.
Karena sudah sangat kesal, dia memilih untuk tidak menghadiri musyawarah yang jelas tidak akan menghasilkan keputusan itu. Sebagai gantinya, dia memutuskan menemui Fuxi untuk terakhir kalinya.
Kematian rekan seperjuangan selama waktu yang panjang ini membuatnya merasakan kesedihan dan kesakitan. Namun di saat seperti ini, ada yang sudah ingin merebut posisi Fuxi bahkan sebelum mayatnya sempat dingin!
Dia tahu ini tak mungkin dihalangi. Tapi... apakah mereka bisa begitu cepat 'melupakan' pria yang berkorban untuk mereka?!
Tak termaafkan! Siapapun yang berani mencoba menggantikan Fuxi, harus merasakan akibatnya lebih dulu!
Maka, dalam cahaya lilin yang berkedip-kedip, anak muda berambut putih perak itu menyeringai dingin: "Hanya denganmu?"
Seketika, tenda sempit itu dipenuhi gemuruh angin dan petir. Deru angin topan bergema bersama suara guntur dari kedalaman.
Sebuah senjata kuno yang ramping muncul di tangan Taigong Wang. Bentuknya mirip tongkat panjang, tapi lebih menyerupai cambuk emas penuh niat membunuh.
Kemunculan cambuk emas inilah yang memicu gemuruh angin dan petir itu.
Dalam deru elemen alam, cambuk besi itu seolah menarik benda seberat gunung tak kasat mata menghujam ke kepala Bai Shuo!
Gerak-geriknya menunjukkan sifat fanatik dan arogannya, sama sekali tidak memberi kesempatan Bai Shuo untuk menjelaskan.
Sayangnya, dia lupa satu hal: Bai Shuo bukanlah seorang diri!
Sosok Sun Wukong yang duduk di pintu menunjukkan senyuman semakin lebar. Pria paruh baya berjanggut itu mengulum rokok, namun suara berderak halus terdengar dari lengan kanannya.
Gerakannya memadukan kekuatan fisik dan keluwesan, mengintegrasikan sikap otoriter dengan taktik licik. Seperti sosok bayangan hitam yang samar, telapak tangannya menyasar Taigong Wang yang hanya sejengkal di depannya.
Bak sapaan persahabatan dengan tepukan di bahu, kekuatan yang mampu menghancurkan emas terkumpul di telapak tangan. Harimau Wushu bersiap melompat dari bayangan untuk memulai pertarungan mematikan.
Tepat di seketika itu, tangan itu terhenti. Di bawah tatapan 'penolakan' Bai Shuo, tangan itu perlahan ditarik kembali.
Dengan tatapannya menghentikan anggota tim, Bai Shuo tersenyum menghadapi cambuk besi yang menyambar sambil berbisik menjawab: "Ya, hanya dengan diriku."
Kalimat sederhana itu meredam ledakan angin dan petir. Saat itu juga badai membeku, guntur sirna, dan cambuk besi terperangkap dalam lumpur tak kasat mata.
Cahaya murni muncul dari langit, membentuk sikap anggun bunga mandrake yang mewah, menancap pada barrier lingkaran yang mengambang di depan Bai Shuo.
Baik desir angin maupun gemuruh petir, bahkan cambuk besi bercahaya listrik, semuanya terhenti dalam diam yang aneh pada keit ini.
Prototype ilmu sihir yang dipelajari dari Jalan Sihir Sekte Konyakou En telah melampaui batasan aslinya, memasuki wilayah 'diam' sepenuhnya.
Inilah yang disebut 'Tidak Bergerak'.
Di bawah tatapan penuh keheranan semua orang, Bai Shuo mengusap hidungnya seperti remaja pemalu, tersenyum cerah: "Masih ada keraguan, Tuan Taigong Wang?"
Melalui barrier, Taigong Wang tidak melepaskan cambuk besi di tangannya, senyum dingin di wajahnya tetap tak berubah.
Seketika, bagaikan benteng penyerang seberat sepuluh ribu jin yang menggempur hebat pertahanan Tak Bergerak Bai Shuo, ratusan lapisan bertumpuk seketika, meninggalkan retakan menyebar di barrier.
Bola besi raksasa berwajah garang itu - kekuatan fisik yang terkonsentrasi menjadi materi padat - ditarik oleh tali tak kasat mata di ujung cambuk besi, menghancurkan pertahanan Tak Bergerak sesuai keinginan Taigong Wang.
Bola besi seberat sepuluh ribu jin menderu mendekat, tangan Bai Shuo yang selama ini terkulai perlahan terangkat.
Cahaya tipis samar terkumpul di ujung jarinya, berkilat sekejap lalu menghilang saat telapak tangan Bai Shuo mengayun menghancurkan bola besi.
Membiarkan bola besi berat itu melesat melewati kedua telinganya, menghancurkan peta di belakang. Tangan kiri Bai Shuo terkulai, sementara tangan kanannya perlahan membuka, membiarkan cahaya di telapak tangan sirna hingga kosong.
Seperti memamerkan harta karun, cahaya di telapak tangannya yang terbuka berkilauan, samar memperlihatkan sekuntum teratai merah yang sedang merekah.
Seperti halusinasi yang sama sekali tidak ada, namun niat membunuh yang dipancarkan oleh bunga teratai yang ternoda oleh keinginan membunuh tak terhitung dari Jalan Raksasa Pembunuh sedang menyatakan keberadaannya kepada semua orang.
Siap meledak, inilah 'Nirwana.'
Tidak mengambil kesempatan untuk melancarkan serangan selama jeda ini, Bai Shuo masih berdiri di pusat gravitasi tenda yang berantakan, tersenyum lembut pada Taigong Wang: "Bagaimana? Apakah aku memenuhi kualifikasi?"
Nuwa terpaksa menyela pertarungan karena situasi canggung ini, ia menoleh ke rekan seperjuangan yang impulsif dan berkata dengan pasrah: "Adik..."
"Tidak apa." Wajah Taigong Wang tetap arogan, namun pandangan meremehkan di matanya telah sirna, dan tidak terlihat amarah.
Ia menyimpan cambuk besi beraura dahsyat di tangannya, melambai ke Nuwa: "Jika dilanjutkan, pasti kau akan kembali menyebutku tidak tahu tata krama."
Menoleh ke Bai Shuo, ia berkata pada Nuwa: "Tak perlu penjelasan lebih lanjut, aku konfirmasi dia layak..."
Kilasan sendu yang sulit ditangkap muncul di mata arogannya, ia berpaling sambil berkata: "Jangan mengecewakan Fuxi, aku pergi dulu..."
Saat melewati Nuwa, ia mengeluarkan surat dari lengan bajunya: "Ini, Zuo Ci minta kusampaikan padamu. Hmph, orang yang sok misterius..."
Tidak menjelaskan lebih lanjut, memang begitulah sifat kesombongannya.
Datang, bertemu Fuxi sebentar, mengkonfirmasi kualifikasi Bai Shuo, lalu pergi melangkahi cahaya bulan.
‘Nuwa memandang kepergian rekan-rekannya, menunduk dengan muram sambil membuka amplop. Di kertas surat hanya tertulis sederet angka.’
“Dewa bumi yang selalu misterius dan sulit dipahami itu hanya menulis beberapa karakter, namun mampu meredakan situasi dinamis dan gejolak angin.”
‘Melihat tanda langit malam hari, keberuntungan ular iblis telah habis. Inilah saatnya untuk serangan balik.’
Zuo Ci yang selalu bergerak dalam wilayah kekuasaan Pasukan Raja Iblis secara tak terduga menyetujui serangan ini, tak lagi menganjurkan strategi menyembunyikan cahaya dan menghindari konflik seperti dahulu.
Nuwa menyimpan surat di tangannya, memandang Bai Shuo. Wajahnya tetap dingin, namun nada suaranya mengandung harapan saat berkata perlahan: “Kalau begitu, aku setuju dengan rencanamu.”
Meski sehari-hari tak ikut campur urusan militer, posisi Nuwa tetap dihormati. Saat ini dukungan pertamanya memberi pengaruh besar pada yang lain.
Bai Shuo tertegun sejenak memandang Nuwa, lalu mengatupkan tangan sebagai terima kasih. Menoleh ia bertanya: “Lalu, siapa lagi?”
Yang pertama menjawab adalah Uesugi Kenshin: “Pasukan Uesugi bersedia pergi.”
Sun Quan menatap Bai Shuo dengan tatapan kompleks. Setelah beberapa saat ia mengangguk: “Pasukan Wu bersedia.”
Zhang Liao mengangkat kendi anggur yang hampir kosong: “Xu Huang, tentara yang tersisa pun masih bisa berguna.”
“Benar.” Pria berjubah putih di sampingnya menepuk bahu Zhang Liao sambil mengangguk.
Tokugawa Ieyasu yang bertubuh agak pendek pun berdiri, berkata khidmat: “Pasukan Tokugawa bersedia!”
“Zhao Yun yang diam sepanjang ini membungkukkan pinggang dan bertanya pada Zhuge Liang di sampingnya: 'Penasihat militer, apakah ini bisa dilakukan?'”
“Setelah diam sepanjang beberapa saat, Zhuge Liang tidak langsung menjawab pertanyaannya, tiba-tiba bertanya pada Guan Yu di sebelahnya: 'Bisa dilawan?'”
“Pria kekar berwajah merah mengelus janggut panjangnya, menjawab dengan hati-hati dan penuh pertimbangan: 'Bersama adik ketiga, peluang menang 20%.'”
“Zhuge Liang tetap terlihat santai dan tenang, hanya sudut matanya yang berkedut sebelum bertanya lagi: 'Kalau ditambah Zi Long?'”
“Jawaban Guan Yu terdengar sedikit lebih percaya diri, tapi masih terasa sendu: '30%.'”
“Zhuge Liang mengangguk, tiba-tiba menunduk dan berkomentar dengan haru: 'Bahkan seperti ini pun, belum tentu itu seluruh kekuatannya.'”
“Di tengah keterkejutan bawahan, Zhuge Liang perlahan berdiri, menyampaikan pandangannya dengan suara lembut dan tenang: 'Bisa dilakukan. Kami bersedia pergi.'”
“Maka, debu pun mengendap, situasi akhirnya menjadi jelas.”
“Untuk urusan strategi militer yang tersisa, Bai Shuo jelas tidak paham, dan tak perlu membuka identitas bahwa dirinya benar-benar tak mengerti saat ini - sungguh memalukan.”
“Jadi, setelah mencari-cari alasan, dia membawa Tim Harapan keluar dari tenda.”
“'Aduh aduh, benar-benar menegangkan, membuatku kaget setengah mati.'”
“Bai Shuo menarik napas udara segar sambil berkomentar: 'Aku ini memang keren banget!'”
“Sudah, tak ada yang lebih tebal harga dirinya darimu.” Chen Jingmo mengetuk pipinya, lalu tersenyum memeluk lengannya: "Tapi, benar-benar tampan sih."
“Ha, aku sudah tahu.” Bai Shuo terus menambahkan emas ke wajahnya sendiri.
Di samping, Sun Wukong dengan tenang menggigit rokok, berusaha menahan dorongan untuk mengkritik dalam hati. Pria paruh baya saat ini bagaikan Shinji Ikari yang pertama kali datang ke Neo Tokyo City, hatinya berteriak: "Jangan kritik, jangan kritik, jangan kritik..."
Ottolia masih diam-diam mengikuti di belakang Bai Shuo, bagai bayangan yang mengikuti abadi. Hanya senyum kegembiraan yang terpancar di wajahnya.
“Apakah... Jenderal Bai?! Jenderal Bai?!”
Dari depan tiba-tiba terdengar suara bergejolak semangat. Seorang prajurit dengan ekspresi wajah gembira mengangkat obor mendekat, suaranya gemetar, memandang Bai Shuo dengan kegembiraan yang meluap-luap.
Melihat prajurit asing itu, Bai Shuo tampak bingung: "Aku Bai Shuo dari Qingzhou. Kau...?"
“Jenderal lupa pada hamba, hamba adalah Li Jiu dari kemah Pemimpin Bijak Agung!” Prajurit itu berlari mendekat dengan wajah berseri-seri, gugup dan gagap: “Saat Jenderal pertama kali tiba di kemah, hamba pernah menuangkan anggur untuk Yang Mulia! Sejak Jenderal bertahan sendirian di barisan belakang, hamba tak pernah bertemu lagi. Tak disangka bisa melihat Jenderal lagi.”
“Hari ini ada yang bilang Jenderal kembali, hamba tak percaya. Ternyata benar...”
"Benar-benar... Zaman Langit Kuning akhirnya akan tiba." Suara prajurit itu gemetar membayangkan kenangan pengembaraan Serban Kuning selama bertahun-tahun, air matanya nyaris tumpah.
